BAB 1
Suara seruling yang menggegerkan dunia
Munculnya irama seruling yang menyedihan di dunia persilatan, terjadi tiga tahun terakhir ini.
Tidak ada seorangpun yang tahu siapa gerangan yang mengalunkan irama seruling sedih tersebut, malah orang-orang tidak tahu apakah dia perempuan atau laki-laki.
Tentu saja, selama tiga tahun, ada juga yang pernah bertemu dengannya, tapi mereka yang pernah bertemu dengannya, ada yang mengatakan dia seorang tua, ada yang mengatakan seorang pelajar berbaju hijau, ada juga yang mengatakan tidak jelas apa dia laki-laki atau perempuan karena orang itu menggunakan cadar…… bisa dikatakan setiap orang mpemiliki cerita yang berbeda-beda, tidak ada satupun yang sama.
Tapi mereka yang pernah bertemu dengan pemain Seruling ini, dalam perkataan mereka ada juga yang sama, yaitu seruling yang digunakan adalah barang yang…panjangnya sekitar tiga chi, seluruhnya dicat hitam, hitam berkilau, dan juga cara dia membunuh orang juga mpemiliki ciri khas tersendiri.
Menurut kabar, Seruling Merana ini, golongannya tidak jelas, diantara baik dan buruk, orang yang dibunuhnya kebanyakan penjahat dan pencoleng dunia persilatan, tapi ada kalanya tidak membedakan hijau, merah hitam, putih, orang dari golongan putihpun ada yang pernah bentrok.
Mengenai cara membunuhnya sangat khas sekali yaitu dengan melagukan sebuah irama seruling.
Suara serulingnya bisa keras bisa lembut.
Sewaktu keras laksana senjata yang terbuat dari baja, mengandung hawa pembunuhan yang tidak terhingga.
Sewaktu lembut, seperti pekikan kera dilembah, tangisan malam seorang wanita yang menderita, sangat memilukan membuat orang tidak tahan mendengarkannya.
Tidak peduli keras, atau lembut, kecuali dia tidak berniat membunuh orang, jika tidak, begitu muncul suara seruling, pasti ada orang yang mati, mau melarikan diri juga tidak sanggup, bukan tidak bisa melarikan diri, adalah karena kedua kakinya sudah tidak dapat menuruti kemauannya.
Pemain Seruling Merana adalah seorang yang taraf ilmu silatnya susah diukur, dia juga seorang aneh yang misterius yang sukar dibayangkan, sehingga orang orang persilatan memberi gelar kepadanya sebagai Seruling Merana.
0-0-0
Angin mengantar panas hari, bunga Dangui menyebarkan harumnya setahun sekali, hari Zhong Qiu sudah tiba kembali.
Empat penjuru bunga teratai tiga penjuru pohon Liu, satu warna kota, setengah danau kota, suatu tempat dipinggir sebuah kota penting di Li Xia (sekarang kota Ji Nan) di barat laut Cina, dipuncak gunung Qian Fo yang terletak dipinggir danau Da Ming.
Zhong Qiu di utara masih terasa sangat dingin, malam ini awan berwarna sangat banyak, bulan purnama, tampak setengah bagian tertutup, yang selalu seperti sedang memeluk Pi Pa, sekali tampil tidak mengumpat dibalik awan.
Sehingga, walau dihari Zhong Qiu, tapi pelancong yang datang ke danau Da Ming, sangatlah sedikit.
Tapi ada kecuali, yaitu diatas puncak gunung Qian Fo, ada seseorang sedang berdiri menantang angin sendirian.
Dia seorang bungkuk yang berusia lebih dari tiga puluhan, wajahnya bercambang, badannya besar, walaupun bungkuk, tetap lebih tinggi setengah kepala dibanding orang biasa.
Dia memakai baju kain bambu, dipinggangnya tergantung sebuah Buli-buli arak yang sangat besar, tampangnya gagah, wajahnya dingin, tapi sinar matanya mengandung kesedihan yang mendalam.
Melihat keadaannya bungkuk aneh ini, sama sekali bukan orang yang sedang menikmati kesenangannya sendiri, seorang yang sedang menikmati bulan, tapi terlihat jelas seorang yang sedang dirundung kesedihan.
Benar, jika diperhatikan secara seksama tidak sulit memastikan, bungkuk aneh ini sampai sekarang sudah terlihat selama tujuh hari.
Siang hari dia berada diwarung teh, restoran, penginapan …… dll ditempat umum, melancong kemana-mana, malam hari dia berdiri sendirian di puncak gunung Qian Fo, sampai hari hampir terang baru pergi.
Untuk siapa berangin-angin sendiri ditengah malam? Siapa yang bisa menjawab rahasia ini?
Bulan yang selalu setengah tertutup awan, sudah miring kebarat, tapi bungkuk aneh ini, tetap berdiri diam dipuncak gunung, jika bukan lambaian bajunya yang berkibar tertiup angin, benar-benar akan mengira dia adalah sebuah patung!
Tiba-tiba, dia memutar balik badannya, mengawasi pada jarak lebih lima enam belas zhang, ditempat tinggi pada serumpun rumput liar, dengan suara dalam bertanya, “Siapa itu?”
“Aku, Shi Zhong Ying.”
Berbareng keluar suara, seorang tua yang wajahnya keriput, berusia lima puluhan berbaju kuning berdiri direrumputan, dengan perlahan mendatangi bungkuk aneh.
Bungkuk aneh dengan dingin bertanya, “Mau apa kau datang?”
Shi Zhong Ying berdiri dihadapan bungkuk aneh berjarak sekitar satu zhang, dengan senyum canggung berkata, “Adik tua apa masih marah padaku?”
“Marah padamu, enak benar kau bicara! Hem,” bungkuk aneh dengan dingin berkata, “Aku sangat ingin membunuhmu, orang tua brengsek!”
Shi Zhong Ying dengan senyum pahit berkata, “Harus, harus, adik tua, aku malam ini datang dengan hati ingin minta maaf……”
Bungkuk aneh memotong pembicaraannya dengan tawa dingin berkata, “Minta maaf? Kau mau minta maaf pada siapa?”
“Jelas minta maaf pada nona Zi Yan.”
“Kau, sendiri telah menghancurkan hati Tang Zi Yan, telah mencelakakan adik kandung sendiri Shi Zhong Yu, juga dengan tidak langsung telah membantu kejahatan Che Jia Bao, dosa sebesar langit ini, apa kau bisa membayarnya?”
“Aku pikir, sekarang masih belum terlalu terlambat.”
“Kau bermaksud dengan cara apa membayarnya?”
“Aku ingin menjelaskan kejadian sebenarnya yang terjadi pada tahun itu pada nona Zi Yan dulu, supaya dia mau bangkit kembali, lalu, lalu menghubungi para pendekar, mendatangi Che Jia Bao (benteng keluarga Che).”
“Kau ingin orang-orang persilatan bertarung untukmu, mana bisa dihitung minta maaf?”
“Adik tua, aku harap kau bisa menerima aku yang berdosa berbuat jasa! Lagi pula, sejak aku sadar dengan kejadian yang sebenarnya, aku selalu makan tidak enak tidur tidak tenang, merasakan hidup sangat menderita, makanya, mulai sekarang, asal ada kesempatan bertarung, aku tidak akan merasa sayang dengan kulit dan badan bau ini.”
“Begitu! ini baru seperti perkataan manusia,” bungkuk aneh melanjutkan berkata, “Bagus, lalu kenapa kau datang kemari?”
Shi Zhong Ying dengan tawa pahit balas bertanya, “Kalau kau?”
Bungkuk aneh dengan tawa pahit berkata, “Kelihatannya, mungkin bisa dikatakan orang pintar pandangannya rada sama.”
Shi Zhong Ying menghela nafas panjang berkata, “Disini adalah tempat nona Zi Yan menjalin janji dengan Zhong Yu, menurut kabar di dunia persilatan, tiga tahun terakhir ini, setiap tengah malam Zhong Qiu, dipuncak gunung Qian Fo terdengar suara seruling yang sangat memilukan, tapi tidak ada orang yang pernah bertemu dengan orang yang meniup seruling, aku kira, aku kira peniup seruling itu adalah Tang Zi Yan, dan juga, tiga tahun terakhir ini, telah muncul Seruling Merana di dunia persilatan, makanya, dari jauh aku khusus datang kesini, tapi, malam ini ternyata tidak terdengar suara seruling, hanya dari kejauhan terlihat seseorang berdiri di puncak, tidak disangka ternyata kau adik tua.”
Segera dia melanjutkan perkataannya, sambil menatap bertanya, “Adik tua, apa kau juga sama dengan pikiran ku?”
“U ……”
“Apa kau telah bertemu dengan nona Zi Yan?”
“Tidak.”
“Aneh? Kenapa malam ini dia tidak datang?”
“Siapa yang tahu…”
Bungkuk aneh menjawab dengan sembarangan, berjalan menuju kesebuah batu besar setinggi manusia.
Di satu sisi batu besar itu, jelas terlihat sudah terpapas oleh sebuah senjata tajam. Permukaannya tampak rata dan licin, diatasnya tertulis haruf dengan jari Jin Gang ( Jari Emas):
Dilangit ingin menjadi sepasang burung terbang
Dibumi ingin sebagai batang teratai
Setiap hurufnya kira-kira sebesar mangkuk besar, seperti naga terbang hong menari, juga terukir sedalam setengah chun, terlihat bahwa orang ini seni tulisnya tinggi, jari Jin Gangnya juga sangat tinggi.
Tulisan penutup adalah dua baris huruf lebih kecil: Yi Wei Zhong Qiu malam bulan purnama, Shi Zhong Yu, Tang Zi Yan.
Shi Zhong Ying menatap dua baris huruf itu, tidak tertahan lagi air matanya berlinang, dia berkata pada diri sendiri, “Ini tulisan tangan adik ku, sudah lima belas tahun, tapi, keadaan dunia masih tetap, kejadian manusia sudah berbeda……”
Bungkuk aneh tiba-tiba memberi isyarat tangan supaya jangan bersuara, dengan pelan berkata, “Ada orang datang……”
Baru saja berhenti bicaranya, suatu derap langkah ringan dengan cepat sudah mendekat.
Dalam kelamnya malam, tampak sekelompok bayangan orang telah tiba dan mendekat pada jarak sepuluh zhang.
Tampaknya bulan juga ingin ikut keramaian, saat ini tiba-tiba awan buyar bulan tampil menyinari sekelilingnya, pandangan mata menjadi terang.
Dengan sorotan sinar bulan kelompok tamu yang tidak diundang, sudah berdiri pada jarak sekitar satu zhang, berbaris melintang.
Semuanya ada sembilan orang, enam laki-laki tiga perempuan. Ditengah-tengah ada yang berbaju ringkas berwarna ungu, dipundaknya terselip sebilah pedang dari seorang wanita setengah baya, menilai penampilannya orang ini paling setara atau diatas lima puluhan. Tapi sepasang matanya dan penampilannya yang genit dapat menghanyutkan roh seorang laki-laki, melihat keadaannya, tampaknya dia adalah pemimpin kelompok ini.
Di kedua sisi wanita berbaju ungu, ada dua orang gadis berpakaian ringkas berwarna hijau juga menyandang pedang, berusia sekitar tujuh delapan belasan.
Ke enam lelaki dipinggangnya terselip satu golok tunggal, berpakaian ketat berwarna hitam, berusia sekitar tiga puluhan berbadan tegap.
Kedua belah pihak sudah saling berhadapan, Bungkuk aneh dan Shi Zhong Ying berdua, tidak tertahankan wajahnya berubah.
Wanita berbaju ungu malah dengan tawa genit berkata, “Yo! Semangat kakak berdua ternyata tidak berkurang!”
Bungkuk aneh dengan dingin menimpal berkata, “Siapa kakak mu!”
Wanita berbaju ungu tetap dengan tawa genit berkata, “Kakak Lin, kau adalah teman Zhong Yu, aku adalah istri Zhong Yu, memanggil kau kakak Lin, bukankah wajar sekali!”
Perkataannya segera dilanjutkan, tapi pandangannya berubah arah ke Shi Zhong Ying dengan senyum bertanya, “Kakak Shi, betulkan?”
Shi Zhong Ying juga dengan dingin menimpal, “Aku tidak punya adik ipar sepertimu.”
Wanita berbaju ungu berkata, “Kakak Shi, kau tidak mengaku aku adik iparmu, tentu punya alasannya?”
“Kau sendiri mengerti.”
“Justru karena aku tidak mengerti baru bertanya padamu!”
Bungkuk aneh menyela dengan tawa dingin berkata, “Che Sheng Nan, aku mau bertanya, lima belas tahun yang lalu, dengan cara apa kau merebut Shi Zhong Yu dari sisi Tang Zi Yan?”
Che Sheng Nan dengan tertawa berkata, “Kakak Lin, pertanyaanmu ini cukup mengherankan. Shi Zhong Yu bukan anak berumur dua tiga tahun, mana bisa aku seenaknya merebut dia dari sisi orang! Lagi pula, perkawinan tahun itu, hasil restu dari Kakak Shi, kalaupun didalamnya ada sesuatu rahasia, seharusnya kau bertanya pada dia baru betul……”
Shi Zhong Ying memotong dengan marah berseru, “Tutup mulutmu!”
Che Sheng Nan berkata, “Yo! Kakak Shi, kenapa jadi marah begini?”
Shi Zhong Ying membentak, “Kau …… didalam hatimu apa masih ada aku!”
“Siapa bilang tidak, bukan hanya aku, masih ada adikmu, keponakanmu, semua orang juga sangat merindukanmu, kami sedang keheranan, sebelas dua belas tahun ini, kenapa kau tidak main lagi ke Che Jia Bao kami, dan juga kau Kakak Lin, sejak aku kawin dengan Zhong Yu, tidak pernah bertemu kau lagi ……”
Bungkuk aneh dengan acuh dingin berkata, “Aku Lin Hua Min terhitung apa, mana pantas bertamu ke Che Jia Bao yang termasyur itu!”
Che Sheng Nan dengan tertawa genit berkata, “Kakak Lin, dengan eratnya hubunganmu dan Zhong Yu, kata kata ini rasanya keterlaluan sedikit?”
Lin Hua Min dengan tawa dingin berkata, “Che Sheng Nan, tidak usah tarik menarik hubungan, aku tidak akan termakan oleh cara itu!”
Che Sheng Nan dengan mata genitnya menyapu wajah kedua orang, sambil tertawa genit berkata, “Mohon maaf Kakak berdua, sekarang, aku dengan setulus hati, mempersilahkan dengan hormat Kakak berdua, datang berkunjung ke Che Jia Bao, maukah memandang muka tipisku?”
Lin Hua Min tertawa dingin balik bertanya, “Perjalananmu kali ini apa khusus datang mengundang kami berdua?”
“Ini …… baiklah didepan orangnya tidak baik berbohong, Kakak berdua, perjalananku kali ini memang ada urusan lain ……”
“Urusan apa?”
“Kakak berdua, untuk siapa kalian datang kemari, aku juga datang untuk itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar