Selasa, 05 Oktober 2010

Seruling Perak Sepasang Walet

Cerita berkisar soal petualangan Ciok Giok Yin yang sejak kecil tidak tahu asal usul dirinya dan tinggal menumpang di berbagai tempat. Bagaimana dia disiksa oleh banyak orang, tetapi justru digandrungi gadis gadis. Mulai dari Bwee Han Ping, Tong Wen Wen, Cen Siauw Yun, Ciu Ing Ing, Heng thian Ceng, Soh Yong Yong, Yu Ling Ling, Soat Cak, Ho Siu Kouw, Tung Yun, Fang Jauw Cang, Lok Ceh, Hui Hui, dll.
 Juga bagaimana dia senantiasa menemukan obat ajaib dan ilmu ajaib, sehingga akhirnya dia menjadi pendekar yang sakti yang dapat menumpas Sang Yen Hwe dan membalaskan dendam guru dan ortunya, kemudian mendirikan ulang istana dewa.

Senin, 27 September 2010

ebook reader : iriver story

Diperkenalkan : Oktober 2009

iRiver Story merupakan ebook reader berlayar 6” inchi dengan ukuran yang
tipis dan berat cukup ringan (127 x 203.5 x 9.4 mm / 284 gr) yang
menggunakan teknologi yang dikenal dengan nama electronic paper
(teknologi e-ink) yang dimana tampilan layarnya akan terlihat seperti
kertas sungguhan

adapun kelebihan e-paper dibandingkan dengan layar LCD umumnya yaitu
pada saat membaca e-book, mata akan lebih terasa jelas dan nyaman
walapun di bawah terik matahari langsung, tanpa silau ataupun perih
setelah membaca berjam – jam.

Selain kemampuannya untuk membaca e-book (buku digital) dengan format
seperti adobe pdf dan epub, story dapat juga digunakan untuk membuka
data Microsoft office word (.doc), excel (.xls), powerpoint (.ppt)
sambil mendengarkan musik serta merekam suara dalam format mp3

Komik digital terlihat sempurna saat dibaca menggunakan iRiver Story,
dengan layar greyscale nya, pada resolusi 600 x 800, pecinta komik pasti
sangat menyukainya apalagi ditambah dengan maraknya dengan format .jpg
yang dikompres dalam file .zip, dengan iRiver Story, cukup drag file
.zip nya ke dalam folder comic pada unit Story, dan komik favorit akan
langsung dapat dibaca dimana saja.

Battery Life dapat membaca sampai dengan 9000 halaman e-book atau
sekitar 30 judul buku yang apabila digunakan untuk membaca sekitar 3-4
jam perharinya, iRiver Story dapat digunakan selama seminggu penuh tanpa
harus mengisi ulang baterainya.

iRiver Story juga dilengkapi dengan fitur memo dan diary yang berguna
untuk menulis langsung suatu pemikiran / ide yang muncul tiba – tiba,
janji, atau catatan pribadi.

Memori internal 2 GB dengan Kapabilitas SDHC card up to 32 GB untuk memori tambahan.
iRiver Story new version Specification:

Display: 6" inch e-Ink Display
Resolution: 800 X 600 with 8 levels of greyscale
Dimension: 127 x 203.5 x 9.4 mm
Color: White
Weight: 284 gr
Connection Type: USB 2.0
Menu Language: 15 Languages (English, German, French, Russian, Spanish, Italian, Polish, Korean, Turkish, Dutch, Swedish, Czech, Simplified Chinese, Traditional Chinese, Japanese)
Internal Memory: 2 GB, enough for about 1500 ebooks and documents
External Memory: SD card slot (max 32 GB)
Equalizer: 7 Preset EQ (Normal/Rock/Jazz/Pop/Classic/Soft/DBB)
Voice: Recording file format (MP3)
Operating Temperature: -5°C ~ 40°C
Playback Time: Reading: approx. 9.000 pages, Music: approx. 20 hours, Recording: approx. 5 hours
Battery: Internal Lithium-Polymer
Battery Charging Time: approx. 5 hours 20 minutes
Supported Formats: PDF, EPUB, TXT, DOC, PPT, XLS, HWP, MP3, WMA, OGG, JPG, BMP, PNG, DJVU.

Bonus : puluhan ebook cersil (indonesia) dan ratusan komik scan superhero Fantastic Four, Spiderman, X-men, Iron-man (English)

Bonus 2 : leather case orisinil iriver story

Harga yang saya tawarkan adalah harga yang kompetitif. Kondisi barang adalah baru. Apabila tertarik dapat menghubungi saya via email ke henky_k@yahoo.com.sg







Catur Kartu

Suatu permainan bersifat asah otak dan sangat mendidik yang diciptakan sendiri oleh salah seorang anak bangsa. Cara bermainnya sendiri merupakan perpaduan dari tic tac toe, memory game dan card game. Permainan ini sangat asyik dan bisa dimainkan oleh 1-3 orang. Karena papannya terdiri dari beraneka gambar, maka permainan ini juga cocok untuk semua usia. Harga per pc adalah rp 75.000,- (diluar ongkos kirim). Bila anda tertarik dapat menghubungi saya di henky_k@yahoo.com.sg

Sabtu, 14 Agustus 2010

Golok Kumala Hijau

"Perempuan pada dasarnya merupakan sumber bencana apalagi dalam dunia persilatan. tak terhitung jumlah perempuan jahat yang berkelana bila kau tersengat salah satu saja diantaranya. maka kesulitan yang kau hadapi tak bakal ada habisnya"

Toan Giok, seorang pemuda yang masih hijau. dengan sebilah golok kemala hijau mengemban tugas dari ayahnya. Sayang dia melupakan nasehat ayahnya hingga terpuruk dalam intrik keji dunia persilatan.

Mampukah Toan Giok melepaskan diri dari intrik keji tersebut? Rahasia apa yang terkandung di balik intrik itu?

Bi Giok To. Golok Kumala Hijau . Sebuah roman mengenai arti kasih sayang orang tua terhadap anaknya. kisah cinta sepasang muda mudi dan nilai sebuah kejujuran.

Wanita Iblis

Wanita iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan hatinya saat menerima sorot pandang menggiurkan dari sang wanita iblis ini.
Apalagi ternyata dengan mudah saja sang wanita iblis telanjang alias bugil didepan para musuhnya saat melakukan pertarungan, tentu saja berakibat tidak konsentrasi dalam bertempur dan akibatnya sang wanita iblis selalu menang.
Belum lagi wanita tersebut adalah seorang murid manusia paling sakti (Lo Hian), walaupun murid murtad, namun bagaimanapun merupakan manusia yang sulit dihadapi. Wanita ini pandai ilmu barisan, perangkap rahasia, racun, dan tentu ilmu silat yang tinggi.
Dalam cerita ini diceritakan juga lika-liku percintaan, Pui Siu Lam dengan 3 ceweknya, kecemburuan wanita, teka-teki dari sebuah tempat yang disebut sebagai telaga darah peninggalan tokoh paling sakti. Benar-benar sebuah cerita silat yang pantas dikoleksi oleh para pecinta cerita silat dan para kolektor buku-buku langka.
Sama dengan ebook cerita silat Kuda Besi, cersil Wanita Iblis ini juga karya SD Liong.

Kembalinya Ilmu Ulat Sutera

Dunia persilatan geger, sebab beberapa ketua perkumpulan di dunia persilatan telah tewas dengan ciri-ciri di tubuhnya terdapat banyak serat ulat sutra yang menjadi ciri ilmu ulat sutra (Thian Can Kang).

Maka murid-murid perkumpulan tersebut mendatangi Bu-tong Pai dan meminta Bu-tong Pai memberikan pertanggung jawaban. Satu-satunya orang yang menguasai Thian Can Sin Kang, Wan Fei Yang terpaksa harus turun gunung menyelidiki siapa yang berbuat ini.Thian Can Sin Kang adalah ilmu lweekang rahasia perguruan Bu-tong, ternyata adalah ilmu hasil curian ketua Bu-tong Pai ketika dia melakukan perjalanan ke daerah Biauw.

Sebenarnya Thian Can Sin Kang adalah gabungan ilmu lweekang Mo-kauw dengan ilmu gaib, sejarah asal usul ilmu lweekang ini di ceritakan oleh angkatan tua Bu-tong Pai yang masih hidup, paman guru Yan Cong-thian dan Ci Siong Tojin yang bernama Kouw-bok.

Tulisan diatas adalah sedikit ringkasan cerita Kembalinya Ilmu Ulat Sutra (judul asli: Tian Can Zai Bian), 3 jilid tamat 853 hal karangan Huang Ying, cerita ini adalah lanjutan cerita Pendekar Ulat Sutra (Tian Can Bian) saduran Ai Chu, tapi cerita ini merupakan cerita tersendiri, jadi bisa di baca secara sendiri-sendiri

Wan Fei Yang sudah menjadi jago nomor satu di Tionggoan akhirnya mendapat musibah juga, musibahnya bukan oleh pesilat hebat, tapi oleh seorang wanita, seperti kata pepatah Ying Xiong Nan Guo Nu Ren Koan artinya bagaimana pun hebatnya seorang laki-laki tetap susah melewati wanita cantik (akan terjatuh oleh wanita cantik). Musibah apa yang menimpa Wan Fei Yang.?

Di bab lain di ceritakan juga nasib Fu Hiong Kun yang masih mengharapkan cintanya kepada Wan Fei Yang, dia mendatangi Siauw Lim Si atas permintaan gurunya Ku-suthay dan di sana dia bertemu dengan Wan Fei Yang dan Su Yan Hong (Dalam Film namanya Sie Thing Feng). Menyaksikan pertandingan antara ketua Pek Lian Kauw dengan sesepuh Siauw Lim Si, lalu bertanding dengan Wan Fei Yang.

Kemudian cerita beralih ke Su Yan Hong yang melakukan perjalanan ke Siauw Lim Si ingin meminta bantuan pada ketua Siauw Lim Si untuk menyelamatkan kerajaan Beng. Di sini muncul seorang pemuda tukang jual obat jalanan yang bernama Siau Cu, muridnya Lam Touw (Pencuri selatan), dan Lu Tan putra Lu Kian, pejabat yang tewas oleh Liu Kan seorang Taykam yang berkuasa.

Sayang sekali cerita Kembalinya Ilmu Ulat Sutra ini terpotong. sehingga kita harus menunggu cerita lanjutannya, entah kapan..

Catatan : Cerita legenda Wan Fei Yang ini di buat juga dalam bentuk film (Reincarnated), tapi ceritanya tidak sama, malah sangat berbeda sekali dengan buku / cerita aslinya, sutradaranya terkesan hanya mencatut nama-nama Wan Fei Yang, Tokko Bu-ti, Fu Hiong Kun, Tong Ling, dsb. menurut Huang Ying, semua terjadi karena kebutuhan / penyesuaian film dan sang sutradaranya sudah meminta izin kepada Huang Ying. Disadur oleh Liang YS, terdiri dari 3 jilid.

Pendekar Cinta

Karangan Imanto (tabib gila)  Saat ini terdiri dari 5 jilid. Menceritakan petualangan Li Kun Liong terjun di dunia kangouw serta petualangan-petualangan cintanya.

Nama Jagoan : Li Kun Liong
Ilmu Silat : Susah di ukur, terus meningkat
Kelebihan : Pintar, berbakat, ulet, teguh, romantis
Kelemahan : Lemah terhadap gadis cantik, mudah tersinggung
Pacar : Beberapa
Musuh Besar : Kaum Liok-Lim dan Bu-Lim yang munafik
Peruntungan : Bernasib baik dengan wanita, sial dalam pertempuran
Slogan : Bercintalah jangan perang
Motto : Tidak mau disebut pendekar tapi manusia biasa saja

Selasa, 27 Juli 2010

Rahasia 180 Patung Mas

Cerita dibuka dengan pembunuhan 18 tokoh dunia persilatan secara misterius. Saksi peristiwa itu adalah In Ang Bi, anak salah satu dari 18 tokoh itu, yaitu : In Giok San. Gadis ini akhirnya mengalami amnesia dan diselamatkan oleh Kiam Ho Lok Cing Hui. Kiam Ho mengutus murid sulungnya Gak in Lam, untuk mencari obat Jian Lian Hok Leng di daerah barat untuk dapat menyembuhkan nona ini. Dalam pengembaraannya Gak In Lam berhasil menemukan kota emas dengan 180 patung mas yang mengandung ilmu sakti purba.
Sayang usaha Gak in Lam, mengalami rintangan dari suku Santo yang barbar dan berakibat cacatnya dia, untung dia ditolong seorang gadis suku Pek Ih (Kalana) yang akhirnya menjadi istrinya. Saat itu dia sempat membuat peta kota mas yang dikirim dengan merpati pos ke gurunya. Sayang merpati ini tidak sampai sasaran, malah ketangkap anak murid Tok Pi Sin Kun. Akhirnya rahasia kota mas itupun bocor di dunia Kang Ouw.
Cerita selanjutnya berkutat mengenai perebutan peta dan Gak In Lam suami istri oleh beberapa tokoh dunia persilatan dan usaha Su Kiam Eng, murid kedua Kiam Ho dalam mencari jejak Su-heng. Dalam petualangannya Su Kiam Eng berkenalan dengan Ih Keh Ki, cucu murid Kiam Ong Ciong Li Cin. Berdua mereka juga mengembara ke barat ke hutan rimba untuk menemukan kota mas. Disana akhirnya Ih Keh Ki diculik, dan Su Kiam Eng berkenalan dengan Kalina, adik Kalana.
Melalui perjuangan yang berat, akhirnya Su Kiam Eng mendapatkan Jian Lian Hok Leng, tetapi kota mas berhasil didapatkan oleh seorang yang berjuluk Raja Rimba. Sementara itu di dunia Kang Ouw pun terjadi pergolakan dengan munculnya organisasi rahasia Thian Liong Pang yang ingin menguasai dunia persilatan. Kemudian dengan Jian Lian Hok Leng, amnesia In Ang Bi berhasil disembuhkan. Dari situ terbongkar bahwa pembunuh 18 tokoh, Raja Rimba dan Thian Liong Pangcu adalah Kiam Ong, Ciong Li Cin. Bagaimana kisah rincinya? Bagaimana juga perkembangan hubungan Su Kiam Eng dengan Ih Keh Ki, Kalina dan In Ang Bi? Cerita menarik ini disadur oleh Gan K.L

Golok Yanci Pedang Pelangi

Setiap orang tentu pernah bermimpi.
Mimpi memang sesuatu yang aneh. Banyak peristiwa yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata seringkali dapat dialami dalam mimpi. Angan-angan yang sukar terwujud dalam kehidupan nyata dapat dialami dalam mimpi...

Ho Leng Hong adalah seorang pemuda yang terbiasa hidup santai. Sehari hari hidupnya dihabiskan di rumah rumah judi dan pelacuran. Suatu hari pada saat dia mengunjungi Siau Cui, dia jatuh tertidur dan bermimpi menjadi Nyo Cu Wi, pemilik Thian Po Hu.
Ternyata dia bukan bermimpi tapi terlibat dalam serangkaian intrik dunia persilatan di gedung Thian Po Hu. Disana dia berkenalan dengan “istri”nya Pang Wan Kun yang ingin menguasai Yanci Poto. Belakangan baru diketahui bahwa Pang Wan Kun ini adalah orang Ci Moay Hwe yang menyaru sebagai Pang Wan Kun. Sedang Pang Wan Kun asli sendiri tertawan di lembah Mi Kok.
Melalui keuletan dan bakatnya yang luar biasa, akhirnya Ho Leng Hong dapat membongkar semua intrik Ci Moay Hwe dan mendapatkan ilmu silat tinggi, bahkan menjadi Kok Cu di Lembah Mi Kok. Bukan itu saja dia juga mem-peristri dua orang cewek yang cantik dan pintar, yaitu : Tong Siau Sian dan Kim Hong Giok

Minggu, 25 Juli 2010

Tangan Berbisa

Jauh pada seratus tahun lebih berselang didalam rimba persilatan ada seorang yang bernama Thiat Thian Bin yang bergelar Thay Pek Sian-ong, dia dengan berbekal kepandaian keturunan dari Tat-mo couwsu maSuk kedaerah Tionggoan, pada masa itu ia merupakan seorang jago terkuat tanpa tandingan, seorang diri ia memiliki dua belas macam kepandaian ampuh, ilmu-ilmu itu terdiri dari ilmu pedang, golok, senjata yang berbentuk alat tulis, kipas, tinju dari tangan, meringankan tubuh, kekuatan tenaga dalam, senjata rahasia, ilmu menyedot hawa, ilmu bikin mabuk lawannya dengan tiupan seruling dan lain-lain, semuanya merupakan ilmu yang tidak ada taranya.
Tay-pek Sian-ong ini, dalam hidupnya boleh dikata tak ada apa- apa yang patut diceritakan, sebab kepandaian ilmu Silatnya terlalu tinggi, orang-orang rimba persilatan baik golongan hitam maupun gologan putih, semua takluk. sehingga tiada seorang yang berani menghadapinya.
Dengan demikianlah ia telah melewati hidupnya dengan tenang sampai berusia seratus sembilan tahun ketika ia menutup mata hingga tahun ini baru tiga puluh dua tahun. Tetapi pada waktu ia hendak menutup mata, ia telah melakukan suatu pekerjaan yang menggemparkan rimba persilatan, urusan, menurut pandangan Suhumu, kecuali ada lain maksud jikalau tidak, sedikit banyak agak tidak masuk diakal.
Entah ia mendapat ilham dari mana, pada waktu ia telah mengundang dalam waktu bersamaan kepada pemimpin-pemimpin atau ketua partay rimba persilatan, katanya hendak membuat orang tetap awet muda, setiap ketua atau pemimpin partai diwajibkan untuk  mencari sejenis daun atau barang- barang yang sangat manjur untuk bahan obat, ia kata pelawet muda itu setelah berhasil diciptakan, barang siapa yang makan satu butir, bisa tetap awet muda.
Setelah permintaannya yg sulit itu berhasil dikerjakan oleh para pemimpin partai, ia kemudian membagikan 12 kunci yang berbentuk12 huruf Shio yang dapat membuka kotak Sin Kie Giok Sap (Kotak Rahasia) yang konon selain berisi obat awet muda juga terdapat kitab silat . Tay-pek Sian-ong kemudian tiba-tiba menghilang ditengah –tengah sebuah  telaga dan tidak muncul-muncul lagi.
Bertahun-tahun kemudian salah satu kunci berbentuk Shio Liong (Naga) itu  berada pada seorang anak muda yang bernama Cin Hong murid salah seorang tokoh Tiga Gaib dunia Persilatan.
Cin Hong merupakan seorang yang sangat hijau / kurang berpengalaman dalam dunia persilatan bahkan bisa dibilang terlalu lugu, dan dalam petualangannya memecahkan misteri dari Kunci berbentuk huruf Liong, dia harus berhadapan dengan Pemilik “Penjara Rimba Persilatan” yang sangat sakti bahkan berhasil memenjarakan gurunya dan tokoh-tokoh sakti golongan hitam maupun putih. Walaupun ilmunya masih cetek ia berani menantang duel……….?  Belum lagiruwetnya kisah asmaranya dengan berbagai gadis cantik mungkin  karena jagoan kita ini termasuk jenis pemuda yang kurang tegas dalam hal perempuan dan mungkin agak begajul juga ……
Buku yang tersedia dalam bentuk ebook. Sumber : Clifman

Pendekar kidal

Lenyapnya Tong‑Thian-jong, tertua keluarga Tong di Sujwan yang terkenal dengan ilmu senjata rahasia dan racunnya serta Un It‑hong, tertua keluarga Un di Ling lam yang terkenal dengan obat bius dan wewangian yang memabukkan, yang terkait dengan “CING CU LING” (firman mutiara) menggemparkan dunia “Kang-ouw“.
Ling Kun-gi berkelana berbekal tiga jurus ilmu pedang Hwi-liong-kiam-hoat warisan keluarganya yang tidak lengkap dan ajaran gurunya Hoan jiu ji lay (Budha Kidal) seorang hwesio “pemberontak” dari Siau-lim-si untuk mencari ibunya yang turut lenyap.
Dalam pengembaraannya ia banyak terlibat dengan pelbagai urusan yang menegangkan dan berkenalan beberapa orang gadis cantik seperti putri dari keluarga Tong, Un, pangcu Pek-hoa-pang.
Ia berhasil mengetahui juga dibalik peristiwa mutiara cin-cu-ling yang terkait sebuah perkumpulan pembela negara dimasa lampau yang dikejar-kejar pemerintah pada saat ini dan terbunuhnya ayahnya.
Akhirnya ia berhasil menguasai secara lengkap Hwi liong-kiam-hoat dan membasmi penghianat yang menyebabkan terbunuhnya ayahnya dan memperistri 4 orang gadis cantik yang dikenalnya selama pengembaraannya
(Sumber: http://silat.cersilangka.info)

Bocah sakti

Pada suatu malam yang gelap rumah Liok Sinshe, guru Lo In diserbu sekelompok golongan hitam Siauw San Ngo Ok dibawah pimpinan Kim Popo. Gurunya terdesak dan masuk jurang. Bahkan iapun nyaris terbunuh. Ketika ia berhasil menyembuhkan luka seekor anak monyet. Iapun bersahabat dengan mereka sebagai ungkapan terimakasih ia medapatkan buah aneh yang mampu meningkatkan lwekangnya seperti seorang yang sudah berlatih puluhan tahun.
Persahabatan dan penemuan yang tak sengaja menjadikan Lo In menjadi seorang anak yang sakti. Namun mukanya menjadi hitam akibat obat yang dilaburkan salah seorang musuhnya. Penemuan kitab sakti dari Shaolin menjadikan ilmunya bertambah tinggi, hingga ia dijuluki Hek Bin Sin tong (Anak Sakti bermuka hitam) (sumber : http://ebook-gratis-kirara.blogspot.com)

Rahasia Peti Wasiat

Diceritakan adanya perebutan peti wasiat yang katanya berisi peta harta karun seorang gembong penjahat yang dikabarkan telah meninggal terbunuh.
Dalam perebutan itu terlibat seorang pensiunan detektif pemerintah, yang pada akhirnya ternyata adalah seorang ....
Terlibat pula istri dan adik sang gembong iblis penjahat dalam perebutan peta harta karun itu.
Dua orang pemuda yang mestinya tidak ada sangkut-paut dengan peti wasiat itu menjadi terlibat dalam intrik perebutan tersebut.

RAHASIA PETI WASIAT
Diterjemahkan oleh: Gan K.L.
Terdiri dari: 2 jilid @ 325 halaman

Jumat, 16 Juli 2010

Daftar Cersil Happy Ending

Judul
Pendekar Sakti dari lembah liar
Pendekar Cacad/10 tokoh persilatan
Telapak Setan
Pendekar Muka Buruk
Pedang Berkarat, Pena Beraksara
Persekutuan Pedang Sakti
Hikmah Pedang Hijau
Harkat Pendekar
Seruling Perak Sepasang Walet
Misteri Panji Tengkorak
Memburu Naga Kumala
Memburu Iblis
Tokoh Besar
Pendekar Riang
Pendekar Binal, Bakti PB, Bahagia PB
Panji Sakti
Guntur Perak
Si Pedang Tumpul

Selasa, 13 Juli 2010

Cetak ebook


Untuk membantu teman-teman yang ingin membaca ulang cersil lama yang sekarang sudah berupa ebook,tetapi capek baca e-book di depan monitor ? Dan tidak mau repot kalau harus menghidupkan komputer dan mau hemat listrik?

Maka saya menawarkan untuk mencetak ebook tersebut menjadi buku dengan asumsi sebagai berikut :
1. Harga per hal File PDF ukuran A5 rp 100,-
2. Harga soft cover dengan ketebalan sekitar 300-400 hal @ Rp 20.000,-
3. Harga di luar ongkos kirim via Wahana (lokasi saya di Surabaya)
Disebelah ini adalah salah satu contoh ebook lama yang saya cetak (Raja Silat saduran Tjan ID).


Dibawah ini adalah beberapa sumber ebook gratis :
1. kangzusi --> http://kangzusi.com/Silat_Mandarin_Full.htm
2. Clifman --> http://clifman.wordpress.com/e-book-gratis/
3. Areubud --> http://arebuuud-cersil.blogspot.com/
4. Indozone --> http://indozone.net/literatures/
5. Dimhad --> http://dimhad.co.cc/
6. Kirara --> http://99cersil.blogspot.com/
7. Otoy --> http://otoy-ebookgratis.blogspot.com/2010/04/cersil-jadul.html
8. Cerita silat --> http://ceritasilat.com/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=18&Itemid=37
9. Lontar emas --> http://lontaremas.blogspot.com/2009/07/cerita-silat-jawa.html
10. Memoware --> http://www.memoware.com/?screen=search_results&DirectSearch=Y&p=contributor_id^!22213~!

atau bila anda menemukan link lainnya, bisa kirim ke saya dan saya bantu downloadnya

Cara order :
1.Silahkan kirimkan file dokumen / ebook yang akan di cetak ke email henkykw@gmail.com, atau kirim email yang berisi alamat link file e-book yg bisa didownload sertakan list judul buku-pengarang yg ingin dicetak. (Atau cukup tuliskan Judul, Pengarang, dan Jumlah halaman saja, untuk ebook yang tersedia gratis di internet, untuk menghemat bandwidth).


2. Dalam email, mohon dicantumkan juga judul buku dan jumlah halaman, jenis kertas, jenis cover yg diinginkan serta alamat jelas pengiriman beserta nomer HP yg bisa dihubungi.

3. Tunggu konfirmasi email dari kami mengenai total biaya serta waktu penyelesaian

4. Jika Anda sudah mentransfer biaya-nya, silakan melakukan konfirmasi pembayaran via email Henkykw@gmail.com. Order Anda akan diproses setelah pembayaran diterima.

5.Barang dikirim dengan kurir (Wahana). Ongkos wahana bisa dilihat di http://www.wahana.com/rate.html (ongkir min 2 kg)


Pencetakan hitam-putih menggunakan mesin printing digital dengan sistem laser berbasiskan toner sehingga hasilnya tidak akan luntur oleh air.

Selasa, 06 Juli 2010

Putri Harum dan Kaisar

Jumlah Jilid: 3
Terbit: 2009
Penulis : Wen Hua

Sinopsis:

sebat luar biasa, putri begal tunggal Lou Gwan-thong yang termasyhur itu menyumpalkan sumbu ke telinga kudanya sendiri, begitu menyabet dengan tali les, dia barengi dengan menggunakan gerakan Cian-liong-seng-thian (naga mencelat ke atas udara), ia buang tubuhnya ke atas pelana kuda putih. Karena terkejut, kuda putih itu membinal dan meringkik keras. Sekali kaki menjejak, bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, mencongkaklah kuda luar biasa itu dengan pesatnya.

Cara putri Lou Gwan-thong mencuri kuda itu luar biasa sebatnya dan gapah. Karena terkesima, si pemilik kuda hanya terlongong-longong mengawasi saja, baru setelah sadar apa yang terjadi, dia buru-buru mengejar. Tapi sungguh sial, kuda Lou Ping yang ditinggalkan itu karena telinganya terbakar api sumbu, segera berjingkrak-jingkrak tak karuan, menyepak kesana menggigit kemari, sehingga untuk beberapa saat tertahanlah si pemilik kuda putih itu tak dapat mengejarnya.

Perjodohan Tusuk Kundai Hong dan Liong

Penyadur: SD Liong
Jilid: 3
Terbit: Maret 2010
Ket : Hard Cover

Sinopsis:
Tusuk kundaiku ini berukiran Liong dan tusuk kundainya berukiran Hong, keduanya adalah satu pasang. Aku suaminya, ia isteriku. Perjodohan ini telah ditetapkan sejak lahir. Ai, tapi bagaimana harus kukatakan kepadanya? Apakah begitu berjumpa, terus saja kukatakan, Aku ini suamimu, maka aku datang menemuimu?

Lepas! teriak Shin Ci-koh dan pedang In-nio pun terpental melayang ke udara. Dan dengan tangkai Hud-tim, Shin Ci-koh menotok jalan darah In-nio. Dengan demikian dapatlah Shin Ci-koh mengakhiri pertandingan itu. Walaupun menang, ia rasakan tangannya pegal juga karena lelah menghadapi Bik-hu dan In-nio. Diam-diam ia kagum juga kepada kedua anak muda itu.

Gara Gara Warisan

Kuda yang di sebelah depan itu, yang tinggi, berbulu putih dan tinggi besar badannya. Penunggangnya adalah seorang nyonya muda didalam tangan siapa ada terangkul seorang nona umur tujuh atau delapan tahun. Kuda yang di belakang, yang berbulu merah marong, penunggangnya adalah seorang pria yang tubuhnya jangkung kurus.
Hanya di punggung kiri dia ini ada menancap sebatang anak panah, terus mengeluarkan darah, hingga darahnya itu mengalir ke kudanya, terus menetes jatuh ke pasir, terus meresap kedalam tanah...

Kanglam Hiap Su & Kuda Putih

Masalah mulai timbul, pada saat ia punja anak perempuan - Siauw Kim - dilamar oleh tuan kedua dari Lima Harimau Keluarga Lou (Lou-kee Ngo Houw), jang adalah satu okpa tjabang atas. Dan ini jang menjebabkan Hek Houw pusing kepala. Tidak sadja bedanya umur, djuga kedudukannja, sifatnja Theng-in-houw, jang bikin Hek Houw sangat keberatan. Ia djusteru ingin dapati mantu orang berpangkat.

Kuda yang di sebelah depan itu, yang tinggi, berbulu putih dan tinggi besar badannya. Penunggangnya adalah seorang nyonya muda didalam tangan siapa ada terangkul seorang nona umur tujuh atau delapan tahun. Kuda yang di belakang, yang berbulu merah marong, penunggangnya adalah seorang pria yang tubuhnya jangkung kurus.
Hanya di punggung kiri dia ini ada menancap sebatang anak panah, terus mengeluarkan darah, hingga darahnya itu mengalir ke kudanya, terus menetes jatuh ke pasir, terus meresap kedalam tanah...

Genta Pelindung Bunga

...Wi Ki terbelalak heran.
Didengarnya Giok-he berkata pula, "Semalam kami sibuk mencari jejak Suhu di atas gunung, kami juga mengkhawatirkan keselamatan Gosute..."
"O, jadi dia berada bersama kalian?" tanya Wi Ki dengan kening bekernyit.

Giok-he mengiakan dengan menghela napas perlahan...

Tapi Giok-he lantas berkata, "Usia Gosute masih muda, pula..." Ia menghela napas seperti merasa dapat memaklumi apa yang dilakukan sang Sute...

Giok-he tersenyum senang, setelah Wi Ki pergi jauh, perlahan dia mendekati kereta, sapanya, siapakah nama adik yang terhormat ini? Ada keperluan apa kiranya engkau mencari Gote kami?"...

***

Buku ini merupakan cersil terjemahan Hu Hua Ling, disadur oleh Gan K.L.
Box 2 buku (jilid 1 & 2)

Tiga Maha Besar

(lanjutan Bara Maharani)

Kupegang tanganmu.
Kita akan bersatu satu sama lain.
Cinta Kita melampaui hidup dan mati
Kita akan tumbuh tua bersama-sama

Dunia persilatan digemparkan dengan kemunculan satu kekuatan baru yang misterius, siapa gerangan mereka dan apa tujuannya?
Bagaimana nasib tiga kekuatan besar penguasa dunia persilatan selanjutnya?
Harta Karun dan kitab pusaka,
Dua hal yang diidam-idamkan setiap umat persilatan.
Sekaligus sumber bencana bagi umat persilatan.
Mampukah Hoa Thian-hong menghentikan pertikaian antar jago persilatan itu?

***

Diceritakan bagaimana ketiga besar perkumpulan melangsungkan pertarungan untuk
memperebutkan pengaruh yang hasilnya adalah .....
Terjadi perebutan pedang emas yang dapat digunakan untuk memotong pedang baja
milik Hoa Thian-hong yang berisi Kiam-keng, yang akhirnya Kiam-keng itu terjatuh
ke tangan ...

Riwayat jago Silat

Guru Ong Cu Pin, Ciu Liang, adalah orang kelahiran Po-teng-hu. Ilmu silatnya bisa dibilang sempurna, ia bisa menggunakan delapan belas macam senjata, dan juga pandai menggunakan senjata Liong-thauw-kan, Li-kong-kway dan sebagainya. Saat berumur enam belas tahun ia sudah menjadi begal tunggal di wilayah propinsi Shoatang, Holam dari Tit-le. Karena kepandaian silatnya begitu lihai, orang-orang yang bekerja sebagai po-pio, yaitu orang yang bekerja melindungi barang bawaan pelancong atau saudagar dari serangan begal dan penyamun di tengah perjalanan, yang lewat di tempat tersebut semuanya merasa jeri dan tidak ada seorang pun yang tidak minta belajar kenal padanya.

Misteri Pulau Neraka

Cerita dibuka dengan pembunuhan2 tokoh top dunia persilatan dan
hilangnya Bu Lim Bengcu. Nah, Oh Put Kui (OPK) ini juga keluarganya berantakan, ibunya
terbunuh dan ayahnya hilang entah kemana (ada hubungannya 7 tokoh penghuni Pulau
Neraka), kemudian dia diasuh dan diangkat murid oleh pamannya, yang jago
mumpuni.

Dalam dunia persilatan terbentuk perkumpulan pembela kebenaran, ya penjahatnya
di Wanted dan dihargai. OPK berhasil membunuh salah satu gembong penjahat, dan
kebetulan ketemu Pengemis yang sedang meminta hadiah atas terbunuhnya murid
gembong penjahat tsb, dan kemudian pengemis tsb menjadi pengikutnya, disini
banyak dibangun kelucuan kelucuan.

OPK pergi ke pulau neraka, disana ketemu 7 tokoh yang sedang menjalani semacam
hukuman/perjanjian dan ada sebagian tabir terpecahkan, dan 7 tokoh tsb masing2
menurunkan ilmu tertopnya kepada OPK. Sebagian tabir yang terpecahkannya nantiu
baca bukunya sendiri, kalau cayhe jelaskan jadi tidak seru lagi.

OPK berhasil membuka tabir tokoh dibalik pembunuhan besar tsb, dimana salah satu
cewenya anak tokoh tsb. Apa hubungangannya antara Bu Lim Bengcu dengan Tokoh
dibalik pembunuhan tsb.

Akhir cerita tentu happy end. Dan untuk cerita sejenis ini kalau diuwarkan dulu
tidak seru lagi bacanya (sebenarnya cerita begianian gampang ditebak, apalagi
bagi mereka yang suka baca cerita2 detektif, dari awal cayhe sudah bisa
menebaknya), lain dengan cerita HKKL yang ini jagoannya dan ini musuhnya,
tinggal bagaimana cara mengalahkan musuhnya tsb

The Dragons of Tang Dinasty




Pada akhir zaman Dinasti Sui, Pemerintahan dipegang oleh kaisar Yang Kuang,
Seorang kaisar lalim yang sibuk membangun istana, menimbun kekayaan dan haus kekuasaan. Pemerintahan yang sama sekali tidak memperhatikan rakyat melahirkan perlawanan dan pemberontakan dimana-mana.
Di tengah kekacauan perang itu, muncul 2 orang pemuda berandal miskin yang hidup dari mencuri dan menipu. Tanpa disadari, hasil pencurian keduanya suatu hari mengubah nasib mereka selamanya. Didukung dengan bakat alami, kepintaran dan akal bulus serta keberuntungan demi keberuntungan menuntun keduanya menggoncang dunia persilatan sekaligus mengukir sejarah.
Novel silat karya Wong Yi merupakan "BEST SELLER" yang akan membawamu ikut masuk ke dalam dunia Khou Zhong dan Xu Zeling, merasakan suka duka mereka yang sarat dengan cinta, pertemuan serta perpisahan yang menggugah hati..

7 Pedang 3 Ruyung

Siu Tok ayah Siu Su adalah seorang pendekar hebat di jamannya. Karena tingkah laku dan tindakannya yang dianggap semaunya sendiri, maka Jit-Kiam-Sam-Pian (Tujuh pedang 3 ruyung) secara licik dan keroyokan berhasil membunuh Siu Tok yang sudah setengah lumpuh. Dengan menggunakan tipuan JEBAKAN WANITA CANTIK, Mao Kau mengumpankan adiknya yang cantik untuk mendekati Siu Tok, bahkan adiknya ini berhasil menotok nadi Siu Tok pada saat berlatih, hingga mengakibatkan ia lumpuh.

Berkat keberhasilannya ini selama belasan tahun Mao Kau berhasil menguasai rimba persilatan.
Siu Su berada dalam dilema, haruskan ia membunuh musuh yang sekaligus kakak ibunya, ataukah ia harus mengampuninya ? Ternyata ia pun menghadapi peristiwa yang mengguncangkan hati, salah satu anggota Jit-Kiam-Sam-Pian sebelum bunuh diri menyatakan bahwa pembunuh ayahnya yang sesungguhnya adalah ibunya sendiri !

Buku yang tersedia dalam bentuk ebook

Kim Coa Kiam

Pedang Ular Emas mengisahkan tentang usaha Sin Ci untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Ayahnya adalah panglima setia namun difitnah oleh para kasim istana sehingga dijatuhi hukuman mati. Ia berhasil dididik menjadi orang sakti oeh si Lutung Tangan Delapan, namun kelihaiannya berkembang pesat ketika menemukan pedang Ular Emas dan Kitab peninggalan pendekar ular emas.

Ditengah usaha membalas dendam ia juga terjebak dalam dilema cinta segitiga. Mampukah Sin Cie membunuh kaisar dan sang kasim yang telah membinasakan ayahnya ?

Buku yang tersedia dalam bentuk ebook

Raja Silat


Cersil mandarin ini diawali ketika mengalami kekalahan dari Thian Sian Piauw Cu, Liem Han si Pancingan Sakti membawa Liem Tou anaknya meninggalkan dunia kangouw dan memutuskan menetap sebagai guru sastra di perkampungan Ie Hee Cung diatas puncak Ha Mo Leng. Liem Han bahkan melarang Liem Tou untuk belajar silat. Tak dinyana ia mati diracun oleh sang Cung Cu (Kepala Kampung) yang baru bahkan dengan alasan yang tak jelas sang Cung Cu juga mengusir Liem Tou dari kampungnya, namun disaat terakhir sebelum meninggal Liem Han masih sempat memberikan sejilid kitab sakti perguruannya kepada Liem Tou.

Dalam perjalanannya Liem Tou difitnah mencuri kerbau dan dimasukkan penjara. Siapa sangka masuknya Liem Tou ke penjara ini membawa berkah terselubung, ia berkenalan dengan seorang kakek tua yang menyembunyikan sebuah kitab persilatan sakti (To Kong Pit Kip). Sebelum mati si kakek tua sempat memberikan kunci untuk menemukan kitab sakti tersebut.

Dapatkah Liem Tou menemukan kitab yang menjadi incaran para jago persilatan tersebut ? dan bagaimana pula nasib percintaannya dengan empat orang gadis cantik sekaligus ?
Pengin tahu ? Buku yang tersedia dalam bentuk ebook

Terbang Harum Pedang Hujan

BAB 1



Golok bergigi

Di sebuah gubuk. Suara ayam jantan yang berkokok baru terdengar...

Di pagi hari di musim dingin, seorang pemuda berperawakan tinggi besar, tampan serta gagah membuka pintu penginapan satu-satunya yang ada di desa terpencil itu. Dia mengeluarkan seekor kuda ternama berwarna merah kecoklatan, yang dianggapnya sebagai barang yang lebih penting dibandingkan nyawanya. Dia menghirup udara, dan hawa dingin dengan cepat masuk ke dalam paru-parunya yang hangat.

Sudut mulutnya tampak terangkat hingga membentuk senyum, senyum angkuh dan penuh ejekan. Setelah dia naik ke atas kuda, segera kuda itu melaju dan meninggalkan jejak kakinya yang berurutan. Di pelana kuda tergantung dua benda berat, benda itu terbungkus dengan rapi. Tapi pada saat kuda mulai berlari, kedua benda itu beradu sehingga menimbulkan suara, ternyata kedua benda itu terbuat dari besi, karena kuda berlari maka kedua benda itu pun bersenggolan dan mengeluarkan bunyi.

Dia tidak berusaha menarik perhatian siapa pun, karena sekarang dia tidak berniat di pagi hari yang begitu dingin, menyapa orang-orang, kalau ada yang mengetahui siapa dia sebenarnya, mungkin keadaan akan berbeda.

Selama beberapa tahun ini dia adalah orang terkenal di dunia persilatan. Dia adalah Tie-ji-wen-hou (Golok bergigi), Lu Nan-ren. Dalam waktu singkat dia telah menjadi sangat terkenal, semua itu bukan tanpa alasan. Pertama, karena dia mempunyai seekor kuda yang jarang ada di dunia ini, selain kudanya dia juga mempunyai keahlian yang tinggi. Baik ilmu luar atau ilmu dalam, ditambah lagi dengan dua senjata anehnya...sepasang golok bergigi, membuatnya dalam waktu singkat dia berhasil mengalahkan orang-orang persilatan yang mengganggunya. Di antara orang-orang yang mengganggunya tentu saja ada beberapa orang yang merupakan jago kelas satu.

Alasan lain adalah karena ketampanannya, karena ketampanannya pula dia mendapatkan cinta si cantik dari dunia persilatan, Xiao-hun-fu-ren Xue Ruo-bi. Hingga Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren dan Xue Ruo-bi menjadi sepasang suami istri yang membuat iri orang-orang persilatan. Perasaan iri ini pasti bersamaan muncul dengan perasaan cemburu.

Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren dengan santai dan luwes duduk di atas kuda yang berlari dengan cepat, tangan kanannya memegang tali kekang kuda. Bulu kudanya mengkilat dengan indah dan beterbangan tertiup angin.

Jalan yang dilewati kuda dan orang tampak penuh dengan debu beterbangan bercampur salju. Selain tanpam berilmu silat tinggi Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren pun mempunyai sepasang mata yang berkilau. Dia jarang mau pergi kemana-mana sendiri, dia selalu ditemani oleh Lu-bu yang juga seorang pemuda gagah. Dia selalu tidak mau pergi sendiri karena dia takut dalam perjalanannya banyak gadis-gadis akan terus mengikutinya. Mungkin saja, karena peristiwa seperti ini sering dialami olehnya.

Tapi...

Mengapa sekarang dia pergi sendiri? Di mana sang nyonya yang bernama Xue Ruo-bi? Mengapa akhir-akhir ini tertawanya yang biasa menarik, tampak begitu sedih?

Kudanya berlari dengan cepat, tapi dia seperti tidak mempunyai tujuan dan arahnya tidak menentu.

Begitu tiba di kota ’Bao-ding’, dia tidak segera masuk ke dalam kota, dia hanya berkeliling di pintu kota, seperti sengaja menarik perhatian orang-orang. Terkadang dia mengeluarkan dan memasukkan senjata yang dibawanya.

Benar saja, tidak lama kemudian di kota Bao-ding segera tersebar kabar bahwa Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren berada di luar kota Bao-ding. Kabar ini membuat orang-orang persilatan merasa aneh. Ada apa dengannya?

Yang pasti semua itu bukan tanpa alasan, karena wajahnya yang tampan seperti sedang menunggu seseorang. Apakah hal ini tampak aneh?

”Di depan itu adalah pintu kota, dan letaknya dekat dengan kuil Wen,” dalam hati dia terus berpikir, tapi dia tetap tidak masuk ke dalam kota. Dia hanya berdiri di sisi sungai pelindung kota, dan terus berjalan tanpa tujuan. Kedua matanya tampak berkilau dan terus menatap ke arah pintu utama kota Bao-ding yang masih terbuka.

Tiba-tiba dari dalam kota Bao-ding muncul beberapa ekor kuda kekar, dilihat sekilas kuda-kuda itu terus berlari ke arahnya. Di antara para penunggang kuda itu, tampak seseorang yang mengenakan baju berwarna emas, sudut mulutnya terangkat sehingga terlihat angkuh. Kalau tidak diperhatikan dengan benar senyum itu tidak akan terlihat oleh siapa pun.

Setelah berjarak beberapa meter dari Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren, semua penunggang itu turun dari kudanya masing-masing. Salah satu laki-laki berbaju hitam menuntun kudanya berjalan ketempat agak jauh. Sedangkan 3 orang lainnya yang berbaju biru mengikuti orang berbaju emas itu, dengan langkah besar mereka mendekati Lu Nan-ren. Langkah mereka tampak sangat mantap. Tampak kalau mereka mempunyai dasar ilmu silat tinggi. Apalagi orang berbaju emas itu adalah seorang pak tua dengan perawakan pendek...kalau mengatakan dia adalah seorang pak tua, rasanya itu terlalu awal, tapi dari wajahnya bisa dinilai kalau kulitnya sudah tidak kencang lagi. Dia seperti lebih tua dari usia sebenarnya, mungkin lebih tua 10 tahun dari umur sebenarnya...tapi setiap langkahnya seperti langkah seekor gajah besar, membuat orang merasa aneh dengan kekuatan kakinya.

”Siapakah dia?” tanya Lu Nan-ren dalam hati, ’Apakah dia adalah Zhu-sha-zhang, You Da-jun? Kalau benar dia adalah orang itu, sepertinya cocok dengan keinginanku saat ini.”

Melihat orang itu, dia langsung merasa gembira, apa alasannya?

Dia sama sekali tidak bergerak dari atas kudanya. Begitu mereka tiba di hadapannya, mereka segera berpencar, sedang orang gemuk dan berbaju emas, Zhu-sha-zhang seperti gunung batu berdiri di hadapannya.

”Apakah kau tidak mengira, kalau aku bisa datang dari Jiang-nan?” Lu Nan-ren tertawa menghina.

Wajah You Da-jun tampak terkejut, tapi dia tetap dapat menutupi dengan baik semua perubahan wajahnya, di balik daging yang sudah kendur itu.

”Aku memang merasa aneh, aku merasa mengapa kau tidak segera lari, melainkan malah berani muncul di sini.”

Lu Nan-ren tertawa panjang:

”Mengapa aku tidak berani muncul di sini? Apakah menurut kalian aku takut kepada kalian?” wajahnya tampak dingin, kalian menginginkan aku lemah dan tidak bisa kembali ke rumah, aku pun akan membalas supaya kalian merasa tidak tenang, di Jiang-nan, aku tidak bisa mengalahkan kalian, tapi di sini, aku tidak akan takut kepada kalian, tikus-tikus!”

You Da-jun mulai marah, kemarahan membuat wajahnya menjadi merah:

”Baiklah, baiklah! Marga You hari ini akan memperlihatkan kehebatan Tian-zheng-jiao yang terkenal kuat di daerah dua sungai ini,” karena takut perkataannya kurang jelas dia menambah-kan lagi, ”Sobat, kau bukannya cepat pergi meng-hindari bahaya malah ingin mengadu kekuatan dengan Tian-zheng-jiao, apakah karena kau sudah bosan hidup? Hei..marga Lu, turunlah! Biar aku yang memberi pelajaran kepadamu!”

Lu Nan-ren tertawa, bersamaan tawanya dia sudah turun dari kudanya dengan cepat dan lincah, Kedua senjata yang dipegangnya tampak begitu berat tapi ketika dipegang olehnya seperti dua batang kayu.

”Sobat, jangan bicara terus, majulah!”

”Aku marga You dalam bertarung tidak per-nah membutuhkan senjata.” tiba-tiba dia mem-bentak, tangannya sudah melayang ke depan dada Lu Nan-ren.

Ditengah-tengah telapaknya tampak ada warna merah, Lu Nan-ren berpikir, ’Dia hampir sempurna menguasai telapak Zhu-sha-zhang’, diiringi tawanya yang dingin dia melemparkan kedua senjata yang dipegangnya ke bawah.

”Bertarung dengan kalian yang hanya tingkat tikus, aku pun tidak membutuhkan senjata.” kata-katanya membuat Zhu-sha-zhang marah, dia menyerang arah kepala Lu Nan-ren.

Angin telapak berhembus keras, tenaga telapak tangannya benar-benar kuat, Lu Nan-ren tidak berani menyambutnya secara langsung, tubuhnya digeser kesamping untuk menghindar, tapi Zhu-sha-zhang You Da-jun sudah membentak dan menyerang lagi.

Zhu-sha-zhang telah menguasai wilayah dua aliran sungai, tenaga telapaknya bisa dikatakan termasuk paling hebat dan kedudukan-nya di Tian-zheng-jiao berada di posisi penting.

Hanya saja walau tenaga telapaknya sangat kuat, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak dengan lincah, tenaganya yang bisa membuat gunung terbelah, tapi sulit menutupi gerakan tubuhnya yang tidak lincah. Kalau dia benar-benar bertemu dengan pesilat tangguh, dia tentu berada di pihak yang dirugikan. Tentu saja dia sangat mengerti hal ini, karena itu setiap kali menyerang, dia akan menggunakan tenaganya hingga 90% dan setiap serangan yang dilancarkan adalah serangan mematikan. Sekarang dia berniat membunuh pemuda yang masih muda tapi sudah terkenal yang berjuluk Tie-ji-wen-hou.

Tenaga dan bayangan telapak membuat Tie-ji-wen-hou seperti tidak mempunyai kekuatan membalas!

Tiga orang berbaju biru yang menyaksikan jalannya pertarungan, tampak berseri-seri, masing masing mempunyai pikiran, ”Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren telah menanggalkan senjatanya, dan sekarang dia menjadi orang yang tidak berdaya.” tapi di samping merasa gembira mereka juga merasa menyesal.

”Mengapa sejak awal bukan kami saja yang bertarung dengan marga Lu ini, sepertinya kami pun bisa mengalahkan dirinya, dan kami bisa menjadi terkenal! Apalagi kalau ketua kami tahu, kami akan naik pangkat beberapa tingkat, tentu juga dia akan iri,” dengan iri mereka terus melihat You Da-jun yang mengenakan baju emas, dan berkata lagi dalam hati, ’kami pun bisa mengena-kan baju berwarna emas seperti dia!’

Dalam hati mereka berpikir seperti itu, begitu pula dengan You Da-jun, terlihat wajahnya gembira. Jurusnya bertambah ganas, dia ingin sekaligus membuat Lu Nan-ren mati. Kecuali Tian-zheng-jiao berselisih dengan Tie-ji-wen-hou, dia juga ingn membalas dendam, di samping itu dia ingin membunuh Tie-ji-wen-hou yang terkenal di dunia persilatan, bila dia berhasil membunuh Lu Nan-ren, maka dia akan bertambah terkenal di dunia persilatan.

Sekarang posisinya berada di atas angin, tapi dalam beberapa puluh menit ini dia tetap tidak bisa memenangkan pertarungan ini. Jurus-jurus Tie-ji-wen-hou tampak semakin melambat.

Semangat Zhu-sha-zhang bertambah, dengan jurus berbahaya, kedua telapaknya dibuka dan dada tampak sebuah lowongan besar. Dari samping Lu Nan-ren bisa melihat lowongan ini dia tersenyum yang hampir tidak terlihat, dia maju selangkah, kemudian kedua jarinya diangkat dan dia menotok rusuk kiri You Da-jun.

”Orang ini telah tertipu,” pikiran itu melintas dengan cepat, dia membentak kemudian bagian dada dan perut ditarik, membuat jari Lu Nan-ren tidak bisa mengenai tempat yang diinginkan, kemudian tangannya membalas memukul. Tie-ji-wen-hou berteriak, kedua kaki-nya menapak tanah, kemudian seperti sebuah panah terus meluncur, dengan lincah dia melompat ke atas kuda yang sedang menunggunya, kemudian kuda itu berlari seperti sebuah panah yang meluncur dengan kencang.

”Ilmu meringankan tubuh pemuda itu benar-benar bebat.”

Setelah menyerang satu kali, Zhu-sha-zhang berhasil mengenai sasarannya, dia merasa sangat senang, tapi dia tidak berpikir jauh. mengapa orang yang bisa ilmu meringankan tubuh pada tahap sudah tinggi malah kalah darinya?

Ketiga orang berbaju biru itu mengeluarkan suara bentakan mengejar Tie-ji-wen-hou yang sudah berlari jauh, dengan senang You Da-jun berkata:

”Orang itu sudah terkena pukulanku, dia tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.” dia tertawa, ”kita pelan-pelan bisa mengejarnya, kita tinggal mengambil mayatnya saja.”

Kata-kata Zhu-sha-zhang, You Da-jun tentu bukan asal bicara, orang berbaju biru itu yakin sekali dengan kata-katanya, sayang mereka tidak tahu, sesuatu telah terjadi di luar dugaan mereka!

Tie-ji-wen-hou berlari dengan kencang, begitu merasa jarak dengan mereka cukup jauh, dia berhenti di sebuah tempat terpencil lalu turun dari kudanya.

Pertama-tama dia meneliti dulu keadaan di sekelilingnya, setelah memastikan tidak ada siapa pun selain dirinya, dia baru melihat ke arah sungai pelindung kota. Walaupun sungai itu telah membeku, tapi terlihat permukaan sungai yang padat menjadi es hanya berupa lapisan tipis. Dia tertawa dengan puas melihat keadaan itu.

”Semua sangat cocok dengan keinginanku,” diam-diam dia berpikir, lalu dia membuka baju bagian atasnya, muncullah kulit yang ditumbuhi dengan bulu-bulu rambut, udara dingin dengan cepat berhembus ke tubuhnya. Tapi sepertinya dia tidak peduli, dari dalam sepatunya dia mengeluarkan sebuah pisau belati, lalu dengan cepat menggoreskan ketangannya, darah pun mengalir keluar.

Dia melakukannya dengan hati-hati supaya darah tidak sampai mengotori bajunya, dia menekan tangannya yang tergores dengan jarinya. Darah jatuh bercucuran ke bawah. Darah ini tidak bisa dibedakan apakah darah ini dari luka luar atau darah karena luka dalam yang dimuntah-kannya?

Dalam waktu yang singkat dia selesai melakukan semua pekerjaan itu, kemudian di tempat di mana kudanya ditambatkan yaitu di sisi sungai, dia membuat jejak kaki kudanya menjadi berantakan.

Semua ini membuktikan kalau Tie-ji-wen-hou telah terkena pukulan Tie-sha-zhang yang dilancarkan oleh You Da-jun dan dilakukan di luar kota Bao-ding.

Karena muntah darah terus menerus akhirnya dia mati, karena dia tidak ingin mayatnya jatuh ke tangan Tian-zheng-jiao, maka dengan sisa tenaga penghabisan dia menerjunkan dirinya ke dalam sungai.

Tiga Ilmu Sakti

Bab 1

Sam-ciat-tong (Goa tiga kehebatan)

Gunung Go-bi berada di barat daya kecamatan Go-bi propinsi Sucuan, gunung utamanya merupakan rentetan dari pegunungan Beng, setelah sampai di kecamatan Go-bi menjulang menjadi Tay-go-san, Tiong-go-san, dan Su-go-san, tiga bukit yang indah, tiga gunung ini menyatu hingga disebut “Sam-go-san”.

Tay-go-san daerahnya bergoa-goa, lembahnya banyak dan berbatu-batu. Dari kaki gunung sampai perut gunung harus melewati jalan setapak yang datar seperti benang sekitar 60 lie, maka tempat ini dikatakan “Tidak berbahaya mendaki gunung curam”

Tiong-go-san berada di selatan kecamatan Go-bi, Su-go-san lebih ke selatan lagi dari Tiong-go, dua-duanya tidak semegah dan seindah Tay-go-san.

Gunung Go-bi termasyur dengan Ban-hud-teng (Bukit selaksa Budha) Kim-teng ( Bukit emas) dan Jian-hud-teng (Bukit seribu Budha), jarak Pau-kok-sie (Kuil Bela negara) sampai Ban-hud-teng sejauh 130 lie, goa-goanya sunyi dan besar, pepohonannya rimbun, batu-batuannya cantik, banyak kelenteng-kelenteng ternama dan kuil-kuil kuno di sana, semua menambah keasrian...

Cerita ini dimulai dari Su-cio-ti (Kolam Pemandian Gajah)

Su-cio-ti adalah sebuah kuil yang dibangun di bukit setinggi 4000 lie lebih, bangunannya bertingkat-tingkat, tinggi seperti menggantung, berbelok-belok dan berlegok-legok, pemandangannya cantik menawan.

Di empat sisi kuil terdapat pohon-pohon cemara berumur ribuan tahun, berdahan besar dan beranting lebat, seperti raksasa menjulurkan lengan memainkan kepalan, beraneka ragam bentuknya tidak ada mengalah kan.

Di dalam aula besar terdapat patung dewa-dewi dan para pujangga yang duduk di atas gajah putih, penampilannya sangat gagah perkasa.

Suatu hari pagi-pagi di musim semi seorang Siauw-see-bie (Hweesio kecil) sedang menyapu jalan setapak di luar kuil, tiba-tiba merasa sapunya menyen-tuh sepasang kaki, dia mengangkat kepalanya, melihat ke atas dan terkejut.

Ternyata di depannya sudah berdiri seorang laki-laki yang berumur setengah baya dengan dandanan seperti seorang perwira, di pinggangnya tergantung sebuah pisau, wajahnya sangat menyeramkan.

Hweesio kecil ini sangat takut, cepat-cepat dia muncur beberapa langkah sambil berkata:

”Maat Tuan!” aku…aku tidak melihat…

Perwira ini tidak marah, mukanya menebarkan seberkas senyuman seraya berkata:

”Hweesio cilik, aku mau bertanya, apakah jalan setapak ini bisa menuju ke Ban-hud-teng?”

Hweesio kecil itu cepat-cepat menjawab:

”Ya!Ya!”

”Kemana arah jalannya?”

”Dari jalan ini terus ke atas, naik tanjakan Lo-han, melewati bukit kemudian jalannya berbelok sampai melewati kuil Toa-tan, tangga Ho-sin dan Kuil Pek-hun sampai bertemu dengan tanah lapang Lui-tong setelah itu terdapat aula Cia-eng dan melalui jembatan 7 hari, disana ada jalan bercabang tiga, yang kanan ke Ban-hud-teng, yang tengah ke Kim-teng, dan yang kiri ke Bo-in-an…..”

Perwira itu jadi tidak sabar mendengarnya, segera saja memotong:

”Yang aku inginkan ke Ban-hud-teng.”

”Ya! Ya! Tuan mau ke Ban-hud-teng, tapi Tuan harus ke Kim-teng dulu, Kim-teng adalah aula utama kuil Sam-hiang. Tuan bisa makan siang disana, lalu mengikuti jalan terus naik ke atas, sampailah di Ban-hud-teng.”

Perwira itu mengangguk. Dia bertanya lagi:

”Kabarnya diperut gunung, di belakang Ban-hud-teng ada sebuah Sam-ciat-tong?”

Air muka hweesio kecil itu sedikit berubah, dia berkata:

”Ya, aku pernah mendengar ada sebuah goa di tebing terjal itu, tapi aku sendiri belum pernah ke sana, makanya aku kurang tahu pasti.”

Perwira itu berkata lagi:

”Apakah kau pernah bertemu dengan Sam-ciat Lojin?

Hweesio kecil itu menggelengkan kepala seraya berkata:

”Tidak! Tidak!

”Kalau dengan tiga orang muridnya?”

Hweesio kecil itu tercengang:

”Tiga orang murid?”

”Murid sulungnya Tiong Ang, yang ke dua Ong Sit, dan yang ke tiga seorang nona bernama Hie Pak-eng.”

Hweesio kecil dengan gagap berkata:

”Yang ini….yang ini…”

”Kabarnya mereka dalam satu dua hari ini akan tamat belajar dan akan turun gunung!”

Hweesio kecil itu menggelengkan kepalanya lagi:

”Yang ini aku tidak tahu, tidak…tidak pernah mendengar.”

Dengan tertawa perwira berkata:

”Terima-kasih”

Selesai berkata lalu dia pergi dengan langkah besar menuju jalan setapak, dia tidak berlari tapi dalam beberapa kejap saja sudah menempuh jarak berpuluh-puluh tombak dan segera lenyap di kejauhan.

Setelah perwira itu tidak terlihat lagi, hweesio kecil itu kembali lagi menyapu jalan setapak. Tidak lama kemudian datang lagi seseorang dari jalan kecil di bawah. Karena jalannya kecil dia segera menyingkir ke pinggir agar orang itu bisa lewat. Tapi orang itu telah lebih dulu berhenti beberapa langkah, dan dengan tertawa berkata:

”Hweesio cilik, selamat pagi!”

Orang ini kira-kira berumur 50 tahunan, alisnya tebal merebah, dua matanya seperti lonceng kecil dan berewokan, dandanannya seperti orang biasa tapi tampak lebih garang dari perwira tadi.

Hweesio kecil ini setiap pagi menyapu jalan setapak tapi baru kali ini dalam satu hari berturut-turut bertemu dengan dua orang yang tidak dikenal. Dalam hati ia merasa aneh, segera dengan sopan dia menyapa:

”Selamat pagi!”

Orang tua itu berkata:

”Aku mau bertanya, apakah jalan ini menuju Ban-hud-teng?”

”Betul.”

”Kemana arah jalannya?”

Dengan sabar Hweesio kecil ini memberi penjelasan lagi.

”Terima-kasih!” kata orang itu, “kabarnya di Ban-hud-teng ada Sam-ciat-tong yang terletak di tebing terjal perut gunung, apa benar ada seorang tua hebat yang bernama Sam-ciat Lojin?”

Hweesio kecl terbengong-bengong, diam-diam berkata dalam hatinya:

”Aneh, Sam-ciat Lojin sudah beberapa puluh tahun tidak pernah meninggalkan gunung, kenapa hari ini bisa ada dua orang secara bersamaan mencari dia?”

Orang tua ini merasa aneh melihat Hweesio kecil tidak menjawab pertanyaannya, maka ia bertanya lagi:

”Ada tidak?”

Dengan ragu-ragu Hweesio kecil itu menjawab:

”Hweesio tidak mau berbohong, aku…. aku pernah mendengar nama ini, tapi belum pernah bertemu.”

Orang tua berkata:

”Dia mendidik tiga orang murid yang tua bernama Tiong Ang, yang kedua bernama Ong Sit, murid ketiga seorang perempuan bernama Hie Pak-eng, apa kau pernah tahu?”

”Yang ini…Yang ini…”

Dengan tertawa orang tua berkata lagi:

”Hweesio tidak sembarangan bicara!”

“Betul, aku pernah mendengar tapi kurang jelas….” Kata hweesio kecil.

”Kabarnya dalam satu-dua hari ini mereka akan tamat belajar dan akan meninggalkan gurunya.”

Hweesio kecil menggelengkan kepala:

”Yang ini aku tidak tahu.”

Orang tua ini tertawa-tawa, seperti angin saja, sekelebat melewati hweesio kecil, sekejap saja sudah menghilang di jalan setapak!

Pikiran Hweesio kecil jadi bingung, tapi kerena masih kecil dia tidak terlalu menghiraukannya, dan dia pun kembali menyapu lagi.

Dia menyapu terus ke bawah, waktu pekerjaan-nya telah selesai dan dia hendak kembali ke kuil tiba-tiba dia merasa pening, sudah ada seseorang lagi berdiri di depannya.

Kali ini juga seorang tua, umurnya lebih tua dari orang tadi, tapi rupanya sopan dan mengenakan baju hijau seperti seorang guru sekolah.

Hweesio kecil itu tercengang dan berkata:

”Tuan hendak ke Ban-hud-teng?”

Sambil tersenyum-senyum orang tua berbaju hijau ini berkata:

”Betul Suhu kecil!” bagaimana kau bisa tahu aku mau ke sana?”

Tadinya Hweesio kecil ini ingin mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada dua orang menanyakan jalan menuju Ban-hud-teng. Tapi dia berpikir jangan merepotkan Sam-ciat Lojin lagi. Lalu dia berkata:

”Tentu saja, sebab pelancong yang sampai di Su-cio-ti, pasti akan mengunjungi ke Ban-hud-teng.”

Orang tua berbaju hijau berkata:

”Kau pintar sekali.”

Hweesio kecil sekali lagi memberi tahu tentang jalan menuju ke Ban-hud-teng.”

Orang tua berbaju hijau itu mengucapkan terima-kasih dan juga menanyakan pertanyaan yang sama dengan dua orang terdahulu:

”Kabarnya di tebing terjal di belakang Ban-hud-teng tinggal Sam-ciat Lojin, dia mendidik tiga orang murid, yang tua bernama Tiong Ang, yang ke dua bernama Ong Sit dan yang ke tiga bernama Hie Pak-eng, seorang perempuan yang cantik. Apa betul begitu?”

Hweesio kecil tetap menjawab dengan perkataan:

“Tidak begitu jelas”

Orang tua berbaju hijau berkata lagi:

”Kau tinggal di gunung Go-bi, seharusnya tahu disini ada Sam-ciat Lojin, “Liong-to” (Pisau Naga), “Go-koan” (Kepalan Angsa), dan “Lu-seng-cu” (Pelor untaian bintang) adalah tiga macam kepandaian yang dimiliki-nya, yang tiada taranya di zaman ini dan tidak ada tandingannya di dunia ini.”

Hweesio kecil menggeleng kepala sambil berkata:

”Hweesio tidak sembarangan bicara, aku benar-benar tidak tahu pasti.”

Orang tua berbaju hijau menanya lagi dengan jelas jalan menuju Ban-hud-teng, setelah itu dia segera pergi melayang, caranya cepat dan aneh. Sama seperti perwira dan orang tua tadi, mereka adalah jago-jago kelas satu di dunia persilatan.

Cuasa masih awal musim semi. Hawa di Ban-hud-teng tetap masih dingin menusuk tulang, seperti musim dingin di utara saja, tidak ada bedanya.

Ban-hud-teng adalah tanah datar, berdiri di sana orang bisa melihat ke empat sisi penjuru, diatas ada langit yang biru, di bawah bukit awan putih bergumpal-gumpal, ada bukit yang menggumpal di bawah awan seperti rebung keluar dari tumpukan salju, sungguh pemandangan yang indah sekali.

Go-bi adalah daerah terindah di seluruh negeri, dalam 10 hari, 8 hari selalu mendung. Tapi hari ini cuaca terlihat cerah, saking cerahnya kita bisa melihat “Sinar Budha” yang termasyur di seluruh negeri.”

Yang dimaksud “Sinar Budha” adalah di atas lautan awan ada lingkaran besar bertumpuk berwarna-warni seperti cakrawala sehabis hujan, amat menakjub-kan dan sangat indah.

Sekarang masih tengah hari, para pelancong bisa naik sampai Ban-hud-teng, biasanya para pelancong makan siang dan beristirahat di kuil ini. Tapi sekarang hanya ada seorang di atas Ban-hud-teng, orang ini seorang hweesio tua. Dia amat bersahaja, berjubah, duduk di sisi lapangan menghadap ke timur, pelupuk-nya menutup mata seperti sedang bertapa, sama sekali tidak bergerak.

Saat ini si perwira sudah tiba di Ban-hud-teng. Begitu melihat hweesio tua itu, segera dia memberi salam dengan merangkapkan kedua belah tangan:

”Salam buat Taysu!”

Dua mata hweesio itu membuka sedikit, dari dalam matanya menyorot sinar yang tajam, dua telapak tangan menyatu membalas salam seraya berkata:

”O-mi-to-hud, Tuan ada keperluan apa?”

”Aku mau bertanya, apakah tempat ini Ban-hud-teng?” Kata si perwira

”Betul!”

”Apa Taysu tahu dimana letaknya Sam-ciat-tong?”

Dengan wajah tenang hweesio tua itu berkata:

”Ada keperluan apa Tuan ke Sam-ciat-tong?”

”Aku tidak akan ke goa itu.”

”Kalau tidak mau kesana, buat apa bertanya tempat itu?”

”Aku hanya mau tahu tempatnya saja!”

”Jauh di awan sana, entah dimana dalam gunung ini.

Sambil tertawa perwira bertanya:

”Boleh aku mengajukan satu pertanyaan lagi?”

”Yang tahu dijawab, yang tidak tahu maaf saja.”

”Kabarnya dalam satu-dua hari ini ketiga murid Sam-ciat Lojin akan tamat belajar dan akan meninggal-kan gurunya, Apa kabar ini betul?”

”Masalah ini aku tidak tahu.”

”Bolehkah aku bertanya satu hal lagi, kalau ketiga murid Sam-ciat Lojin mau turun gunung, apa pasti harus melewati Ban-hud-teng ini?”

”Mungkin.”

Dengan gembira perwira berkata:

”Bagus, kalau begitu aku tunggu disini saja!”

Selesai bicara, perwira berjalan ke pinggir dan duduk di tanah.

Hweesio tua itu menutup mata lagi, duduk meneruskan kegiatannya, sejuta urusan di dunia ini seperti tidak ada hubungan apa-apa dengan dia.

Tidak lama kemudian, orang tua yang berewokan juga tiba diatas Ban-hud-teng, dia melihat perwira itu, mukanya terlihat tercengang, dia berjalan ke depan hweesio tua dengan kedua tangan dirangkapkan berkata:

”Salam buat Taysu!”

Pelan-pelan hweesio tua membuka mata, dengan dua telapak dirapatkan dia berkata:

”Tuan ada keperluan apa?”

”Maaf, aku mau bertanya, apakah tempat ini yang bernama Ban-hud-teng?”

“Betul!”

“Dimana Sam-ciat-tong nya?”

“Jauh di awan sana, entah dimana dalam gunung ini!”

“Kabarnya dalam goa itu tinggal seorang jago luar biasa yang dipanggil Sam-ciat Lojin?”

“Betul!”

“Ada kabar lain mengatakan Sam-ciat Lojin ini punya tiga orang murid, yang tua bernama Tiong Ang, yang kedua bernama Ong Sit dan yang ketiga bernama Hie Pak-eng?”

“Hmmm!”

“Katanya dalam satu-dua hari ini mereka akan tamat belajar dan turun gunung?”

“Masalah itu aku tidak jelas!”

“Taysu kenal Sam-ciat Lojin?”

“Dalam setahun jarang sekali bertemu muka.”

“Kalau tiga orang muridnya mau turun gunung, apa harus melalui Ban-hud-teng ini?”

“Mungkin saja!”

“Terima-kasih!”

Setelah mengucapkan terima kasih orang bere-wokan ini mencari tempat di pinggir untuk duduk.

Guntur Perak

Malam sudah larut.
Langit sudah tidak bercahaya, tidak berbintang yang berkedip. Udara masih dingin sebab masih musim gugur. Di jalan yang sangat sepi tiba-tiba ada bayang-an orang berkelebat. Dia berhenti sebentar di sudut yang gelap, melihat ke kiri dan ke kanan, seperti seekor kucing dia meloncat ke atas atap! Dia seperti segumpal asap masuk ke dalam rumah itu, dari sinar lampion yang redup, bisa terlihat beberapa huruf tertulis di atas lampion itu ‘Penginapan Jit-kai’.
Orang yang berjalan di malam hari ini seperti sangat hafal dengan penginapan ini. Setelah melewati dinding, dia tidak berhenti sama sekali terus melewati 3 jejer kamar tamu. Dia sangat hafal jalannya, terus berjalan ke kamar sebelah kiri, setelah sampai di sana gerakannya terlihat lebih ringan dan pelan-pelan, seperti takut mengejutkan orang yang ada di dalam kamar. Di depan ranjang ada tirai berwarna kuning muda, tirai setengah tertutup. Dari sisi meja bisa melihat tubuh gadis itu, melihat punggung dan dadanya yang bergerak teratur bernafas dengan tenang.

Dengan nafas memburu orang itu berjalan mendekati ranjang, tidak lupa dia menutup jendela dulu sebelum bergegas ke depan ranjang.
Dia berdiri di depan ranjang, membuka tirai yang setengah tertutup kemudian dengan rakus melihat gadis yang sedang tertidur dengan miring. Sesudah puas melihat, baru dengan hati-hati seperti memegang sebuah benda mahal membalikkan tubuh gadis itu menjadi telentang posisinya.

Cahaya di dalam kamar memang terlalu gelap, tapi masih bisa menyinari wajah gadis yang sedang tertidur itu. Wajahnya yang sangat cantik dengan alis melengkung, bulu mata panjang, hidung kecil dan mancung, bibir kecil yang merah dan basah. Semua ini begitu serasi terpasang di wajah yang berbentuk oval, wajahnya putih bersih, sekarang tiba-tiba ada rona kemerahan, semakin dilihat gadis itu semakin cantik. Benar-benar menggoda orang itu, hampir-hampir air liurnya menetes keluar!
Gadis itu tertidur lelap, seharusnya seorang gadis jangan tertidur seperti itu. Dia memakai baju tidur dari sutra putih yang indah, selimut tipis sudah tersibak ke sisi, maka terlihatlah sepasang tangannya yang putih seperti giok putih, kulitnya begitu licin dan lembut, bila diperas mungkin akan keluar air!
Harum bunga memenuhi kamar itu, bercampur dengan harum yang keluar dari tubuh gadis itu, menjadikan sebuah kekuatan yang menggoda. Meng-goda birahi orang itu.

Dia seperti seekor binatang kelaparan, dengan mata merah, mulut menganga, otot di wajahnya terus berkedut-kedut, tubuhnya pun ikut berputar, akhirnya dia seperti orang gila, mulai merobek baju tidur dan baju dalam gadis itu.
Sekarang gadis ini sudah telanjang bulat, tubuhnya yang indah dan lembut mulai terlihat, benar-benar sangat menggoda!


Pelan-pelan gadis itu membuka matanya lagi, sepasang mata itu terlihat begitu indah, seperti mata kucing yang indah, sorot mata gadis itu melihat tubuh-nya yang telanjang. Kemudian melihat Sie Kun yang berdiri di depan ranjang, yang membuat orang merasa aneh adalah sekarang sorot mata gadis itu begitu dingin dan tenang!
Sie Kun dengan senang menggosok-gosok kedua tangannya, dia maju selangkah dan tertawa sinis, dengan nada cabul berkata:
”Nona cantik, perjalananmu sangat sepi, udara malam begitu dingin, aku yang tidak berguna ini datang untuk memperkenalkan diri, aku sengaja datang untuk menemani Nona dan menghabiskan malam yang….”
Gadis itu melotot, sorot matanya yang dingin berubah menjadi sorot benci, dari tenang berubah menjadi kejam, dia tetap diam, tapi semua giginya menggigit bibirnya dalam-dalam!
Sie Kun menelan ludah lagi, dengan nada cabul dia berkata lagi:
”Ketahuilah kau sudah terkena obatku yang bernama ‘Ih-coan-hiang’ kau akan tertidur pulas selama 6 jam baru bisa sadar, apa pun bisa kuperbuat saat kau tertidur nyenyak, tapi itu tidak seru, karena kau tertidur nyenyak, kau tidak akan merasakan apa-apa dan membiarkanku melakukan apa saja terhadapmu, aku tidak suka menikmati tubuhmu dengan cara ini, selain itu Nona juga tidak bisa menikmatinya, jadi lebih baik kau dalam keadaan sadar kemudian berharap aku melakukan hal ini, Nona harus setuju dan tidak terpaksa, dengan begitu kita bisa saling menikmati dan merasa nyaman…”
Dengan mata penuh dengan urat-urat merah, cakar setan Sie Kun mulai meraba-raba pundak gadis itu:
”Aku sengaja membangunkanmu dengan obat penawarku, supaya kau tidak menyalahkan aku egois karena hanya menikmatinya sendiri…”
Pundak kirinya terus diraba-rana oleh tangan setannya, tubuh gadis itu seperti tersengat aliran listrik terus bergetar, dia juga ingin muntah seperti ada benda kotor yang menempel di tubuhnya!
”Singkirkan tangan kotormu!” gadis itu tiba-tiba membuka suara.
“Apa! Mengapa kau tidak mau?” Sie Kun ter-paku, dia menarik kembali tangannya, dia pun seperti merasa aneh
Dari matanya yang indah keluar sorot sedih dan terhina, tapi gadis itu tetap menahan diri, dengan dingin dan kejam dia bekata:
”Kau benar-benar berani, kau benar-benar buta, dengan cara kerdil berani memperlakukan aku seperti ini, seharusnya kata-kata kotor tidak keluar dari mulut manusia seperti aku, binatang, anjing, setan! Aku akan membuatmu mati dan mayatmu digiling!”
Kemarahan gadis itu sudah meluap sampai batasnya, hingga Sie Kun pun menjadi panas, dia menggerung dengan sinis berkata:
”Kau... kau… kau… benar-benar tidak tahu diri, berani memarahiku, sekarang aku akan mempermain-kanmu, apa kau bisa melarangku?”
Lalu dia duduk di ranjang mulai membuka bajunya.
Gadis itu ingin bergerak tapi tidak bisa, ber-teriak pun tidak diijinkan, dia mulai berkata:
”Kau.. anjing, kalau kau berani menyentuhku!”
”Siapa dirimu? Kata Sie Kun dengan senang, “mengapa aku tidak berani menyentuhmu? Coba lihat apakah aku berani melakukannya?”
Kedua mata gadis itu berlinang air mata, bibir-nya sudah berdarah karena digigit dengan kencang, darah memenuhi pipi, dengan penuh kebencian dia masih berkata:
”Anjing! Aku adalah anak angkat ‘Ciam-tai Yu-li’ dari ‘Liok-sun-lou’, kalau kau berani menyentuhku, ayah angkatku akan membunuhmu dan memotong-motong mayatmu!”

Itulah sekelumit gambaran awal dr cerita karangan Liu Can Yang. Cerita dibuka dengan usaha “serigala setan” Sie Kun yang ingin memperkosa Sui Peng Sim, putri angkat Ciam Tai Yu Li ketua Liok Sun Lou. Untunglah usaha ini digagalkan oleh Wie Long In, Siauya dari Bu Hwe To. Tetapi bukannya berterima kasih, Sui Peng Sim pada mulanya malah merasa sakit hati dan terhina oleh Wie Long In. Cerita kemudian berkembang dengan suasana persaingan diantara 4 kubu kekuatan yang paling berpengaruh di dunia persilatan untuk memperebutkan posisi Beng Cu. Ke empat kubu itu adalah Bu Hwe To, Liok Sun Lou, Ci Leng Kiong, dan Hong Ting Po. Masing masing kubu masih mempunyai sekutu kuatnya masing masing. Cerita mengalir terus dengan berbagai macam taktik dan strategi dari masing masing kubu supaya dapat bertahan dari serangan lainnya dan di bumbui juga dengan naik turunnya hubungan Wie Long In dan Sui Peng Sim. Disadur oleh Liang YL, terdiri dari 4 jilid dengan 1232 halaman.

Panah Kekasih

Undangan Dewa Kematian & Panah Kekasih.

Angin utara berhembus kencang, salju turun dengan derasnya membuat seluruh langit berwarna kelabu, udara terasa dingin membeku.

Di tengah hujan salju yang amat deras, terlihat seekor kuda dilarikan kencang memasuki kota Poo-ting. Derap kaki kuda yang ramai menimbulkan percikan bunga salju yang berhamburan sepanjang jalan kota.

Mendadak diiringi suara ringkikan panjang, kuda itu berhenti berlari, berhenti persis disisi sebuah bangunan rumah yang luas dan megah.

Di atas pintu gerbangnya yang berwarna hitam, di bawah tetesan air beku dari wuwungan rumah, tertancap sebuah panji besar berdasar hitam dengan gambar seekor singa merah, berkibar kencang terhembus angin.

Orang yang berada di atas kuda itu segera melompat turun dari kudanya, tanpa mengetuk pintu, tanpa berteriak memanggil, dia menjejakkan ujung kakinya ke tanah dan segera melayang masuk ke dalam halaman rumah.

“Saudara Say, dimana kau berada?” teriaknya sambil membersihkan jenggotnya dari bunga salju.

“Siapa?” dari balik ruang tengah bergema bentakan nyaring.

Pintu gedung segera dibuka lebar, secercah cahaya lentera menyinari permukaan halaman yang penuh salju. Seorang lelaki berwajah merah bermantel halus melangkah keluar dengan tindakan lebar.

Begitu melihat sang pendatang, berkilat sepasang matanya, dengan lantang bentaknya:

“Tham-samko, kenapa kau muncul disini? Cepat masuk, minumlah dua cawan arak hangat lebih dahulu”

Wajahnya kelihatan girang dan nadanya jauh lebih halus.

Tham Siau-hong berdiri mematung dengan wajah murung, sahutnya dengan berat:

“Saudara Say, apakah kau telah menerima Si-sin-tiap (surat undangan dewa kematian)?”

Tampak tubuh lelaki bermuka merah itu bergetar keras, dengan wajah berubah dia mendongakkan kepala memandang sekejap ke luar ruangan, seakan-akan sedang memeriksa apakah di sekitar wuwungan rumah ada manusia atau tidak.

Kembali Tham Siau-hong berkata:

“Walaupun tempat ini gelap tanpa rembulan, namun hari ini adalah saat bulan purnama, saat undangan dewa kematian dan panah kekasih beraksi, bila di tempat saudara Say tidak ada kejadian apa-apa, sekarang juga aku akan merangkat ke Bang-tok-shia untuk memeriksa keadaan di situ!”

Lelaki bermuka merah itu mengerutkan sepasang alis matanya yang tebal kemudian sahutnya:

“Saudara Tham, tidak seorangpun bisa menduga di tempat mana undangan malaikat kematian akan muncul. Apakah kau tidak merasa lelah dengan berlarian tanpa tujuan?”

Tham Siau-hong menghela napas panjang.

“Aaai, semenjak Sam-siang-thayhiap Jay Peng tewas di ujung panah kekasih, kami empat bersaudara telah bersumpah akan melacak jejak undangan maut dan panah kekasih ini hingga tuntas, sekalipun harapan untuk itu amat tipis, namun kami tetap akan berusaha dengan sepenuh tenaga, paling tidak demi menjaga kelestarian umat persilatan di dunia ini”

Lelaki berwajah merah itu tertunduk lesu, dia tampak sedih sekali.

“Saudara Say, jaga dirimu baik-baik, aku harus segera pergi” kata Tham Siau-hong lagi sambil menjura.

“Tham-samko, tunggu sebentar!”

Namun Tham Siau-hong telah melesat dan melompat keluar dari halaman rumah.

Menyusul kemudian terdengar suara derap kaki kuda yang santer berkumandang menjauh dari situ.

Dengan satu gerakan cepat lelaki berwajah merah itu melompat keluar ke depan pintu gerbang, mengawasi bayangan manusia dan derap kuda yang makin menjauh tiba-tiba sekilas perasaan sedih melintas di wajahnya, gumamnya:

“Nama besar Jin-gi-su-hiap (empat pendekar kebajikan dan kesetiakawanan) ternyata memang bukan nama kosong belaka”

Tham Siau-hong melarikan kudanya sangat kencang, dia bergerak menuju ke kota Bong-tok.

Tidak selang berapa saat kemudian hutan di luar kota telah muncul di depan mata, walaupun di tengah kegelapan malam namun cahaya lampu tampak bersinar terang dari balik sebuah bangunan di tengah hutan. Cahaya yang terang hampir menyinari seluruh permukaan salju dan ranting dahan pepohonan.

Diam-diam Tham Siau-hong menghembuskan napas lega, sekilas senyuman muncul di ujung bibir, pikirnya:

“Ternyata watak It-kiam-ceng-ho-suo (Pedang yang menggetarkan utara sungai) sama sekali tidak berubah, walau sudah menjelang tengah malam, dia masih menggelar pesta pora bersama teman-temannya, tidak heran kalau gedung bangunannya masih ber-mandikan cahaya lampu”

Biarpun ditengah hembusan angin dingin, secerca perasaan hangat muncul dari lubuk matinya.

Setelah melompat turun dari kudanya, dia berlari menuju pintu gerbang dan menggedornya.

Ternyata pintu hanya dirapatkan tanpa dikunci, satu ingatan cepat melintas lewat, segera teriaknya nyaring:

“Thio-heng, siaute Tham Siau-hong datang berkunjung!”

Suasana tetap hening, tiada suara jawaban yang terdengar kecuali tumpukan salju di atas dahan yang berguguran, biarpun ruang gedung bermandikan cahaya, ternyata tidak terdengar sedikit suara pun.

Tercekat perasaan Tham Siau-hong, buru buru dia menerjang masuk ke ruang dalam.

Di bawah cahaya lentera, suasana tetap hening, sepi, tidak nampak sesosok bayangan manusia pun. Yang terdengar kini hanya kertas jendela yang gemerisik terhembus angin kencang.

Tham Siau-hong semakin terkesiap, tubuhnya mulai gemetar keras, selangkah demi selangkah dia memasuki halaman depan, mendekati ruang utama dan membuka pintu perlahan.

Suasana didalam ruang tengah terasa jauh lebih terang, seorang kakek berjenggot panjang duduk di sebuah bangku terbuat dari kayu cendana, bangku itu berada tepat di tengah ruangan.

Angin kencang berhembus lewat, mengibarkan jenggot panjang kakek itu, namun suasana tetap hening, tidak ada suara, tidak ada gerakan tubuh.

“Thio-toako, kau..........” jerit Tham Siau-hong keras.

Tiba-tiba pandangan mata serta jeritannya menjadi kaku, membeku keras, dia menyaksikan di atas dada kakek itu telah tertancap dua batang panah pendek sepanjang lima inci, sebatang panah merah membara bagaikan darah panas dari kekasih dan sebatang panah lain berwarna hitam pekat bagai biji mata seorang kekasih.

Sepasang panah itu menancap berjajar di atas ulu hatinya.

Ketika dicabut keluar, terlihatlah di atas panah pendek itu tertera berapa huruf yang kecil lagi lembut:

“Panah Kekasih!”

Sekalipun jenggot panjang kakek itu masih berkibar terhembus angin, namun wajahnya telah dingin kaku bahkan memperlihatkan mimik yang menakutkan, seolah-olah menjelang kematiannya dia telah menyaksikan sesuatu ancaman horor yang sangat mengerikan.

Dalam waktu singkat Tham Siau-hong merasakan hawa dingin muncul dari telapak kakinya dan menusuk ulu hatinya, dia berdiri mematung, sementara air mata jatuh bercucuran.

“Thio-toako, siaute datang terlambat...” gumam-nya.

Belum selesai dia berkata, mendadak dari belakang tubuhnya terdengar seseorang tertawa dingin.

“Siapa bilang terlambat? Kau masih bisa menyusul-nya!”

Dengan perasaan tercekat Tham Siau-hong mem-balikkan tubuhnya, selembar kertas merah melayang datang dan tepat terjatuh di hadapannya.

Ketika dia menyambar kertas tadi, ternyata undangan itu kosong tanpa tulisan, yang tertera hanya lukisan sebuah tengkorak yang sedang menyeringai.

Kertas undangan berwarna merah dengan lukisan tengkorak berwarna hitam, hanya sepasang kelopak mata tengkorak itu yang memancarkan warna kehijau hijauan.

Tham Siau-hong gemetar keras, tanpa sadar dia mundur sempoyongan.

Kembali terdengar suara tertawa dingin bergema di belakang tubuhnya, cepat dia membalikkan tubuh, tampaklah sepasang mata berwarna hijau menyeram-kan sedang mengawasi dirinya tanpa berkedip.

Kecuali sepasang mata berwarna hijau itu, dia tidak bisa melihat apa-apa lagi. Karena pada saat itulah sepasang anak panah pendek berwarna merah dan hitam telah menghujam di ulu hatinya tanpa menimbul kan sedikit suarapun.

Sepasang panah itu muncul tanpa disangka, persis seperti kerlingan mata dari sang kekasih, yang mem-buat kau tidak bisa menyangka dan kau terpaksa harus menerimanya dengan perasaan lega.

Oo0oo oo0oo

Matahari senja telah tenggelam di balik bukit, cahaya sore menyinari seluruh jagad, menyoroti pula kuil Taer–si (kumbum) di propinsi Cing-hay yang sudah tersohor di seantero jagad.

Di sisi selatan aula utama, di sebuah tanah lapang yang luas, tampak manusia berjejal amat ramai, mereka datang untuk menyaksikan upacara tarian memuja dewa yang segera akan dilakukan pengikut agama Lhama.

Sekeliling tanah lapang itu bertebar bangunan kuil berwarna kuning emas, kawanan lautan manusia itu nyaris mengelilingi seluruh halaman kuil.

Dalam ruang aula yang luas dan lebar, dengan alas permadani berwarna merah darah, berdiri berjajar sepuluh orang lhama berjubah kuning, perpaduan warna merah dan kuning yang mencolok membuat suasana disitu terasa jauh lebih ceria.

Di tengah kerumunan manusia yang sedang bergembira, selain sekelompok pendeta lhama itu, terdapat pula seorang kakek berjubah ungu, berjenggot panjang, berdiri di tengah kerumunan orang banyak, berdiri dengan wajah keren penuh wibawa, penampilannya tidak ubahnya seperti bangau di tengah kerumunan ayam.

Sementara itu, suara musik yang sederhana tapi aneh berkumandang memenuhi udara, di ikuti muncul-nya empat belas orang lhama berjubah kuning, dengan membawa alat musik seperti tambur dan kencrengan menampakkan diri dengan sangat teratur.

Baru saja sinar mata kakek berjubah ungu itu berkilat, tiba-tiba dari belakang tubuhnya terdengar seseorang menegur:

“Apa benar yang ada di depan adalah Gui Cu-im, Gui-jiko dari Jin-gi-su-hiap (empat pendekar kebajikan dan kesetiakawanan)?”

Ketika Gui Cu-im berpaling, dia menjumpai seorang kakek berkopiah kain sedang berjalan meng-hampiri, mendekat sambil menyingkirkan kerununan orang disekelilingnya.

“Ma-koan-heng” seru kakek berjubah ungu itu sambil menggenggam tangannya, “kenapa kau bisa muncul disini?”

“Kebetulan saja siaute hendak menuju ke dataran Tionggoan, karena itu melewati tempat ini” sahut kakek itu tertawa, “tapi.... apa pula sebabnya Gui-jiko datang kemari? Bikin aku bingung saja”

Dalam pada itu di tengah tanah lapang yang berlapis bebatuan sebesar telur bebek telah muncul empat orang bertopeng setan cilik, topeng berwarna kuning dan hijau, mereka mulai melakukan tarian yang bebal mengikuti suara irama musik.

Gui Cu-im menyapu sekejap sekeliling arena, kemudian katanya sambil tertawa:

“Sudah lama aku mendengar kalau kaum lhama di wilayah sini memiliki kepandaian silat yang tidak terkirakan hebatnya, sudah lama aku ingin melihatnya, selain itu........”

Setelah menarik kembali senyumannya dia melanjutkan:

“Akupun ingin memeriksa, apakah undangan kematian dan panah kekasih yang sudah menjadi wabah penyakit mematikan bagi umat persilatan, telah menyebar pula sampai disini”

Berubah hebat paras muka kakek berkopiah kain itu.

“Biarpun tinggal jauh di luar perbatasan, namun dari perbincangan para jago dan pengembara sempat kudengar juga kisah tentang undangan maut serta panah kekasih. Tidak disangka kedatangan Gui-jiko adalah lantaran urusan ini. Masa sih surat undangan dan anak panah itu benar benar menakutkan?”

Saat itu, setan-setan cilik yang berada di tengah lapang telah melompat balik ke dalam aula, sementara empat orang manusia tinggi besar seperti malaikat raksasa dengan wajah kuning emas dan jubah berwarna biru mulai menari-nari, semakin gencar suara irama yang berbunyi, mereka mencak-mencak makin keras.

Di tengah suara tambur dan gembrengan yang memekikkan telinga itulah Gui Cu-han menghela napas panjang, ujarnya dengan suara berat:

“Sepanjang hidup belum pernah siaute dengar tentang senjata rahasia yang begitu misterius dan menakutkan seperti panah kekasih, tapi dalam kenyataan, tidak sampai setengah tahun sudah ada puluhan orang jago kenamaan yang tewas di ujung panah tersebut, dan anehnya, hingga sekarang tidak seorang manusia pun di kolong langit yang mengetahui asal-usul senjata itu”

“Aaah, hanya dua batang panah pendek pun bisa menimbulkan horor sehebat ini? Satu kejadian yang sungguh di luar dugaan, mungkinkah ujung panah itu beracun? Mungkinkah racun jahat itu tidak bisa di-punahkan? Sekalipun senjata rahasia itu amat beracun pun, semestinya jago yang berilmu tinggi masih mampu mnghindarinya, kenapa tidak seorang pun bisa berkelit?”

Ketika ke empat Kim-kong mundur, sekarang yang muncul adalah empat orang dengan topeng setan bengis berbentuk binatang, ada yang berkepala kerbau ada pula yang berkepala rusa, mereka menari dengan kalapnya, seperti orang kesurupan saja.

Sambil menghela napas kembali Gui Cu-im berkata:

“Aku sendiripun dibuat tidak habis mengerti, tahukah kau jagoan senjata rahasia beracun nomor wahid di kolong langit, Tong bersaudara dari Siok-tiong pun telah menemui ajalnya oleh panah kekasih pada tiga bulan berselang. Dalam dunia persilatan bukannya tidak ada orang yang bisa memunahkan racun jahat itu, sayang yang mampu hanya satu orang saja. Bila tiga jam setelah terkena panah itu sang korban segera dihantar ke rumah orang tersebut, ditanggung dalam sepuluh hari, kesehatannya akan pulih kembali. Sayangnya jejak panah kekasih sukar dilacak, hari ini berada di timur, mungkin esok sudah di barat, akhir-nya sampai sekarang hanya tiga sampai lima orang saja yang berhasil tertolong nyawanya”

Kakek berkopiah kain itu menghela napas sedih, kedua orang itupun saling bertatap muka tanpa berbicara lagi.

Sementara itu suara tambur dan gembrengan sudah makin lirih, senja lewat malampun menjelang tiba, di balik kegelapan malam yang mencekam terlihat bulan purnama muncul dari balik awan.

Di bawah cahaya rembulan yang redup, di tengah irama musik yang berat, empat orang bertopeng tengkorak muncul di tengah ruang aula sambil meng-gotong sebuah kotak kayu, di tengah kotak terdapat sebuah patung manusia yang dibuat seakan siap menerima hukuman pacung.

Begitu kawanan manusia bertopeng tengkorak munculkan diri, tarian pemujaan berlangsung makin memuncak, irama musik pun berubah jadi semakin lambat dan berat.

Waktu itu, walaupun Gui Cu-im dan kakek berkopiah itu sedang sedih dan risau memikirkan keselamatan dunia persilatan, tidak urung mereka menengok juga ke tengah aula.

Dari balik ruangan kembali berjalan keluar empat orang Kim-kong, delapan belas Lohan, dewa kerbau, dewa menjangan serta ‘dewa” lainnya ditambah dua orang kakek bertopeng yang muncul sambil meng-gandeng lima orang bocah yang mengenakan topeng juga.

Setelah rombongan ‘manusia’ tadi, di belakangnya mengikuti seorang berkepala kerbau berjubah berkilat yang berdandan sebagai Ciang-mo Goanswee (Jenderal penakluk iblis),

Pada bagian kepalanya terdapat sepasang tanduk dari emas yang berkilauan, sementara di tangannya menggengam sebilah golok baja yang sangat mencolok mata.

Dalam waktu singkat suara musik ditabuh makin kencang, kawanan iblis dan setan pun menari makin menggila, sementara ke empat setan tengkorak dengan membawa kotak kayu perlahan-lahan berjalan menuju ke hadapan sekawanan lhama yang berdiri dengan wajah serius itu.

Bersamaan dengan itu, puluhan batang obor di angkat bersama-sama dari empat penjuru, menerangi ruang tengah itu.

Berbareng dengan berkilaunya cahaya obor, tiba tiba dari balik mata ke empat tengkorak itu memancar-kan sinar kehijau hijauan yang menyeramkan.

Irama musik ditabuh semakin keras, Ciang-mo Goanswee membalikkan tubuh sambil berjalan menuju ke depan kotak kayu, dengan sekali tebasan golok, boneka berbentuk manusia itu sudah dibacok hingga terbelah jadi dua.

Tempik sorak segera bergema menggetarkan udara.

Mendadak Gui Cu-im merasakan hatinya bergetar keras, ternyata di saat tadi golok itu berkilat, ia telah menyaksikan selembar kartu undangan berwarna merah darah tertempel di atas boneka manusia itu.

Dalam kagetnya Gui Cu-im berteriak keras, tubuhnya melejit ke udara dan menyambar ke tengah aula bagaikan seekor alap-alap yang menyambar mangsa.

Tapi pada saat itulah dua batang anak panah pendek telah menancap di ulu hati ke sepuluh lhama berjubah kuning itu.

Seketika suasana berubah jadi kacau, kawanan setan dan iblis berlarian tercerai berai, semua orang berebut menyelamatkan diri.

Gui Cu-im membentak keras, sekarang dia telah mengincar seorang setan tengkorak yang berada di hadapannya, sambil menubruk langsung dari udara, hardiknya:

“Hendak kabur ke mana kau!”

Tiba-tiba setan tengkorak itu membalikkan tubuh, sinar kehijau-hijauan yang mengerikan memancar keluar dari balik matanya.

Kembali Gui Cu-im membentak keras, dengan jurus Hui-eng-pok-touw (alap-alap menyambar kelinci) sepasang telapak tangannya menyambar ke bawah mengancam batok kepala tengkorak itu.

Ketika kakek berkopiah kain itu baru melambung ke udara, dia menyaksikan serangan maut dari Gui Cu-im telah menghajar telak di tubuh setan tengkorak itu.

Jeritan ngeri yang menyayat hati bergema di udara, jeritan itu bukan berasal dari setan tengkorak melain-kan dari Gui Cu-im.

Tampak tubuh jagoan tua itu mencelat ke udara sambil kejang-kejang keras lalu roboh terkapar di tanah dan tidak berkutik lagi.

Sambil menjerit kaget kakek berkopiah kain itu berlarian mendekat, tampak dua batang anak panah pendek, satu berwarna merah, yang lain bertwarna hitam telah menancap telak di ulu hati Gui Cu-im.