PENDAHULUAN
Bunga mekar
Manusia memiliki perasaan
Angin meniup bunga bergerak, bunga mekar, bunga bergerak
Kapan di bumi ini bertambah dengan beberapa pohon, hal ini hal biasa
Bunga mekar orang mati, bumi dan langit tidak berperasaan
Jika dia mempunyai perasaan, artinya langit dan bumi sudah tua
Kebencian di musim salju
Bulan dua tanggal dua, naga mulai mengangkat kepala. Musim dingin sudah lewat dan musim semi akan tiba.
Tapi salju masih terus turun. Salju yang terus turun membuat bumi tertutup oleh salju putih. Pohon cemara yang tua dan kuat dipenuhi dengan salju yang berwarna putih. Angin berhembus, salju yang menempel di dedaunan segera berjatuhan dihembus angin. Tertiup ke tempat yang lebih luas dan dipenuhi salju.
Zhong Hui Mie seperti orang gila terus berlari. Hidung, telinga, bibir, dan tangannya terasa beku karena kedinginan, berubah warna menjadi ungu. Matanya terlihat merah.
Urat merah di matanya timbul hanya pada waktu dia sangat marah. Dia berlari seperti orang gila, dan ini sudah berlangsung selama satu hari satu malam, tapi anehnya dia tidak merasa lelah. Walaupun ada sedikit rasa lelah, itu pun langsung habis ditelan oleh kemarahannya.
Dia berlari, marah, berlari ke suatu tempat pertarungan, dia telah berjanji akan bertemu dengan seseorang yang sejak kecil sudah menjadi saudara angkatnya.
Jika mereka adalah saudara angkat, mengapa harus bertarung?
Pada saat di bumi dipenuhi salju, pada saat di udara berhembus angin dingin hingga menusuk tulang, hidung, telinga, bibir, dan tangan Fu Qing Tian tampak merah dan kering.
Ternyata kehangatan dan warna merah ini karena dia berada di sisi bara api yang sedang berkobar dan ini baru saja dinyalakan.
Di dalam tumpukan bara api terdapat sebuah panci yang tergantung. Di dalam panci ada setumpukan salju yang menempel.
Salju yang di dalam panci hanya sebentar sudah mencair. Gumpalan salju putih langsung menghilang dan mencair menjadi sepanci air bersih.
Air mulai mendidih dan mengeluarkan asap. Asap yang tadinya sedikit lama kelamaan menjadi bertambah banyak, tidak lama lagi dia bisa menikmati secangkir teh panas.
Dia menyalakan api membuat teh hanya untuk menunggu seseorang.
Menunggu seseorang yang sejak kecil menjadi saudara angkatnya. Menunggu untuk bertemu dengannya, menunggu untuk bertarung dengannya.
Jika memang mereka adalah saudara angkat sejak kecil, mengapa harus bertarung?
Zhong Hui Mie sejak berumur 17 tahun sudah berkelana di dunia persilatan. Pada umur 21 tahun dia dijuluki sebagai Jiu Tian Gui Di (Raja Setan Sembilan Hari ). Dia sudah pernah bertarung 42 kali dan selalu menang.
Dia berperawakan tinggi, besar, dan kekar. Sifatnya terbuka, sadis, dan tidak berperasaan. Dia memang orang yang sulit untuk berkompromi dan apa yang dikatakan olehnya pasti akan dilakukan olehnya. Dia mengatakan jika dia bertarung dengan seseorang dia akan melakukannya dengan segala macam cara untuk mencari kemenangan. Cara untuk menghindarinya hanya ada satu yaitu menyalahkan dirinya sendiri, mengapa harus terlahir di dunia ini?
Untuk bisa mencapai tujuannya, dia menukar 4.770 kepala murid perkumpulan Para durjana, itu pun akan dilakukannya.
Para durjana adalah perkumpulan yang didirikan oleh Zhong Hui Mie. Sejak perkumpulan itu berdiri hingga saat ini, walaupun baru 3 tahun dia telah bisa mengumpulkan 39 perampok-perampok menjadi sebuah perkumpulan.
Sekarang Zhong Hui Mie berumur 26 tahun tapi dia sudah menjadi simbol di dunia persilatan---pendekar yang sealiran dengan iblis.
Dalam hidupnya dia tidak pernah percaya kepada orang. Terkecuali kepada Huang Fu Qing Tian.
Setiap generasi keturunan Huang Fu adalah pejabat pemerintahan. Huang Fu, kedua kata ini adalah marga yang diberikan oleh raja, sebenarnya mereka bermarga Fu. Karena nenek moyang Huang Fu Qing Tian telah berhasil membasmi perampok di Guan Tong. Untuk membalas jasanya maka raja mengubah marga Fu menjadi Huang Fu (Huang=raja). Kemudian kakek Fu Shui Gang berubah namanya menjadi Huang Fu Shui Gang. Sedangkan Fu Qing Tian menjadi Huang Fu Qing Tian.
Dia adalah seseorang yang gagah dan tampan, garis wajahnya sangat jelas, selalu tertawa dengan lepas. Musuhnya pun mengaku bahwa dia adalah laki-laki yang jarang ditemui di dunia ini, dan dia pun tidak pernah kekurangan perempuan-perempuan di sisinya.
Tapi ini bukan hal yang pantas untuk diagulkan.
Dalam hidupnya, yang paling dia banggakan adalah pada waktu dia berumur 24 tahun, dengan ilmu silatnya yang hebat dan kepintarannya dalam bergaul, ditambah lagi dengan gerakannya yang gesit, dia bisa meneruskan jabatan ayahnya di kursi pemerintahan.
Baru saja dia menjadi pejabat selama setengah tahun, propinsi yang berada di bawah kekuasaannya, tidak ada perampok lagi, pencopet dan orang seperti itu pun berhasil dibasmi. Dalam waktu dua tahun dia berhasil membasmi orang-orang jahat di dunia persilatan di daerah yang dikuasainya.
Sekarang Huang Fu Qing Tian baru berusia 27 tahun, tapi namanya sudah terkenal di dunia persilatan. Dalam hidupnya dia mempunyai banyak teman baik tapi yang menjadi saudara angkatnya hanya ada satu.
Dia adalah Jiu Tian Gui Di, Zhong Hui Mie.
0-0-0
Salju seperti kabut tampak melayang-layang, putih dan menutupi pandangan mata.
Alis Zhong Hui Mie tertutup oleh salju tipis tapi semua ini tidak bisa menutupi amarah yang ada di dadanya.
Mantel panjangnya yang berwarna biru tua mengikuti gerakannya pada saat terbang, seperti seekor kelelawar yang terbang dengan sayapnya.
Kelelawar terbang tanpa bersuara tapi cepat.
Tapi suara langkah Zhong Hui Mie terdengar di penjuru lembah. Suara ini membuat burung-burung dan binatang-binatang yang berada di gunung itu segera berlarian dan terbang.
Hal ini pun sempat membuat Huang Fu Qing Tian sedikit mengangkat kepalanya.
Dia menghentikan gerakan tangannya pada saat menyeruput teh ke bibirnya. Sepasang matanya tampak bersinar, dia mencari dan melihat dari mana datangnya suara itu.
Wajahnya tidak ada ekspresi sama sekali, tapi jika kau melihatnya dengan teliti, kau bisa melihat di antara alisnya ada sediki rasa terpaksa dan sedih.
Untuk apa dia terpaksa melakukan ini?
Karena apa kesedihannya?
Apakah karena pertarungan ini akan dimulai?
Suara langkah terdengar semakin kuat dan kencang.
Dengan perlahan Huang Fu Qing Tian berdiri. Di antara alisnya terlihat guratan sedih dan tekanan tampak lebih kental lagi.
Dari kejauhan akhirnya muncul sesosok bayangan orang. bayangan itu seperti seekor kelelawar.
Akhirnya Huang Fu Qing Tian berdiri dengan tegak. Mantel panjang itu pun berhenti melayang.
Mata Zhong Hui Mie tajam seperti cheetah melihat ke arah Huang Fu Qing Tian.
Jika bisa sorot matanya yang membunuh pada saat itu juga, mungkin Huang Fu Qing Tian sudah membunuh orang sebanyak 17 kali dan 17 orang.
Mata Huang Fu Qing Tian menyorot kepada Zhong Hui Mie. Wajahnya sama sekali tidak terlihat ada ekspresi.
Golok Zhong Hui Mie berada di pinggangnya.
Pedang Huang Fu Qing Tian berada di tangannya.
Golok hijau, pedang putih seperti salju.
Golok itu hitam seperti warna kematian.
Apakah warna putih pun adalah warna kematian?
Jarak antara golok dan pedang semakin dekat.
Jarak antara mereka pun semakin dekat.
Nafsu membunuh timbul dan semakin terasa.
Akhirnya Zhong Hui Mie sampai juga di depan Huang Fu Qing Tian. Tiba-tiba dia mencabut goloknya. Cahaya golok seperti cahaya kematian, begitu jauh tapi seperti bunga mawar yang indah yang berada di bawah sinar matahari.
Udara yang terbawa oleh golok terasa di alis Huang Fu Qing Tian tapi dia tetap tidak bergerak.
Cahaya golok melewatinya, pohon cemara tua yang berada di beberapa meter jauhnya, ranting dan daunnya tampak berjatuhan. Salju yang berada di atas ranting pun ikut berjatuhan seperti air mata yang terjatuh dari pipi seorang perempuan cantik.
Kemudian cahaya golok menghilang.
Golok masih ada. Masih ada di bawah salju.
Zhong Hui Mie mencabut golok dan membuat garis. Kemudian dia menancapkannya ke tanah yang dipenuhi salju.
Golok masuk ke dalam salju, hanya tersisa pegangan golok yang masih tampak bergoyang.
Ilmu golok yang digunakan oleh Zhong Hui Mie adalah ilmu yang tidak dipakai oleh siapapun.
Golok berwarna hitam, tangan berwarna putih.
Wajah Zhong Hui Mie tampak lebih pucat lagi. Wajahnya kemerahan, bola matanya terus menciut.
Tapi Huang Fu Qing Tian masih terus melihat ke arahnya. Mata yang bercahaya tiba-tiba berekspresi aneh.
Apakah sudah terlepas dari beban berat? Atau karena terpaksa sehingga perasaannya terluka dan menjadi sedih?
Sorot mata mereka beradu seperti keluar percikan api yang tidak terlihat, seperti bintang jatuh yang terjatuh di kejauhan.
“Apa kabar?” tiba-tiba Huang Fu Qing Tian menyapa.
“Aku baik-baik saja!”
“Aku tahu kau pasti akan baik-baik saja.”
“Aku pasti baik, kau pasti sudah tahu.” Dengan santai Zhong Hui Mie menjawab, “Kalau tidak, kau tidak akan bisa bertemu denganku di sini.”
Mata Huang Fu Qing Tian seperti jarum menusuknya. Zhong Hui Mie menolehkan kepalanya melihat pohon yang berada di kejauhan. Setelah lama dia baru berkata dengan pelan, “Kau salah!”
“Aku salah?”
“Ya, kau salah, seharusnya kau jangan datang ke sini.”
“Memang aku salah,” aku Zhong Hui Mie, “aku salah seharusnya aku tidak menjadi saudara angkatmu.”
Kemarahan di wajahnya seperti berkurang, kemudian dia berkata, “Jika kita tidak menjadi saudara angkat dan aku bukan temanmu.” Zhong Hui Mie seperti sedang menertawakan dirinya, “Hatiku tidak akan menjadi marah, dan kau pun tidak akan mengalami kesedihan.”
Huang Fu Qing Tian sekali lagi melihatnya. “Kau salah, aku pun salah,” kata Huang Fu Qing Tian dengan santai, “Kau salah karena kau bersaudara angkat denganku dan aku salah karena aku lahir di dalam keluarga Huang Fu.”
“Tidak! Kita tidak salah, yang harus disalahkan adalah nasib yang mempermainkan kita.” Kata Zhong Hui Mie lagi, “Mengapa nasib mempertemukan kita? Mengapa kau adalah seorang Huang Fu dan aku adalah seorang Zhong Hui Mie?”
Cahaya golok muncul lagi. Zhong Hui Mie mencabut golok yang ditancapkan di tanah yang penuh dengan salju itu.
Cahaya golok berkilau, kali ini yang dia tebas bukan pohon cemara melainkan rambu Huang Fu Qing Tian.
Jika dia tidak menghindar dengan cepat, yang putus pasti kepalanya.
Cahaya golok memenuhi langit, golok bergerak dengan cepat seperti kilat. Suara golok memecahkan keheningan.
Huang Fu Qing Tian berhasil menghindar 7 kali tapi dia tetap tidak bisa terlepas dari cengkraman golok hitam itu.
Urat merah yang terlihat di mata Zhong Hui Mie semakin kental. Pekat seperti api.
Golok hitam, pedang putih.
Golok dan pedang beradu mengeluarkan percikan api seperti meteor yang beradu.
Percikan api dan kemarahan di mata Zhong Hui Mie hampir membuat hati Huang Fu Qing Tian terbakar.
Kekejaman, kemarahan, kesadisan, dan kecepatan Zhong Hui Mie terlihat dari goloknya yang terus bergerak.
Tangan membalik membacok dengan miring ke atas.
Huang Fu Qing Tian sebenarnya melihat jurus ini dikeluarkan dan sebenarnya dia bisa menghindar. Tapi begitu golok ini sampai di depan matanya, dia tidak bisa menghindar lagi.
Cahaya golok melewatinya, tampak darah bermuncratan ke mana-mana.
Darah muncrat seperti salju yang melayang lalu berjatuhan. Salju dingin, darah panas dan hangat.
Pundak kiri Huang Fu Qing Tian tergores sehingga menimbulkan luka yang dalam. Dia langsung merasakan tenaganya menghilang mengikuti aliran darah.
Salju putih, darah merah.
Darah dengan cepat membeku bersama turunnya salju.
Warna putih dengan cepat berubah menjadi merah seperti bunga mawar begitu merah, indah, dan juga terasa sedih.
Tidak terlihat lagi urat merah di mata Zhong Hui Mie. Matanya tetap merah seperti bunga mawar tapi golok masih tetap berwarna hitam.
Hitam yang mendatangkan kematian, sebegitu jauh, tidak kenal ampun tapi juga seperti teman baik yang sedang memelukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar