Minggu, 14 Februari 2010

Panji Akbar Matahari Terbenam

BAB 1
Tujuh orang aneh

Di kabupaten Huai Yin, di kota Huai An.
Shao Xing tahun 31. Musim semi.
Di sebuah perusahaan perjalanan (Biao) yang bernama Huai Yang.
Panji Biao Huai Yang tampak berkibar, wajah-wajah anggota Biao di sana berwarna seperti besi. Wajah mereka merenggut dan mereka sama sekali tidak bersuara.
Dalam perusahaan Biao Huai Yang, ada tiga orang terpenting dalam perusahaan itu mereka kira-kira berumur 40 tahun, dia bermarga Cai, dan bernama Bu Pin. Dia menguasai 36 macam jurus tombak. Di Huai Yin orang yang terkenal bisa menggunakan tombak adalah dirinya.
Orang kedua terpenting dalam Biao Huai Yang berumur 40 tahun lebih, bermarga Wu, dan bernama Shen Si. Pembawaannya sangat tenang. Dia sangat menguasai jurus Feng Mo Zheng Fa (jurus tongkat siluman gila) dan Da Mo Gun Fa (jurus tongkat Da Mo= Tat Mo). Dia adalah penasehat di perusahaan Biao Huai Yang, juga menjabat sebagai kepala pelatih di Biao Huai Yang.
Hari ini, kedua orang penting dari perusahaan Biao Huai Yang tampak sedang duduk di ruang tamu. Wajah mereka terlihat serius dan sikap mereka terlihat dingin.
Cai Bu Pin menggebrak meja dan berkata, “Kurang ajar! Penjahat Jin (Kim) memang keterlaluan! Kita orang-orang Song sudah digencet mereka sampai tidak bisa bernafas lagi!”
Wu Shen Si segera bersuara, “Shhhtt!”.
Dia memberi tanda kepada Cai Bu Pin agar tidak berbicara lagi. Dia berkata, “Lao San, masalah memaki kerajaan tidak perlu kita lakukan. Jika kita diadukan kepada kepala pemerintahan, keluarga kita pasti akan dibunuh. Aku sudah berkeluarga, aku tidak tahan disiksa seperti itu!”
Cai Bu Pin tahu Wu Shen Si bukan seorang penakut, dia hanya ingin menasehatinya saja. Segera dia berkata, “Kakak Kedua, penjahat itu sudah menyerang Cai Shi. Katanya beberapa hari ini, di kota banyak orang yang mencurigakan. Mereka tampak berjalan-jalan di kota. Kita adalah putra kerajaan Song. Kita harus membunuh beberapa anjing Jin itu!”
Wu Shen Si berpikir sebentar lalu berkata, “Hanya dengan membunuh beberapa orang saja rasanya tidak akan ada gunanya. Kemarin Kakak Tertua sudah pergi ke Huai Bei untuk bertemu dengan Pendekar Long Zhai Tian dan berunding dengannya. Jika perlu kita akan membubarkan perusahaan Biao ini, kemudian bergabung dengan Tuan Long Zhai Tian mengikuti Jenderal Yu membunuh para anjing Jin!”
Cai Bu Pin bertepuk tangan dan tertawa, “Aku rasa lebih baik seperti itu!”
Tiba-tiba terdengar suara keras bercampur dengan suara bentakan dari luar pintu!
Seorang anggota perusahaan Biao dengan terengah-engah masuk ke ruang tamu. Dia tidak bisa berbicara karena nafasnya menderu cepat. Cai Bu Pin segera menghampirinya dan bertanya, “Ada apa? Cepat katakan!”
Karena terjatuh, dahi anggota Biao ini berdarah dan tangan kirinya terkilir. Dia berkata, “Tuan Kedua, Tuan Ketiga, di luar ada beberapa penjahat Jin berikut beberapa orang pengkhianat Han. Mereka mengatakan ingin bertemu dengan kepala perusahaan Biao. Karena orang-orang perusahaan kita melihat yang datang adalah para penjahat Jin, mereka marah. Tidak disangka di antara ketujuh orang itu, muncul 2 orang raksasa, dan sudah membuat saudara-saudara kita …dipukul….”
Cai Bu Pin marah dan membentak, “Saudara kita dipukul seperti apa? Anjing Jin, berani datang ke kota Huan An, lalu memukul orang-orangku, aku harus menghajar mereka!”
Kata-katanya belum selesai, dari luar melayang masuk 3 orang. Mereka adalah anak buah Cai Bu Pin. Beberapa kali tubuh mereka bergetar. Wajah mereka tampak belepotan darah, tapi sebentar kemudian sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya ilmu silat ketiga orang perusahaan Biao ini lumayan tinggi, tapi hanya dalam waktu sebentar mereka berhasil dibabat oleh orang-orang Jin. Wu Shen Si merasa tersinggung dan marah melihat semua ini!
Cai Bu Pin meloncat keluar. Dengan marah dia membentak, “Kurang ajar! Berani membunuh orang-orang perusahaan Biao Huai Yang…“
Waktu itu, tiba-tiba dari luar pintu muncul 7 orang. Mereka berbaris membentuk angka satu aksara China. Mereka dengan dingin berdiri di depan pintu.
Hati Wu Shen Si terasa dingin. Dengan cepat dia berkata, “Lao San, jangan berontak!” Tapi Cai Bu Pin sudah lari keluar!
Begitu Cai Bu Pin keluar, dari ketujuh orang itu, 6 di antaranya tidak bergerak. Salah satu laki-laki yang berbadan tegap dan tinggi sudah menghadang Cai Bu Pin. Kecepatan tubuhnya 10 kali lipat dibandingkan Cai Bu Pin, dan tenaganya seperti bisa mendorong gunung dan bisa menumpahkan isi laut.
Cai Bu Pin hampir bertabrakan dengan orang itu. dia segera berhenti dan merasa terkejut. Cai Bu Pin bukan orang biasa, tangannya sudah menggenggam sebuah tombak!
Belum sempat bertabrakan, tombaknya sudah menotok di 3 tempat jalan darah lawannya, cepat dan juga tepat.
Jurus ini bernama Han Ya San Dian (Jurus tiga totokan burung gagak dingin). Cai Bu Pin paling apal menguasai jurus ini dan juga merupakan jurus yang terkenal. Maka pada saat dia melancarkan serangan, jurus inilah otomatis yang digunakan. Cai Bu Pin tidak tahu kalau orang yang datang bukanlah sembarang orang, dia juga mengeluarkan serangan untuk membunuh!
Tiga buah mata tombak siap menusuk dan menotok orang itu. Tapi orang itu tidak terkena tusukan tombaknya malah gerakan majunya menjadi lambat. Sebaliknya Cai Bu Pin malah semakin cepat melangkah.
Tiba-tiba tombak yang dipergunakan untuk menusuk malah terlepas terbang dari hadapan orang itu.
Cai Bu Pin terkejut dan mundur!
Tapi dari belakang sudah menunggu seorang laki-laki berbadan tinggi besar. Gerakannya lebih cepat dari gerakan laki-laki pertama. Waktu itu puluhan orang perusahaan Biao masuk ke lapangan penerima tamu, mereka memperhatikan 6 orang yang datang. Hanya dalam waktu singkat tinggal 5 orang. Pertarungan ini hanya terlihat seperti bayangan yang bergerak cepat. Di arena pertarungan ternyata sudah bertambah satu orang lagi!
Cai Bu Pin merasakan adanya bahaya. Dia ingin menyingkir kesamping tapi lawannya datang sangat cepat. Dia tidak bisa menghindar lagi. Hanya terdengar suara PING! PING! Yang satu berada di depan dan yang satu berada di belakang, mereka mengurung Cai Bu Pin di tengah-tengah.
Begitu melihat ada seseorang yang muncul dibelakangnya, hatinya ingin berteriak, “Bahaya!”. Tapi tubuhnya terasa melayang terbang sedangkan kedua orang itu setelah menabrak sasaran mereka. Lalu mereka berpisah lagi, berdiri di kiri dan di kanan, kelima orang itu dan sama sekali tidak bergerak.
Begitu Wu Shen Si berada di lapangan pertarungan, dengan tepat bisa menangkap Cai Bu Pin yang roboh.
Tulang-tulang Cai Bu Pin tampak sudah tidak ada yang utuh. Tulang-tulangnya hancur, kemudian menancap ke dalam daging. Dia langsung meninggal.
Wu Shen Si marah dan terkejut. Bola matanya seakan mau keluar. Dia ingin bertarung dengan mereka tapi setelah dipikir-pikir dia menahan diri, dia melihat baru saja bertarung, dengan mudah Cai Bu Pin telah dibunuhnya, berarti ilmu silat mereka sangat tinggi dan cara bertarung mereka sangat aneh. Karena itu dia tidak ingin secara sembarangan menyerang, jika tidak, dia juga akan mati sia-sia. Dia menarik nafas, dengan pelan-pelan lalu berdiri melihat orang-orang itu.
Mereka terdiri dari 7 orang, salah satu dari mereka telah berumur 40 tahun. Wajahnya terlihat sangat serius, dia tidak marah tapi telihat berwibawa, wajahnya cukup tampan. Dia memakai baju panjang dan tangannya dimasukkan ke dalam lengan baju. Melihat apa yang terjadi di lapangan, dia tidak bertanya dan seperti tidak melihat.
Orang yang berada di sebelah kirinya, memakai baju Qi Dan. Wajahnya juga terlihat sangat berwibawa, perawakannya tinggi dan besar. Siapapun yang berdiri di depannya, paling-paling tingginya hanya mencapai pundaknya. Kedua matanya hanya melihat dingin tapi tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya.
Di sebelah kanannya adalah seorang La Ma (biksu Tibet). Memakai baju biksu berwarna merah dan selempang berwarna emas yang dipakai di sebelah kanannya. Tangannya memegang sebuah sekop berbentuk seperti gigi. Sekop itu beratnya kurang lebih 10-15 kilogram tapi pada saat dipegang olehnya seperti tidak memerlukan tenaga besar. Di kepalanya masih ada seuntai tasbih yang terbuat dari kayu berwarna merah, biji tasbih itu besar dan juga berkilau. Kedua mata La Ma ini seperti bisa mengeluarkan kobaran api. Wu Shen Si yang melihatnya, merasa jantungnya terus berdebar-debar karena terpengaruh oleh pembawaan La Ma ini.
Di kanan La Ma adalah orang yang berdandan seperti suku bangsa Nu Zhen, perawakannya tinggi dan kurus. Kesepuluh jarinya berbentuk seperti cakar elang, panjang dan lancip-lancip. Dengan wajah seram dia melihat Wu Shen Si. Membuat hati Wu Shen Si menjadi dingin. Di sebelah kiri orang Qi Dan itu ada satu orang bersuku Han. Usianya kira-kira 50 tahun, wajahnya seperti tikus, memakai baju putih yang terbuat dari sutra, terlihat sangat mewah. Kumisnya seperti kumis kucing. Tangan kirinya memegang sebuah panji bertuliskan ‘Song’. Tangan kanannya memegang panji bertulisan huruf ‘Jin’. Langkah kakinya pada saat berjalan seperti angka delapan (huruf China). Di pinggangnya masih terselip sempoa besi berwarna hitam. Dia menyipitkan matanya. Dengan pandangan tidak bersahabat dia menatap Wu Shen Si.
Di sisi kiri dan kanan orang itu, masih ada 2 orang laki-laki bangsa Mongolia. Badan mereka tinggi juga besar. Lebih kasar dan besar dari orang Qi Dan itu, wajah mereka tampak sangat keras. Daging di seluruh tubuh mereka menggelembung seperti panci besi. Dalam setengah jurusnya, Cai Bu Pin langsung terpukul mati. Kedua orang Mongolia itu memiliki wajah dan perawakan hampir sama. Mereka berdiri dengan sikap sangat sombong, tapi menghormati kelima orang itu.

0-0-0

Wu Shen Si menahan kesedihan di dalam hatinya. Dengan marah dia berkata, “Kalian tidak minta ijin terlebih dulu, langsung masuk ke perusahaan Biao kami, setelah itu membunuh orang-orang perusahaan Biao dan juga membunuh adik ketiga. Sebenarnya apa tujuan kalian?”
Orang-orang perusahaan Biao itu yang telah kalah di tangan ketujuh orang itu. Melihat musuh dengan mudah bisa membunuh orang ketiga terkuat di perusahaan ini, mereka tidak bersuara. Begitu mendengar Wu Shen Si bertanya, merekapun ikut marah, “Penjahat, apa mau kalian sebenarnya!”
“Anjing Jin, kalian cari mati saja!”
“Kurang ajar! Ketua Biao dan wakil ketua kami akan menangkap kalian lalu melemparkan kalian ke sungai sebagai makanan ikan….”
Cambang laki-laki yeng bersenjata Sempoa itu tampak bergerak-gerak. Sambil tertawa dia berkata, “Oh! Daging cincang yang tergeletak di bawah ini, apakah dia adalah Pendekar Ketiga Cai? Kami mohon maaf!”
Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang ada di sana semakin marah. Wu Shen Si yang lebih berpengalaman, segera bertanya, “Apakah Tuan adalah si Sempoa Besi dari He Bei Xi Wu Hou, Tuan Xi?”
Orang itu tertawa, “Benar. Aku masih mempunyai julukan jelek lainnya yaitu, apapun akan kujual jika mati tidak akan mempunyai keturunan. Jika tidak ada lagi yang ingin disampaikan oleh Pendekar Wu, biar aku membantu Anda memberitahu.”
Orang-orang perusahaan Biao mendengar semua perkataannya. He Bei Xi Wu Hou terkenal menjual segala apapun, hati nurani, wajah, negara, rumah, sampai istri dan putra putrinya sekalipun. Asalkan dia bisa menjadi kaya dan makmur, mempunyai kekuasaan dan uang, dia pasti tega menjual semuanya. Dia bernama Xi Wu Hou karena orang-orang persilatan membencinya karena dia sering mengkhianati teman, maka mereka memanggilnya dengan sebutan Si Wu Hou (Mati tidak ada turunan).
Wu Shen Si tahu kalau dia adalah Xi Wu Hou, karena di dunia persilatan yang bisa menjadikan sempoa besi sebagai senjata dan memiliki ilmu silat sangat tinggi, hanya ada 3 orang, dan salah satu di antaranya bernama Sempoa Emas, Xin Wu Er. Menurut orang-orang, dia sangat tampan. Sedangkan yang satu lagi bernama Tuan Sempoa, Bao Xian Ding. Menurut orang-orang yang pernah bertemu dengannya, dia berperawakan pendek, gemuk, dan dia berdandan seperti seorang pedagang. Kedua orang itu berpandangan sangat lurus. Satu-satunya yang tega menjual segala sesuatu hanya Xi Wu Hou. Dia sangat licik, kejam, dan berbahaya. Dia tega menjual negara untuk mendapatkan kemakmuran. Dia menjadi seorang pengkhianat dan dibenci oleh orang-orang.
Begitu nama Xi Wu Hou terlontar, orang-orang perusahaan Biao terdiam karena dia memang terkenal karena kejamnya dan liciknya.
Pikiran Wu Shen Si dengan cepat berputar. Dia tahu di antara ketujuh orang itu, Xi Wu Hou dan kedua orang Mongolia itu, ilmu silatnya lebih tinggi darinya. Sedangkan keempat orang lainnya, belum diketahui sampai sejauh mana kemampuan ilmu silat mereka. Hatinya terus mengeluh.
Terdengar Xi Wu Hou tertawa licik, “Kau lihat, ini apa?” Dia melambaikan-lambaikan kedua panji yang dipegangnya.
Wu Shen Si menjawab dengan tenang, “Panji itu bertuliskan panji kerajaan Song dan satu lagi adalah kain perca milik penjahat Jin!”
Xi Wu Hou tertawa dingin, “Panji kerajaan?” Dia melemparkan panji kerajaan Song, kemudian menginjak-injaknya.
Orang-orang perusahaan Biao Huai Yang tidak kuat menahan penghinaan ini, mereka segera maju menyerang. Wu Shen Si ingin melarang tapi sudah tidak sempat.
Dua orang perusahaan Biao yang berada di tengah-tengah udara ditangkap oleh sepasang tangan kemudian tenggorokan mereka dicekik. Hanya sebentar kedua orang perusahaan Biao itu tampak matanya melotot dan lidahnya terjulur keluar. Mereka sudah mati. Orang Mongolia itu yang telah membunuh mereka.
Keadaan menjadi geger. Ada yang mencabut pedang untuk menyerang orang Mongolia itu. Tiba-tiba terdengar suara bentakan seperti guntur, “Hentikan! Jangan ingin mati konyol!”
Orang-orang perusahaan Biao mendengar suara ini. Mereka segera berhenti. Wu Shen Si merasa sangat senang. Dia memanggil, “Da Shi Xiong (kakak tertua).”
Semua orang perusahaan Biao dengan hormat memanggil, “Ketua Biao.”
Rambutnya sudah memutih, begitu juga dengan alisnya, dia terlihat sangat berwibawa. Dia adalah ketua Perusahaan Biao, Li Long Da. Ilmu telapak Jiang Tian Zhang yang dimilikinya sangat terkenal di Huai Bei. Ilmu silatnya jauh berada di atas Wu Shen Si. Wu Shen Si tampak menjadi tenang.
Begitu melihat ada orang yang masuk ke perusahaan Biao, dia tahu kalau mereka bukan orang baik-baik. Dia sudah menyuruh orang pergi ke rumah Li Long Da dan memanggil Li Long Da untuk membantunya. Begitu Wu Shen Si melihat Kakak tertuanya sudah datang, dia tahu kalau Li Long Da pasti mempunyai cara menghadapi orang-orang jahat ini, maka hatinyapun merasa sangat tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar