BAB 1
Menghina anak yatim
Ibu yang tidak mempunyai perasaan
Di jalanan yang bersih terdapat sebuah rumah sederhana dengan wajah-wajah yang sederhana…
Ini adalah Long Dong (nama tempat) sebuah desa yang sederhana, yang hanya ditinggali oleh 30-40 keluarga.
Matahari di bulan 9 menyinari di jalanan yang tidak rata. Empat orang ana remaja sedang pulang dari sekolah. Salah satu di antara mereka ada yang bertubuh agak tinggi dan wajahnya agak merah, dia berhenti melangkah dan berkata, “hari ini kita pulang lebih awal, bagaimana kalau kita bermain dulu?”
Dua anak remaja lainnnya berkata, “baiklah…”
Anak remaja yang berwajah merah itu melihat temannya yang satu lagi dan bertanya, “Shen Zhong Yuan, mengapa kau diam saja?”
Anak remaja yang bernama Shen Zhong Yuan itu berbadan kurus dan pendek, seperti yang baru berusia 8-9 tahun. Dia paling kecil di antara mereka berempat. Dengan serius dia berkata, “guru mengatakan bahwa hari ini kita pulang lebih awal karena harus membantu orang tua panen padi, masa kita bermain di sini….”
Salah satu dari mereka berkata, “memanen padi adalah pekerjaan pegawai, kita tidak perlu membantu.”
Kata Shen Zhong Yuan, “di rumah kami tidak ada pegawai.”
“Mengapa di rumahmu tidak ada pegawai?”
anak remaja yang berwajah agak merah itu walaupun hanya berusia 11-12 tahun tapi dia seperti orang yang dewasa, dia menjawab, “Feng Qi, apakah kau tidak tahu, di rumahnya hanya ada ibunya, dia tidak mempunyai banyak uang.”
Kata Feng Qi, “aku tidak percaya, katanya ayahnya berdagang di luar kota, mengapa ayahnya tidak mengirim uang untuk dia dan ibunya?”
“Apakah kau tidak tahu dia tidak mempunyai ayah?”
“Tao San, kau jangan ngomong sembarangan!” Feng Qi sengaja berkata agak keras.
“Mengapa dia tidak mempunyai ayah? Bila dia tidak mempunyai ayah, dia datang dari mana? Apakah dia adalah anak haram?”
Dengan tertawa Feng Qi melihat Shen Zhong Yuan.
Shen Zhong Yuan marah dan berteriak, “kaulah yang anak haram!”
Feng Qi juga marah dan berkata, “sembarangan bicara, semua orang tahu kalau aku mempunyai ayah, sedangkan kau, siapa ayahmu? Dimana dia berada? Katakan, anak haram!”
Shen Zhong Yuan marah dan berteriak, “kentut kau!”
Kata Feng Qi dengan tertawa, “kalau aku kentut, coba katakan siapa nama ayahmu? Dimana dia? Dan apa pekerjaannya? Betul kan, kau tidak bisa menjawab?”
Dengan tertawa Feng Qi menjawab, “aku beritahu kepadamu, ayahku mengatakan semenjak ibumu datang ke desa ini, dia sudah melahirkanmu tapi tidak mempunyai suami. Kau adalah anak haram, apakah kau tidak mau mengakuinya?”
Dengan wajah merah, Shen Zhong Yuan tidak menjawab dan dia langsung pergi.
Kata Tao San, “jangan pergi dulu, aku akan memberitahumu cara yang baik.”
Shen Zhong Yuan berhenti melangkah, tapi dia tidak membalikkan badan.
Tao San tertawa dan berkata, “katanya ibumu sangat akrab dengan Paman Chu, dia seorang adalah pegawai di sawah, mengapa kau tidak menganggapnya sebagai ayahmu?”
Hati Shen Zhong Yuan tergerak dan berpikir, “betul, Paman Chu memang akrab dengan ibuku, dan juga sangat baik kepadaku, kalau saja….”
Dia sedang berpikir, Feng Qi berkata lagi, “kalau ibumu tidak suka karena dia pincang, itu tidak apa-apa, di rumahku masih banyak pegawai, mereka semua berbadan sehat. Asalkan ibumu mau, tidak perlu khawatir….”
Kata-kata ini belum habis, Shen Zhong Yuan sudah membalikkan badan dan maju beberapa langkah. Dia sudah mengayunkan kepalan tangannya ke wajah Feng Qi.
“Kau berani memukulku!”
Feng Qi sangat marah, sepasang tangannya mengepal dan mulai memukul, tapi dengan mudah Shen Zhong Yuan menghindar. Dia memukul lagi pipi Feng Qi.
Tapi tiba-tiba di telinganya terdengar suara yang berbisik, “Nak, kau belajar ilmu silat bukan untuk berkelahi, nanti akan diketahui orang….”
Ini adalah pesan ibunya, dia harus mendengarkanya. Sebenarnya dia tidak takut menghadapi 3 orang itu, tapi dia malah membalikkan badan dan berlari. Tapi terlambat, anak remaja, yang bernama Tao San sudah maju, dia memeluk dari belakang dan berkata, “kita adalah teman, kita hanya bercanda, mengapa harus berkelahi seperti ini?”
Dia seperti ingin melerai tapi malah memeluk Shen Zhong Yuan dengan sekuat tenaga. Tubuhnya yang lebih tinggi satu kepala dari Shen Zhong Yuan. Begitu memeluk, Shen Zhong Yuan merasa seperi dijepit oleh besi, ilmu silat yang dia pelajari dari ibunya menjadi tidak bisa dikeluarkan. Mereka berdua segera datang untuk memukul Shen Zhong Yuan.
Hanya dalam sekejap Shen Zhong Yuan sudah dipukul puluhan kali, membuatnya merasa pusing dan kesakitan.
Tao San melihat teman-temannya sudah cukup memukul Shen Zhong Yuan, dia berkata, “aku sudah katakan kepada kalian jangan berkelahi, mengapa kalian tidak mau mendengar?”
Karena hati dia senang, jepitan tangannya agak longgar. Shen Zhong Yuan yang berada dalam pelukannya segera melepaskan diri. Tiba-tiba Tao San merasa kaki dipegang, kemudian diseret ke belakang hingga terjatuh. Rasa sakit membuatnya berteriak.
Shen Zhong Yuan langsung berlari ke depan Feng Qi, dengan kepalan tangan, kaki, dan telapak, dia mulai menyerang mereka. Awalnya Feng Qi dan teman-teman masih mengira mereka akan menang karena jumlah mereka lebih banyak dan mereka melayani serangan Shen Zhong Yuan, tapi terakhir mereka malah kewalahan melayani serangan Shen Zhong Yuan, lalu mereka pun kabur.
Walaupun Shen Zhong Yuan menang, tapi dia sangat marah karena Feng Qi telah menghina ibunya. Dia tetap mengejar Feng Qi dari belakang, dia mengait kakinya. Feng Qi terjatuh, Shen Zhong Yuan menaiki badannya dan masih terus memukul. Sambil berkata, “kau yang anak haram, hasil hubungan gelap ibumu dengan pegawaimu!”
Walaupun Feng Qi terus dipukul, tapi dia juga tidak mau kalah begitu saja dalam hati dia berpikir, “nanti aku akan memberitahu hal ini kepada ayahku.”
Waktu itu juga dari arah desa datang seekor anjing besar, bulunya berkilauan. Begitu Feng Qi melihat anjing itu, dengan gembira dia berkata, “Kepala Hijau, gigit dia!”
Ternyata anjing ini adalah anjing peliharaan Feng Qi. Begitu mendengar perintah majikannya, dia segera datang dan menyerang Shen Zhong Yuan.
Shen Zhong Yuan kaget dengan wajah pucat dia segera lari, tapi anjing itu malah mengejarnya lebih cepat lagi. Lari kedua kakinya lebih lambat dari binatang berkaki empat. Kelihatannya dia sudah hampir terkejar. Pikir Shen Zhong Yuan, “kalau aku sampai tergigit, aku harus mengadu kepada siapa?”
Tiba-tiba mendengar suara anjing menggonggong kesakitan.
Shen Zhong Yuan kaget dan membalikkan badan untuk melihat keadaan anjing itu. Karena kaget dia membalikkan badan lagi dan melarikan diri, tapi Feng Qi memerintah, “Kepala Hijau, gigit dia!”
Waktu itu dari tempat jauh ada sesuatu benda melayang menghampiri. Benda itu mengenai kepala anjing dan membuat anjing itu melengking kesakitan. Tapi dia tetap tidak pergi. Shen Zhong Yuan melihat benda yang melayang itu adalah gumpalan tanah. Dia segera meniru mengambil gumpalan tanah dan melempari anjing itu.
Karena terkena lemparan, anjing itu ketakutan dan kabur. Walaupun tuannya berteriak-teriak, tapi anjing itu tetap berlari pulang dengan cepat.
Shen Zhong Yuan masih kaget dan terduduk di tanah. Jantungnya berdebar-debar dan nafasnya pun terengah-engah.
Tiba-tiba dari arah sawah terdengar ada sesuatu bunyi. Segera Shen Zhong Yuan berdiri dan membalikkan badan untuk melihat. Ternyata ada seorang laki-laki yang berusia kira-kira 30 tahunan. Tubuhnya tinggi, beralis tebal, dan matanya pun besar, tapi jalannya sedikit pincang. Dia adalah Paman Chu.
Shen Zhong Yuan segera merasa hatinya tenang. Dia menarik nafas panjang, air mata pun mengalir, dia berkata, “Paman Chu….”
Orang itu tak lain adalah Chu Zheng. Dia datang dengan langkah gagah. Dia juga meraba kepala Shen Zhong Yuan dan berkata, “anak Yuan, apakah kau terkejut? Sudah tidak apa-apa.”
Shen Zhong Yuan berkata, “Paman Chu, apakah tadi kau yang melempar gumpalan tanah untuk mengusir anjing itu? Hanya sayang Paman tidak berhasil membunuh anjing itu, kalau tidak….”
Chu Zheng menarik nafas dan bertanya, “anak Yuan kenapa kau berkelahi dengan mereka?”
“Kata mereka…aku adalah anak haram. Paman, beritahu kepadaku, apakah aku adalah….”
“Bukan, kau bukan anak haram, kau…anak baik.”
“Kalau begitu, ayahku berada di mana?”
Chu Zheng tertawa kecut dan menggelengkan kepalanya tapi dia tidak menjawab.
“Paman Chu, beritahu kepadaku, ayahku berada di mana? Dia belum pernah datang menengokku, apakah ayahku sudah meninggal?”
Chu Zheng menarik nafas dan menjawab, “boleh dikatakan seperti itu….”
Shen Zhong Yuan kaget dan bertanya, “apa artinya ini? Apakah….”
“Hal ini tidak perlu dibahas lagi, kita pulang sekarang.”
“Tidak, aku harus membahasnya dan mengetahui semuanya!”
Shen Zhong Yuan mengangkat kepala, dengan penuh air mata dia berkata, “Paman Chu, karena hal ini mereka bukan hanya sekali dua kali menghinaku, mereka selalu mengatakan bahwa aku adalah anak haram…”
Shen Zhong Yuan menangis, Chu Zheng mengerutkan dahi dan tampak bengong, dia tidak tahu harus menjawab apa kepada Shen Zhong Yuan.
Shen Zhong Yuan tiba-tiba berkata, “Paman Chu, kalau…Paman…jadi ayahku bagaimana?”
Chu Zheng kaget dan berkata, “mana boleh seperti itu?”
Tanya Shen Zhong Yuan, “mengapa tidak boleh? Aku tahu Paman sayang kepadaku, juga…sayang kepada ibuku. Aku juga tahu ibuku…juga sayang kepadamu….”
Hati Chu bergetar, “anak ini belum cukup besar. Banyak hal yang tidak pantas dia ketahui, tapi dia sudah mulai mencari tahu, kelak….”
Shen Zhong Yuan berkata lagi, “Paman Chu, katakanlah apa yang kau inginkan? Aku mohon….”
Chu Zheng terdiam lama, lalu dia pun berkata, “Nak, kau masih kecil, banyak hal yang tidak boleh kau ketahui. Semua bukan seperti yang kau duga, begitu mudah, hanya aku takut….”
“Paman takut apa? Asalkan aku mau, aku akan bertanya kepada ibuku.”
“Bukan, Nak…”
Kata-katanya belum habis, dia sudah menarik tangan Shen Zhong Yuan dan berkata, “Nak, ada yang datang. Kita masuk ke sawah untuk bersembunyi.”
Shen Zhong Yuan juga mendengar ada suara kuda berlari. Dia mengira Feng Qi sudah memberitahukan hal ini ayahnya, dan ayahnya datang untuk menghajarnya. Dengan cepat ikut Chu Zheng masuk ke sawah.
Hanya sebentar beberapa kuda sudah lewat membuat jalan itu penuh dengan debu yang beterbangan.
Rumah Shen Zhong Yuan sangat sederhana tapi terlihat sangat rapi. Walaupun dia adalah anak yatim, tapi kehidupannya tidak miskin.
Begitu Shen Zhong Yuan pulang, di atas meja dapur dia melihat ada ayam, bebek dan daging. Ibunya sedang memasak. Dia heran dan bertanya, “Ibu, hari ini bukan Imlek, mengapa ibu memasak sayur begitu banyak?”
Ibunya tertawa dan menjawab, “ibu sudah memasak semua ini, makanlah, jangan banyak tanya lagi.”
Kata Shen Zhong Yuan, “Ibu, aku sudah besar, banyak hal yang tidak kumengerti yang ingin kutanyakan.”
Ibunya tertawa, suaranya sangat enak didengar. Kedua pipi memerah seperti bunga yang baru mekar….
Shen Zhong Yuan sering merasa rendah diri karena dia tidak mempunyai ayah, tapi dia bangga kepada ibunya. Ibunya sangat cantik, tidak seperti ibu teman-temannya, terlihat jelek dan wajahnya penuh dengan keriput….
Ibunya berkata lagi, “apakah kau tahu, pengurus wisma akan datang, ibu membuat bermacam-macam sayur untuk dihidangkan. Pajak tahun ini akan dibebaskan, apalagi dia membawa orang untuk membantu kita memanen padi. Nak, apakah perhitungan seperti ini sangat tepat?”
Kata Shen Zhong Yuan, “Ibu saja yang menghitung.”
Biarpun Shen Zhong Yuan merasa dia sudah besar, tapi dia tetap seorang anak. Dia masih tidak bisa membedakan yang mana benar dan mena yang salah.
Dia teringat dalam satu tahun pengurus Wisma Bai Ma pasti akan datang beberapa kali. Setiap kali datang ibunya harus melayani mereka dengan baik. Tapi setiap kali sayur, daging, dan lain lain pasti akan mereka bawa pulang, dan masih meninggalkan uang untuk mereka, masih ada kain dan lainnya. Tapi setiap kali setelah pengurus wisma itu pulang, ibunya pasti akan diam selama 3-4 hari, dia malas bicara….
Karena itu Shen Zhong Yuan tidak suka bila pengurus wisma itu datang, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Makan malam biasanya diselenggarakan di rumahnya, di dapur sudah dipasang sebuah meja besar. Pengurus wisma dan orang yang dia bawa, tampak sedang makan, minum, dan bercanda hingga larut malam, setelah itu mereka baru berhenti. Mereka mabuk sampai tidur berserakan.
Shen Zhong Yuan dan ibunya makan di dapur.
Shen Zhong Yuan paling menyukai masakan ibunya, walaupun kali ini di meja makan banyak daging, dan ibunya yang memasakkan semua itu tapi dia tidak berselera untuk memakannya. Dia hanya makan sebentar kemudian tidak melanjutkan.
Walaupun orang-orang itu sudah pergi, dia masih tidak tahu bagaimana cara menyampaikan hal yang dia sudah rundingkan dengan Paman Chu kepada ibunya. Ibunya menyuruh dia untuk tidur lebih awal. Dia mengira ibu merasa lelah, terpaksa dia kembali ke kamarnya.
Di tempat tidur, dia hanya bolak balik kaerna tidak bisa tidur. Beberapa kali dia ingin menyampaikan kata-kata yang tersimpan di dalam hati kepada ibunya, tapi dia mencoba untuk menahannya, dia memutuskan besok baru….
Dari dalam kamar tidurnya, dia mendengar ada yang membuka pintu kamar ibunya.
Shen Zhong Yuan tertawa. Sebenarnya ibu menyuruhnya tidur lebih awal, seharus dia sudah harus tahu hal ini.
Pasti Paman Chu yang datang….
Ini bukan hanya asal bicara, dia bukan hanya sekali dua kali mendengarnya, malam-malam seperti ini, Paman Chu dan ibunya sedang melakukan apa? Dia tidak tahu kapan Paman Chu pergi dari rumahnya. Dia hanya tahu pada keesokan harinya, ibunya pasti akan terbangun pagi-pagi dan hatinya merasa riang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar