Minggu, 14 Februari 2010

Raja Naga Tujuh Bintang

Judul asli : Qi Xing Long Wang

Pengarang : Gu Long

Terbitan : 1978 (1st), reprint 1998

Penerjemah : Ynt

Cetak terbatas : See Yan Tjin Djin, Bandung, 2004

Jilid : 2 buku

Tokoh :

Sun Ji Cheng - Hartawan dari Kota Ji Nan

Yuan Bao - Pengemis kecil yang misterius.

Zheng Nan Yuan - Pemilik Rumah Makan Da San Yuan

Tian Ji Zi - Tuan muda dari Partai Panji Bunga, putra Tian Yong Hua yang dikenal cerdas

Tian Yong Hua – Ketua Partai Panji Bunga

Xiao Jun - Kepala bagian penegakan hukum Partai Pengemis

Li Jiang Jun Pencuri kondang yang memiliki julukan San Xiao Jing Hun atau Tertawa Tiga Kali Mengagetkan Arwah

Guo Di Mie & Gao Tian Jue Pasangan suami-istri yang mendirikan organisasi rahasia Tian Jue Die Mie yang didedikasikan untuk menangkap pencuri dan penjahat.

Boss Besar Tang - Pemilik rumah judi Ru Yi Du Fang



Langit menurunkan bintang keberuntungan,

Mengubah besi menjadi emas

(Raja Naga Tujuh Bintang, hal. 182)



Tanggal 15 bulan 4, tujuh belas tahun yang lalu, telah terjadi suatu peristiwa besar yang menggegerkan seantero dunia persilatan. Pada hari itu, Li Jiang Jun, seorang pencuri terkenal yang selama petualangannya bahkan telah berhasil menggerayangi istana, dikeroyok oleh pasangan pendekar dari organisasi rahasia Tian Jue Die Mie, yaitu suami istri Guo Di Mie dan Gao Tian Jue. Tidak banyak diketahui oleh dunia luar, sebenarnya Li Jiang Jun dalam peristiwa 17 tahun yang lalu tersebut kena dikepung oleh delapan orang tetua dunia persilatan, yang kekuatannya adalah bahkan setara dengan 800 orang. Sudah barang tentu kemungkinan bagi Li Jiang Jun untuk meloloskan diri dari kepungan tersebut adalah sangat kecil, atau boleh dikatakan tidak ada. Akan tetapi, anehnya peristiwa tujuh belas tahun yang lalu tersebut berakhir begitu saja dan tidak jelas kabar beritanya. Bahkan para pelaku yang terlibat sepertinya bungkam jika diungkit-ungkit mengenai hal itu. Di luar mereka, tak seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, hanya saja kemudian setelah peristiwa tersebut di dunia persilatan tidak ada lagi terdapat seorang yang bernama Li Jiang Jun, alias si maling Tertawa Tiga Kali Mengagetkan Arwah, dia bagai lenyap ditelan bumi. Lenyapnya Li Jiang Jun dari dunia persilatan tersebut menjadi bahan pertanyaannya kaum persilatan saat itu baik dari golongan hitam maupun putih, karena mereka semua mafhum bahwa sebagai seorangnya yang berprofesi maling dengan reputasi tak pernah gagal, Li Jiang Jun diduga masih menyimpan dan menyembunyikan harta hasil rampokannya selama bertahun tahun yang sungguh tidak ternilai pada saat itu. Dengan menghilangnya Li Jiang Jun maka rahasia harta tersebut juga ikut menghilang dari dunia persilatan.



Rahasia peristiwa pada tujuh belas tahun yang lalu tersebut bahkan sedikit demi sedikit sudah mulai terlupakan dan bahkan sudah hanya menjadi dongeng saja bagi para insan dunia persilatan kala itu, sampai akhirnya tiba saat tujuh belas tahun kemudian setelah peristiwa tersebut.............................



Cerita Qi Xing Long Wang ini diawali tepat tujuh belas tahun kemudian setelah peristiwa pengeroyokan atas dirinya Li Jiang Jun. Kota Ji Nan yang selama ini tenang tanpa adanya kejadian yang berarti, tiba tiba saja mendadak digemparkan oleh ditemukannya mayat dari Sun Ji Cheng, seorang hartawan kaya-raya di kota tersebut, ikut ditemukan bersebelahan dengan mayat Sun Ji Cheng adalah Liu Jiu Niang yang menjabat sebagai kepala rumah tangganya, juga ikut tewas, Qiu Bu Dao, kepala pemgawalnya, di ruang rahasia di rumah pribadi dari hartawan tersebut..



Peristiwa tewasnya ke tiga orang tersebut kemudian berlanjut dengan beberapa kejadian beruntun yang serba mengejutkan di kota Ji Nan. Lima jagoan terpilih bawahan Qiu Bu Dao tidak lama kemudian terbunuh secara misterius pula, kejadian tersebut semakin berbuntut panjang dengan turut campur tangannya beberapa partai persilatan yang melibatkan diri dalam penyelidikan peristiwa tersebut, diantaranya ; Partai Panji Bunga, Partai Cakar Elang dan Partai Pengemis. Masing masing partai tersebut mengirimkan beberapa anggota terbaiknya ke kota Ji Nan demi untuk menyelidiki kasus tersebut dengan membawa motif dan agendanya sendiri sendiri.



Tak lama setelah kejadian pembunuhan di kota Ji Nan tersebut, tiba tiba di dunia persilatan muncul seorang pedagang kaya yang misterius dan ber-ilmu tinggi yang bernama Wu Tao, serta juga munculnya seorang pengemis cilik misterius bernama Yuan Bao yang ke mana-mana membawa mainan berbentuk bintang. Siapakah mereka ini? Siapa sebenarnya yang membunuh Sun Ji Cheng sekaligus dengan pengawalnya bertiga dalam waktu yang bersamaan dan mengapa mereka di bunuh? Apakah kaitan beberapa tokoh misterius ini, partai-partai besar dan kematian demi kematian yang terjadi serta hubungannya dengan kejadian tujuh belas tahun yang lalu itu?



Cerita yang diawali dengan peristiwa pembunuhan ini kemudian dengan cepat bergulir menjadi bola benang kusut dengan berbagai peristiwa dan pemunculan tokoh tokoh baru yang misterius yang seakan akan tidak ada hubungannya sama sekali dengan peristiwa di awal cerita, bola benang cerita kemudian menggelinding semakin kusut untuk kemudian sedikit demi sedikit bola benang kusut tersebut terurai dan mencapai klimaksnya penjelasan di akhir cerita.



Cerita silat (cersil) Raja Naga Tujuh Bintang adalah salah satu cersil terjemahan yang paling baru, hasil usaha See Yan Tjin Djin, yang merupakan juga anggota senior dari milis tjersil. Gaya pembukaan cerita di atas memang sudah menjadi ciri khasnya Gu Long. Pengarang yang nama aslinya Xiong Yaohua ini terkenal dengan gaya bertuturnya yang khas, berupa kisah cinta yang dibalut dengan thriller jurus-jurus tingkat tinggi, jalinan suspense intrik-intrik rimba persilatan yang berliku-liku, durasi cerita yang cepat (durasi cerita di cerita Raja Naga Tujuh Bintang ini hanya berlangsung enam hari lima malam saja), serta diselingi kejutan di sana-sini.



Di dalam cersil yang termasuk dalam karya penciptaan pada periode ketiga kehidupan riwayat penulisan Gu Long ini, ia sepertinya sudah mendapatkan jati dirinya sebagaimana pernah dituturkannya dalam salah satu bukunya yang lain, Tokoh Besar. Gu Long merasa tidak perlu menguraikan secara terinci lagi gerakan kaki dan tangan dalam melancarkan jurus-jurus silat. Pertarungan silat dalam ceritanya Gu Long selalu berlangsung singkat, sebat dan tidak bertele-tele. Jalan cerita lebih penting daripada pertarungannya. Walaupun hampir selalu diceritakan dengan singkat tapi para pembaca selalu mampu dibawanya tenggelam ke dalam khayalan untuk mereka reka sendiri adegan silat , adu cepat pedang dan pertarungan adu meringankan tubuh para jagoan dalam karya karyanya.

Benang merah dari cersil terjemahan Ynt ini pada dasarnya adalah sebuah kisah cinta segitiga antara tiga orang saudara seperguruan. Yang dinamakan cinta segitiga hampir tidak pernah membawa pahala dan kebahagian bagi mereka yang terlibat di dalamnya, malah yang terjadi adalah cinta yang membawa akibat-akibat tragis pada mereka yang terlibat yang bahkan terbawa ke dalam kehidupan selanjutnya, keturunannya maupun orang-orang yang berhubungan dengan mereka.



Dalam cerita ini Gu Long mencoba sekali lagi menjelaskan bahwa dalam kehidupan ini kadang kala dendam akibat asmara dan cinta, pengaruh akibatnya ternyata jauh lebih kejam dan jauh lebih bengis dibandingkan dengan dendam kematian orang tua sekalipun.



Dan siapakah yang salah dan siapa yang benar? Gu Long tidak menjawabnya. Fakta-fakta yang melatar belakangi cerita ini sengaja dibeberkan secara sepotong demi sepotong demi untuk mengurai keseluruhan cerita. Tema balas dendam dan perebutan harta juga tidak ketinggalan. Setting di tempat perjudian dan rumah bunga berjiwa pun tidak lupa, khas nya Gu Long. Ada kapal yang memiliki seribu kaki; juga teknik untuk mematikan 196 buah lampion dalam waktu yang bersamaan. Di tangan para sutradara film yang berpengalaman, cerita ini menjanjikan sebagai sebuah cerita yang sangat sinematik dan potensial untuk konsumsi hiburan.



Sang siau hiap khek yang dikisahkan serba pandai dalam cerita ini dijatuhkan begitu saja di dalam cerita, tanpa ada penjelasan mengenai riwayat dan asal-usulnya. Hal ini membuat pembaca menduga-duga bahwa cerita ini sebenarnya ada prequel atau malah sequelnya. Kemunculan tokoh baru yang misterius di saat cerita bahkan sudah mendekati tamat , semakin menguatkan dugaan tersebut, atau minimal bahwa cerita ini mempunyai kaitan dan sangkut pautnya dengan karya Gu Long yang lain.



Terkadang dibutuhkan juga cerita yang ringan, cukup singkat dan menghibur. Tidak ada musuh sejati, tidak ada orang yang “hitam sampai ke tulang-tulangnya” (ini berbeda dengan cersil-cersil yang menyuguhkan battle royale: pertarungan sang jagoan melawan penjahat tengik sebagai endingnya). Jagoan yang tampaknya serba pintar bak Chu Liu Xiang atau Lu Xiao Feng pun terkadang tampak konyol dan mengalami kekalahan atau tertipu oleh musuh karena salah tebak dan kalah lihay, yang dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa mereka adalah juga manusia biasa, bukan dewa ( Chu Liu Xiang dan Lu Xiao Feng adalah dua tokoh kenamaan di cersil karya Gu Long yang lainnya ).



Terlepas dari tata cara penulisan dan editingnya, buku ini adalah salah satu yang masuk kategori di atas. Kata pembukanya ditulis oleh Jin Yong, pengarang cersil kondang, yang juga adalah salah satu sahabat Gu Long.



Cersil adalah serupa nya makanan, ada yang harus kita makan secara perlahan dan di kunyah sedikit demi sedikit demi untuk menikmati kelezatannya, ada juga yang bisa kita langsung telan tanpa mengunyah, ada juga yang kita makan sedikit demi sedikit sampai berhari hari belum habis, tak lupa ada juga makanan yang busuk tidak layak di makan, tapi ada juga yang saking lezatnya kita tidak akan bisa berhenti mangunyah sampai ludas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar