Minggu, 14 Februari 2010

Pendekar Mata Keranjang

BAB 1

Tiga pembunuh

Jalan di pegunungan ini biasanya jarang ada orang yang lewat, apalagi saat dimusim dingin yang udaranya begitu dingin menusuk tulang, jarang sekali orang lewat di jalan itu. Bahkan dalam satu hari bisa tidak tampak seorang pun yang lewat di sana.

Karena jalan di pegunungan ini sangat panjang, mungkin panjangnya ada 60 kilometer lebih, ditambah di sepanjang jalan itu tidak ada desa atau pun toko. Tempat itu benar-benar terpencil.

Tapi jalan itu adalah satu-satunya jalan menuju Ling Hai Jun. Pemandangan di sana sangat indah, apalagi dekat puncak gunungnya. Melihat dari tempat tinggi tampak pemandangan gunung berwarna kehijauan di kejauhan. Batu gunung beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Membuat pemandangan di sana sangat indah dan menyenangkan. Jalan pegunungan ini, di sebelah kanannya ada sebuah jurang yang dalam. Di sisi tebing terjal terdapat batu-batuan berbentuk aneh. Ada yang berbentuk seperti bintang raksasa dari jaman purba seperti sedang melihat jalan pegunungan itu dengan wajah seram.

Sebenarnya di tebing terjal itu ada dua orang yang sedang bersembunyi di balik dua bongkah batu besar. Mereka dengan wajah seram mengawasi ke arah jalan pegunungan itu.

Wajah kedua orang itu ditutup dengan kain berwarna hitam dan mereka juga mengenakan baju berwarna hitam. Yang tidak sama hanya bentuk tubuh mereka. Yang satu tinggi sedangkan yang satu lagi sangat pendek.

Mengapa mereka bersembunyi di balik dinding tebing yang terjal ini?

Mereka pasti sedang menunggu seseorang!

Untuk apa mereka menunggu orang?

Jawabannya bisa ditemukan dari batu tempat mereka bersembunyi..

Kedua batu besar itu bentuknya bulat seperti bakpao, masing-masing batu itu beratnya kurang lebih 500 kilogram. Di bawah batu ada sebuah kayu dengan diameter sebesar mangkuk dan menancap di dalam tanah. Jika Kayu itu diangkat ke atas maka kedua batu besar itu akan menggelinding ke bawah.

Sekarang hari sudah siang dan waktu telah menunjukkan pukul 12. Tapi langit tampak mendung, tidak ada sinar matahari, udara sangat dingin hingga menusuk tulang.

”Kurang ajar, mengapa mereka belum datang juga?” kata yang pendek tampak sudah tidak sabar.

”Jangan terburu-buru, mereka pasti akan lewat sini,” kata yang tinggi menjawab dengan percaya diri, sepasang matanya tampak berkilau, terus menatap jalan pegunungan itu.

Dari atas tebing yang terjal melihat jalan pegunungan yang berliku-liku, tampak seperti alis seorang perempuan, panjangnya ada 6 meter lebih.

Orang yang pendek mengangkat bahu dan mengeluarkan tawa yang tidak enak didengar, ”Putrinya sangat cantik...”

Orang yang tinggi dengan serius berkata, ”Jangan berpikiran yang tidak-tidak!”

Kata yang pendek, ”Maksudku adalah kalau ada gadis begitu cantik harus mati sungguh sangat disayangkan!”

Orang yang tinggi berkata, ”Itu bukan urusan kita!”

Tiba-tiba orang yang pendek dengan nada senang berbisik, ”Dengar! Mereka sudah datang!”

”Benar, itu suara kereta kuda!”

Suara kereta semakin mendekat.

Tidak lama kemudian di jalan pegunungan sebelah kiri muncul sebuah kereta kuda.

Kereta itu sangat mewah, pasti kereta kuda milik pribadi. Kusirnya seorang laki-laki gemuk, dia terus mengayunkan pecutnya.

”Siap!”

Dengan kedua tangan mereka mengangkat kayu yang sudah disiapkan di bawah batu besar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar