Pengarang : Wei Li
disadur oleh : Liang YS
Dulu : Tugas Rahasia, saduran : Gan KH
BAB 1
Menjebak harimau dan meruntuhkan wibawa naga
Awan hitam memenuhi langit, hari terlihat gelap, dalam cuaca gelap tampak Kim-houw-po (Benteng Harimau Emas) dibangun dengan batu ber warna abu. Kim-houw-po terlihat semakin seram dan misterius. Tidak terlihat ada kehidupan. Kim-houw-po dibangun di sebuah gunung, dikelilingi oleh pagar-pagar batu setinggi 6-7 depa, dalam jarak 5-6 Li tidak ada seorang pun yang bisa melihat keadaan di dalam Kim-houw-po, kecuali kalau dia seekor burung yang bisa terbang. Sebenarnya di atas Kim-houw-po burung pun tidak terlihat, sebab di sana tidak ada sebatang pohon pun, hanya tanah yang sedikit rata dan tidak ada tumbuhan, karena itu burung-burung tidak punya tempat untuk hinggap, otomatis tidak akan berkumpul di daerah sana.
Kim-houw-po seperti siluman berwarna abu yang sedang berjongkok di atas gunung, kecuali warna abu masih ada pintu utama di pagar-pagar yang tinggi itu. Pintu dibagi kiri dan kanan, di atas pintu ada 2 kepala harimau terbuat dari emas murni, menempel di atas pintu, 2 gelang terbuat dari emas terletak di mulut harimau, kedua ring itu mempunyai diameter 1 kaki, kasar seperti tangan seorang anak, setiap gelang beratnya tidak kurang dari 50 kati. Ada yang menaksir berat sepasang kepala harimau itu 1.500 kati emas murni.
Sering sekali terjadi pertumpahan darah di dunia persilatan hanya karena beberapa puluh tail emas, sekarang ribuan emas ada di luar pintu dan sudah beberapa tahun dibiarkan begitu saja. Orang-orang yang lewat dari jauh bisa melihat sepasang kepala harimau dengan 2 gelang emas itu. Walaupun orang itu dari golongan hitam yang sangat tamak, tidak pernah ada yang berani menyenggolnya.
Kim-houw-po boleh dikatakan tempat paling serius di dunia persilatan. Penjahat-penjahat yang akan ditangkap oleh pemerintah, jika sudah tidak ada jalan lari, akhirnya akan berjalan ke arah Kim-houw-po.
Orang-orang yang keluarganya dibunuh oleh musuh jika tidak mampu membalas dendam, akhirnya akan berjalan ke Kim-houw-po juga.
Orang-orang yang tergila-gila pada ilmu silat setelah berkelana mencari ilmu tapi tidak mendapatkan ilmu yang mereka inginkan juga akan berjalan menuju Kim-houw-po. Orang-orang dunia persilatan jika sudah merasa putus asa juga akan berjalan menuju Kim-houw-po, sebenarnya di dalam Kim-houw-po ada apa. Tidak ada seorang pun yang bisa memberitahu, sebab tidak ada seorang pun yang setelah masuk Kim-houw-po akan muncul lagi di dunia persilatan.
Mungkin mereka hidup bahagia di Kim-houw-po atau mereka sudah mati, atau… tidak ada seorang pun yang tahu, tapi orang dunia persilatan tetap tidak ada yang berubah, jika merasa kecewa dan tidak ada jalan lain lagi yang mereka pikirkan adalah berjalan menuju Kim-houw-po.
Tiong Tai-pek sudah 3 hari 3 malam ber-sembunyi sekitar ½ Li dari Kim-houw-po, dia ber-sembunyi seperti seekor kelinci liar, menggali lubang dan tenggelam di dalam lubang itu.
Tengkurap di lubang bukan hal yang nyaman, tapi Tiong Tai-pek tetap bertahan, selama 3 hari 3 malam ini dia tidak bisa tidur, semua waktu digunakan untuk melihat keadaan Kim-houw-po, sayang selama 3 hari 3 malam ini pintu Kim-houw-po sama sekali tidak terbuka.
Di bawah Kim-houw-po ada 2 baris rumah terbuat dari batu. Di sana terlihat ada yang memelihara kuda juga banyak yang tinggal di sana. Jika angin berhembus Tiong Tai-pek tidak hanya bisa mendengar suara kuda meringkik, masih bisa mendengar suara tawa, dia juga bisa melihat orang-orang itu, kepala mereka dibungkus dengan kain hitam, sewaktu mereka menunggang kuda di tanah yang luas, pasir-pasir sering terbawa angin hingga ke atas. Mereka semua seperti nyamuk, melihat orang-orang dengan rambut diikat, menarik kereta membawa bungkusan sampai di bawah dinding yang tinggi, kemudian mereka menarik dengan tali untuk memasukan barang-barang itu.
Tiong Tai-pek tidak melihat ada seorang pun di Kim-houw-po. Tiong Tai-pek benar-benar ingin tahu keadaan di dalam Kim-houw-po, tapi sayang dia bukan burung, tidak bisa terbang untuk melihat keadaan di dalam. Sampai hari ke-4 pagi, Tiong Tai-pek baru keluar dari lubang itu, dia seorang pemuda yang sangat kurus, bajunya yang sudah sobek tidak bisa menutupi dadanya, di kulit dadanya terlihat ada 2 tato dengan gambar seekor kupu-kupu besar yang sedang terbang. Sampai-sampai corak di sayapnya pun tertato dengan jelas dan tampak hidup. Walaupun dia sangat kurus, tapi dari wajahnya terlihat dia seorang dengan sifat sangat keras, sepertinya di dunia ini tidak ada kekuatan yang bisa menghalanginya melakukan apa pun jika dia sudah bertekad melakukannya.
Setelah berdiri dia menepuk-nepuk debu dan tanah yang menempel di bajunya, kemudian dengan langkah besar berjalan keluar.
Hari itu matahari bersinar sangat terang, semakin dia berjalan 2 kepala harimau beserta gelang-nya terlihat semakin berkilau. Dengan cepat dia sudah tiba di depan 2 baris rumah itu, dia melihat keadaan di sana sebentar.
Orang yang ada di rumah batu itu sangat banyak, mereka terlihat sibuk. Ada yang sedang ber-latih silat ada yang sedang memasang kuda di kereta, begitu melihat orang yang sedang berlatih silat, di wajahnya segera muncul tawa kecut.
Orang-orang itu semua berpenampilan sama. Ikat kepala hitam di wajah mereka tidak ada yang istimewa, tapi Tiong Tai-pek bisa melihat mereka adalah pesilat tangguh dengan dasar silat yang sangat kuat.
Tiong Tai-pek berhenti sebentar di sana tapi tidak ada seorang pun yang menyapanya, maka dia pun melanjutkan langkahnya. Setelah melewati 2 baris rumah itu dia tiba di sebuah jalan menuju atas gunung tapi tetap tidak ada seorang pun yang menyapa atau menghalanginya.
Tiong Tai-pek terus berjalan dan sampai di depan pintu utama Kim-houw-po.
Tiong Tai-pek menghembuskan nafas lalu mencengkeram gelang sebelah kiri, gelang itu sangat berat, baru dipegang dan belum sempat diketukkan ke pintu, terdengar ada suara tua yang berkata:
”Tunggu!”
Suara itu seperti guntur keluar dari sela-sela pintu, suara itu menggetarkan Tiong Tai-pek, dia menegakkan tubuhnya. Sebenarnya dia sudah ratusan hingga ribuan kali berpikir dalam hati, maka dia segera berkata:
”Aku adalah Tiong Tai-pek, ingin meminta perlindungan dari Kim-houw-po, harap bisa menerima-ku, seumur hidup akan kuberikan nyawaku kepada ketua Kim-houw-po.”
Sewaktu mengatakan kalimat tadi jantungnya berdebar-debar, tapi dia berusaha tetap tenang.
Dia tahu bagi Kim-houw-po jika ada yang datang meminta ditampung di sana, itu bukan hal aneh. Dan di Kim-houw-po seperti ada sebuah peraturan, jika ada yang datang minta ditampung, mereka tidak pernah ditanya apa tujuan dan identitas orang yang datang. 7-8 tahun yang lalu di See-san ada 6 iblis sangat jahat dan sadis, karena terlalu banyak kejahatan yang telah mereka lakukan, orang dunia persilatan jadi sangat marah, maka semua perkumpulan bergabung ingin memberantas mereka. Setelah diadakan rapat di Song-san semua orang persilatan mencari tahu tempat persembunyian para iblis itu dan membunuh 4 iblis dari 6 iblis itu, sisa 2 iblis katanya masuk Kim-houw-po untuk minta perlindungan.
Tiong Tai-pek tahu orang-orang Kim-houw-po tidak akan menanyakan identitas dan tujuannya datang kemari. Tapi dia tahu kalau dia datang ke sini karena mempunyai tujuan tertentu.
Mungkin sejak Kim-houw-bun di bangun di atas tanah liar ini, tidak ada seorang pun yang punya tujuan seperti dia ke Kim-houw-po. Tiong Tai-pek berani melakukan hal yang orang lain tidak berani melakukannya. Itu sudah bisa dipastikan kalau dia bukan penakut, tapi begitu ingat kemisteriusan Kim-houw-po dan mitos-mitos Kim-houw-po, jantungnya tetap berdebar-debar.
Setelah dia mengatakan beberapa kalimat tadi suara tua itu terdengar lagi dari balik pintu, setiap perkataannya mengandung kekuatan sangat besar, menggetarkan gendang telinga Tiong Tai-pek, mem-buat telinganya terus berdenging. Kata-katanya adalah:
”Kim-houw-po tidak pernah menolak yang datang, tapi apakah kau tahu begitu gelang emas yang ada di kepala Kim-houw berbunyi dan pintu sudah terbuka, kau harus masuk setelah masuk kecuali diijinkan oleh Po-cu, seumur hidup kau tidak akan diijinkan keluar dari pintu itu.”
Tangan Tiong Tai-pek dengan kuat tetap men-cengkeram gelang itu, telapak tangannya sudah menge-luarkan keringat, dia sadar jika dia mundur sekarang dia masih sempat.
Tapi dia malah menjawab:
”Aku tahu!”
“Baiklah! Ketuklah pintu ini!”
Tiong Tai-pek menarik nafas dalam-dalam, dia mengetuk pintu itu dengan gelang emas yang ada di kepala harimau, terdengar suara tidak begitu nyaring, kemudian pintu besi yang tadinya tertutup segera bergeser ke samping, celah yang terlihat setelah pintu bergeser tidak begitu lebar hanya tergeser 3-4 inchi hanya muat untuk satu orang duduk dengan posisi miring.
Tiong Tai-pek tidak ragu-ragu lagi, sewaktu dia tengkurap selama 3 hari 3 malam di dalam lubang itu, dia sudah memikirkan hal ini ratusan kali, maka sekarang dia tidak ragu lagi, dengan posisi miring dia masuk ke dalam pintu itu.
Baru saja Tiong Tai-pek masuk, 2 pintu besi itu segera tertutup kembali. Saat Tiong Tai-pek meng-angkat kepalanya, di depannya ada sebuah lorong panjang, kedua sisinya adalah dinding tinggi. Di depan sekitar 7-8 kaki ada bayangan seseorang yang bungkuk tampak sedang menunggunya, pelan-pelan berjalan menghampiri Tiong Tai-pek.
Akhirnya Tiong Tai-pek masuk Kim-houw-po yang misterius.
Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, orang yang ada di depannya segera berkata:
”Ikuti aku!”
Suara itu adalah suara yang tadi didengar oleh Tiong Tai-pek sebelum dia masuk, hanya saja di lorong yang sempit suara itu terdengar membuat perasaannya tidak nyaman.
Tiong Tai-pek tergesa-gesa mengikutinya, dia tahu tenaga dalam pak tua itu sangat tinggi, berarti dia orang yang sangat terkenal di dunia persilatan.
Dia bisa berada di Kim-houw-po, apa jabatan-nya? Sambil berpikir Tiong Tai-pek melangkah ke depan. Pak tua yang berjalan di depan terlihat berjalan sangat lamban, tapi walaupun Tiong Tai-pek terus menambah kecepatannya tetap tidak sanggup mengejar nya. Tidak lama kemudian sesudah keluar dari lorong sempit itu di paling ujung lorong ada sebuah kamar sangat indah, terdengar tawa beberapa orang wanita, sepertinya mereka sedang bercanda, begitu mendengar suara itu hatinya menjadi lega.
Pak tua itu berhenti tapi begitu dia berhenti, dia tetap tidak memperlihatkan wajahnya kepada Tiong Tai-pek, hanya saat dia membalikkan tubuh dengan cepat Tiong Tai-pek bisa melihat di pipi kirinya ada tanda merah berbentuk hati.
Dalam hati Tiong Tai-pek segera terpikir pada seseorang, mulutnya menganga, keringat terus menetes. tapi pak tua itu sudah berkata:
”Masuklah!”
Sebelumnya perasaam Tiong Tai-pek sudah kacau setelah dibentak oleh pak tua itu, hatinya men-jadi kosong. Tanpa ditahan-tahan lagi dia segera mendorong pintu dan masuk ke kamar itu.
Bagi seseorang yang sudah 3 hari 3 malam tengkurap di dalam lubang, kamar itu menjadi tempat yang menyenangkan.
Begitu masuk sudah tercium bau harum yang ringan yang membuat perasaan menjadi sejuk, begitu dia mengangkat kepala semua dekorasi terlihat begitu bagus tapi tidak ada artinya lagi, karena di sebuah meja bundar yang terbuat dari kayu wangi, duduk seorang perempuan sangat cantik. Rambutnya digelung ke atas, mata indahnya terus melihat ke arahnya, bajunya yang mewah terlihat memukau, sambil tersenyum ringan dia berkata:
”Silakan duduk!”
Dua patah kata ini seperti mengandung kekuat-an besar, membuat Tiong Tai-pek tidak bisa menolak dan duduk di depan meja bundar.
Perempuan cantik itu menatap Tiong Tai-pek dengan sepasang matanya yang indah, Tiong Tai-pek tidak berani mengangkat kepalanya. Dia terus menun-dukkan kepala melihat sepasang tangan si cantik.
Waktu itu jantung Tiong Tai-pek berdebar terus dengan kencang.
Demi tujuan rahasianya dia masuk ke Kim-houw-po, sebelumnya dia sudah memalsukan nama dan marganya masuk kota di Soa-tang, dia masuk perkumpulan ‘72 Pian-tai-seng-bun’ (Perkumpulan 72 perubahan) di 72 Pian-tai seng-bun tidak ada ilmu istimewa, yang paling mereka andalkan hanya keterampilan mengubah wajah, yang mereka lakukan adalah mencuri, menipu, serta kejahatan lainnya. Di perkumpulan ini Tiong Tai-pek bertahan selama 1 tahun, sewaktu dia meninggalkan perkumpulan ini, dia menganggap keterampilan menyamarnya bisa dikata-kan terbaik di dunia waktu itu.
Sekarang dia melihat sepasang tangan si cantik begitu putih dan lembut, jarinya pun bersih. Siapapun yang melihat sepasang tangan itu akan berpikir yang bukan-bukan.
Tapi buat Tiong Tai-pek, sekali melihat dia tahu semua itu adalah palsu. Sebenarnya tangan itu mungkin kurus kering, atau kecil seperti cakar burung, itulah teknik tata rias, teknik seperti ini berada di atas kepandaian 72 Pian-tai-seng-bun.
Yang membuatnya khawatir adalah jika lawan-nya tahu siapa sebenarnya dia, berarti lawan tahu apa tujuannya datang.
Karena itu dia merasa punggungnya seperti ada ribuan ulat yang sedang merayap, itulah keringat dinginnya.
Suara si cantik terdengar lembut:
”Angkatlah kepalamu!”
Tiong Tai-pek tidak tahan dan mengangkat kepalanya, melihat perempuan cantik ini, tapi jantung nya semakin berdebar. Waktu dia berada di 72 Pian-tai-seng-bun, ketua Tai-seng-bun sangat percaya kepada-nya, dan pernah memberitahu kepada dia, di dunia ini perkumpulan yang paling menguasai keterampilan rias adalah “Po-si-ca-ni-pai” (Perkumpulan wanita cantik dari negri Po-si)
Tapi orang-orang Ca-ni-pai, tidak pernah ke Tionggoan. Di dalam Ca-ni-pai semua adalah nenek-nenek berumur 60 tahun ke atas, tapi mereka sanggup merias diri mereka seperti seorang gadis berusia 17-18 tahun, jarang ada yang bisa mengetahuinya. Ilmu lain yang dikuasai Ca-ni-pai adalah ‘Ca-ni-bi-hun’ (Ilmu hipnotis perempuan cantik) ilmu ini akan membuat orang mengatakan semua rahasia yang tersimpan di hati mereka.
Tiong Tai-pek sudah bisa memastikan kalau si cantik yang ada di depannya berwajah palsu, jika meng gunakan obat khusus untuk membersihkan wajahnya, akan muncul wajah aslinya dan dia pasti nenek-nenek yang sudah sangat tua.
Tiong Tai-pek juga tahu menurut omongan dunia persilatan, orang yang masuk ke Kim-houw-po tidak akan pernah ditanya identitas atau tujuan mereka datang ke sana, ternyata semua itu tidak benar sebab mereka punya cara tersendiri untuk membuat orang yang datang dengan suka rela memberitahukan semua hal tentang mereka.
Pelan-pelan Tiong Tai-pek menghembuskan nafas, hatinya benar-benar kacau tapi dia tahu jika ingin menahan jurus Ca-ni-bi-hun-hoat, harus dengan hati yang tenang, maka dia pelan-pelan mengatur nafas, kedua tangannya terkepal, jari tengah menahan nadi di telapak tangannya sendiri.
Si cantik tertawa merdu dan bertanya:
”Siapa namamu? Mengapa datang kemari?”
“Namaku…” Tiong Tai-pek menjawab.
Dia hampir memberitahu nama dan marga aslinya. Sebab suara si cantik benar-benar merdu dan menarik hati, sampai-sampai tidak ada yang meragu-kan kalau dia sedang berbohong, tapi selama 1 tahun Tiong Tai-pek berada di 72 Pian-tai-seng-bun dan itu tidak sia-sia. Dia segera menjawab:
”Namaku Tiong Tai-pek, karena dikejar-kejar musuh aku datang kemari untuk minta perlindungan dari Kim-houw-po!”
Si cantik terlihat puas mendengar jawaban Tiong Tai-pek, dia tertawa dan berdiri:
”Sekarang kau sudah berada di Kim-houw-po, kau bisa hidup dengan tenang! Tapi kau harus ingat, di Kim-houw-po kau akan bertemu dengan banyak orang, kau jangan menanyakan identitas orang lain, lebih bagus lagi tidak mengobrol dengan mereka, hidup di sini sangat tenang seperti di surga, walaupun ilmu silatmu sangat tinggi, di sini tidak boleh dikeluarkan, yang penting sesudah masuk Kim-houw-po jangan harap bisa keluar lagi!”
Tiong Tai-pek ikut berdiri menjawab hormat:
”Aku tahu!”
”Baiklah, carilah tempat untuk tinggal, pasti akan ada yang melayanimu, jangan lupa dengan kata-kataku tadi!”
Si cantik membalikkan tubuh dan angin yang membawa bau wangi segera tercium, kemudian dia berjalan keluar kamar. Sewaktu si cantik berjalan keluar Tiong Tai-pek sungguh ingin menotok nadi kematian yang ada di punggungnya.
Tapi dia menahan diri, dia baru tiba di sini, belum tahu situasinya jadi dia tidak boleh bertindak ceroboh.
Setelah si cantik keluar dari kamar itu, pelan-pelan dia pun ikut keluar, di luar ada sebuah kebun yang luas. Sewaktu dia belum masuk Kim-houw-po, tidak terbayang tempat yang begitu misterius dan begitu seram ini mempunyai kebun begitu indah! Rumput yang hijau seperti selimut lembut, di sana sini bermekaran bunga yang indah, tadi si cantik mengata-kan bahwa Kim-houw-po adalah surga dunia, ternyata tidak salah.
Di tengah-tengah kebun bunga ada danau besar dengan air sangat jernih, ada pohon teratai tumbuh di atasnya. Bunga teratai yang mekar ditambah dengan rumah pondok yang indah, benar-benar membuat siapa pun merasa lega.
Di kebun sana banyak orang tapi mereka hanya melakukan pekerjaan mereka sendiri, sama sekali tidak mengeluarkan suara. Seorang pak tua sedang meniup seruling, jarinya bergerak sangat lincah tapi tidak ada suara yang keluar dari seruling itu.
Banyak orang sedang berjalan-jalan dengan santai tapi sikap mereka terlihat sangat aneh, seperti-nya di kebun ini hanya ada dia sendiri, walapun ada orang yang mendekat dia seperti tidak merasakannya, saat hampir beradu mereka baru menghindar, terlihat mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Sebelum Tiong Tai-pek tiba di Kim-houw-po dia sudah membayangkan keadaan di sana, tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau di Kim-houw-po keadaannya akan seperti ini! Dia berjalan pelan di bawah sebuah gunung buatan, ada beberapa pak tua berjenggot putih sedang bermain catur, tapi mereka tidak sedang bermain dengan lawan melainkan ber-main sendiri. Biji catur itu ada yang terbuat dari emas, perak atau giok. Saat Tiong Tai-pek berdiri di belakang seorang pak tua, dia sama sekali tidak melihatnya.
Di sisi danau banyak orang yang sedang memancing, Tiong Tai-pek melihat salah satu laki-laki dengan pancingan sepanjang 6-7 depa, pancingan kasar sebesar tangan, mungkin pancingan itu beratnya ratusan kati, tapi laki-laki itu tidak terlihat berat memegang nya, melihat laki-laki itu hati Tiong Tai-pek bergetar lagi, mungkin orang lain akan bertanya-tanya siapa dia, tapi dia tahu dialah Suto Houw yang telah membunuh keluarga gurunya berjumlah 47 orang. Dia juga di-anggap sebagai pengkhianat perkumpulan dan di-anggap musuh oleh orang dunia persilatan. Dia pernah dikepung dan diserang oleh beberapa pesilat tangguh, akhirnya terluka dan kabur. Senjata yang dipakainya adalah pancingan yang dia pegang sekarang ini! Orang yang sangat jahat itu berada di sini sekarang, dia sedang duduk di tepi danau. Seperti tidak ada orang lain di sekelilingnya.
Tiong Tai-pek masih terus berjalan, terlihat ada seorang pemuda menghampirinya dan bertanya:
”Apakah pendatang baru? Harap ikuti aku!”
Mendengar ada yang bicara kepadanya, Tiong Tai-pek merasa aneh, dengan cepat dia menjawab:
”Benar!”
Pemuda itu tidak banyak bicara, dia segera membalikkan tubuh dan berjalan, tidak lama kemudian mereka melewati taman masuk ke sebuah gedung sangat indah, sepanjang jalan mereka bertemu dengan banyak orang, tapi sikap semua orang di sini sama, seperti di Kim-houw-po, merasa hanya ada diri mereka sendiri.
Pemuda itu membawa Tiong Tai-pek melewati teras panjang, lalu mendorong sebuah pintu tanyanya:
”Bagaimana dengan kamar ini?”
Tiong Tai-pek mengangguk:
”Baik, Adik, apakah semua orang yang ada di sini tidak berbicara satu dengan yang lain?”
Pemuda itu balik bertanya:
”Apakah sewaktu Anda datang kemari Nona Ho tidak berpesan?”
Setelah itu dia segera membalikkan tubuh dan pergi. Tiong Tai-pek melihat di sekeliling sana tidak ada seorang pun, dia segera mencengkeram pundak pemuda itu. Cengkeramannya dilakukan dengan sangat cepat tapi pemuda itu hanya sedikit memiring-kan pundaknya, seperti tidak sengaja melakukan gerakan ini tapi dengan tepat bisa melepaskan diri dari cengkeraman Tiong Tai-pek.
Tiong Tai-pek benar-benar terkejut, pemuda itu sudah meloncat keluar dari kamar sejauh 1 tombak.
Tiong Tai-pek berdiri di depan pintu melihat pemuda itu berlari dengan cepat keluar dari teras.
Pelan-pelan dia menghembuskan nafas, terlihat seorang laki-laki setengah baya berjalan ke arahnya. Di pinggangnya terselip sebuah golok.
Saat laki-laki itu lewat di sisi Tiong Tai-pek seperti semua orang yang ada di sana, dia tidak melihat Tiong Tai-pek, tapi begitu melihat golok di pinggang orang itu dia malah berteriak dengan terkejut:
”Jit-seng-to!” (Golok bintang tujuh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar