Minggu, 14 Februari 2010

Sepasang Pedang Naga

BAB 1

Orang jahat berniat jahat
Pedang tajam mematahkan golok baja

Kabupaten Yuan Wu ada di Pripinsi He Nan. Seratus tahun yang lalu (jaman Dinasti Qing) pada suatu pagi yang dingin dan hujan. Angin membawa air hujan yang terus berjatuhan. Air hujan membasahi baju, dan baju itu mengeluarkan suara. Suara itu seperti sangat berat karena di dalam air mengandung banyak pasir.
Pada waktu itu ada seseorang sedang menunggang kuda coklat sampai di sisi sungai. Dia memberhentikan kudanya dan melihat ke kiri dan kanan, seperti ingin mencari perahu untuk menyebrang. Tapi yang dia lihat hanyalah air sungai yang kotor, tidak ada sebuah perahu yang melintas di sungai itu. Orang ini menarik nafas, terpaksa dia membalikkan kuda itu dan berencana akan pergi ke kota kecil yang tidak jauh dari situ. Kuda berjalan menginjak tanah yang basah pergi ke arah timur. Tiba-tiba dia melihat ke depan ada seseorang menunggang kuda hitam sedang menuju kepadanya. Karena ada kabut dia tidak bisa melihat orang itu dengan jelas, tapi dia segera terkejut dan turun dari kuda. Tangan kanan yang besar segera memegang pegangan goloknya, setiap saat dia siap mengeluarkan goloknya. Kuda yang hitam sudah mendekat, dia membuka mata lebar-lebar melihatnya.
Yang menunggang kuda hitam itu adalah orang yang kira-kira berumur 40 tahun dan berkumis, memakai topi dan jas hujan berwarna hijau. Dia baru menurunkan tangan dari pegangan pisau. Hatipun agak tenang, orang yang menunggang kuda itu bertanya kepadanya, “apakah sebelah sana ada perahu untuk menyebrang?”
Dia menjawab, “tidak ada! hari hujan dan dingin, orang-orang yang mendayung perahu juga malas untuk keluar!” orang yang menunggang kuda hitam itu tertawa dan berkata, “terpaksa harus berisitirahat sehari lagi di sini!” dia juga segera membalikkan kuda dan berjalan.
Orang ini juga kembali naik ke kuda coklatnya. Dia juga memperhatikan orang itu tidak membawa perlengkapan baju dan lain-lainnya. Dia hanya membawa sebuah pedang, sarung pedangnya juga sudah berkarat.
Dalam hati dia menebak, “dari mana datangnya orang ini? Apakah dia adalah seorang pengawal barang ( Piausu ) atau guru silat ( Kausu)? Kalau bukan tentu dia adalah orang yang berkelana di dunia persilatan untuk mencari makan yang tidak jujur.”
Hatinya masih menerka-nerka, tapi dia juga mengikuti orang ini berjalan. 2 ekor kuda berjalan di bawah hujan kearah timur. Mereka sudah saling mengetahui masing-masing adalah orang yang sering berkelana di dunia persilatan, kemudian mereka mengobrol dan saling bertanya nama.
Kata orang berkuda hitam itu, “aku bermarga Chen, namaku Bo Yu, rumahku ada di kabupaten Xin Cai. Kali ini baru pulang dari Bao Ding kemarin baru menengok teman. sampai ke sini karena hujan aku tidak jadi pergi. Tidak disangka hari begini masih hujan dan tetap tidak ada perahu untuk menyebrang, terpaksa lihat setengah hari lagi. Kawan, kau datang dari mana? Marga apa? Berdagang apa? Apakah kau adalah seorang pengawal( Piausu )?”
Orang yang naik kuda coklat merasa aneh tapi juga senang. Dalam hati berpikir, “di dunia persilatan semua orang mengenal nama Chen Bo Yu. Dia adalah guru silat terkenal di He Nan. Aku belum pernah bertemu dengannya, tidak disangka aku bertemu dengan dia di sini. Segera dia berkata, “kakak Chen, namamu sudah lama aku dengar, hari ini bisa bertemu denganmu benar-benar sangat beruntung. Aku bernama Zhang Yan Feng, dijuluki Bao Dao Zhang San (si Golok Pusaka Zhang San ). Aku bekerja di kantor Biao Da Bei Jing. “ kemudian dia melihat wajah guru silat itu.
Chen Bo Yu berpikir lama, tetap dia tidak terpikir siapa dirinya. Terpaksa dia berkata, “ternyata adalah orang kantor Biao Bei Jing. Apakah rumahmu berada di Xin Yang Zhou?”
Begitu didengar oleh Bao Dao Zhang San segera dia menjadi lesu. Dalam hati dia berpikir, “ternyata dia sama sekali tidak kenal namaku, tapi masih lumayan juga dia bisa mendengar logatku.”
Kemudian dia mengangguk dan berkata, “betul, rumahku di Xin Yang Zhou. Aku sudah 2 tahun lebih tidak pulang, kali ini aku diberi ijin pulang satu bulan untuk berkumpul dengan keluarga pada hari Tiong Qiu (tahun baru).”
Mereka berdua sampai di kota itu dan menginap di satu penginapan. Chen Bo Yu di sebelah utara, Bao Dao Zhang San di sebelah barat. Begitu masuk ke kamar, segera Bao Dao Zhang San mengeluarkan golok dan menaruh di sisinya. Dia selalu siap siaga. Pelayan penginapan itu menanyakan apakah ingin memesan sayur atau arak, dia hanya melambaikan tangan. Hati dia agak tegang dan was-was karena dia membawa uang gaji 2 tahun lebih yang dia peroleh dari Bei Jing. Dia ingin pulang berlibur dengan istri dan anaknya. Tapi di jalan dia telah membuat kesalahan.
Sebenarnya Bao Dao Zhang San adalah pesilat tulen, biasanya tidak suka perempuan. Waktu itu dia bertemu teman baiknya, Er Hu dan mereka minum. Kemudian mereka ke kampung Lu untuk menonton sandiwara. Waktu itu di atas panggung ada seorang perempuan cantik atau jelek dia sendiri juga tidak tahu, hanya tahu perempuan itu memakai sepatu sulam merah. Kemudian Bao Dao Zhang San memegang sepatu itu. Dan bencana datang dari sana.
Ternyata perempuan itu adalah istri pertama Lu Yin Song. Tuan Lu bekerja di Zhang De Fu. Waktu itu yang menonton masih banyak saudara-saudara mereka, begitu melihat Bao Dao Zhang San menggodanya, Lu Yin Song segera menyuruh mereka memukul dia. Untung Bao Dao Zhang San membawa golok itu, baru dia bisa kabur. Waktu itu dia belum tahu lihainya Lu Yin Song. Dengan tenang dia berjalan ke He Nan, tapi sudah ada orang yang memberi kabar kepada Lu Yin Song.
Begitu Zhang San sampai Chang De Fu, segera dicegat oleh Lu Yin Song dan mereka bertarung. Hanya 10 jurus lebih dia sudah kalah dari tongkat besi Lu Yin Song. Segera dia kabur, dia tahu Lu Yin Song pasti akan mengejar dia, tapi sampai sekarang dia tidak bisa menyebrang sungai, jika Lu Yin Song mengejar dia pasti terluka atau mati.
Tiba-tiba dia teringat Chen Bo Yu yang baru dia kenal, mungkin Chen Bo Yu ilmu silatnya lebih tinggi daripada Lu Yin Song. Dia berpikir jika ada orang mau membunuhnya, dan dia mengetahui pasti dia tidak akan berpangku tangan, maka segera dia keluar dari kamar menemui Chen Bo Yu.
Hujan belum berhenti, Chen Bo Yu sedang menggosok gagang pedangnya. Melihat Zhang San datang segera dia berkata, “silakan duduk!” Zhang San memperhatikan pedangnya. Pedang sepertinya sudah berkarat tapi sangat tajam. Zhang San berkata, “kakak Chen pedang ini tampaknya sudah lama tidak dipakai, seharusnya digosok.”
Kata Chen Bo Yu, “pedang ini adalah pedang pusaka. Dia bisa memotong paku dan besi. Pedang ini ada satu pasang. Biasa sepasang pedang terdiri dari jantan dan betina, tapi pedang ini adalah kakak dan adik. Yang satu namanya ‘Cang Long Teng Yu’, yang satu lagi ‘Bai Long Yin Feng’. (Naga Hijau berlari seperti hujan) (Naga Putih bersuara seperti angin). Cang adalah kakak laki-laki, Bai adalah adik laki-laki. Pedang yang aku punya adalah Cang Long Teng Yu. Pedang ini sudah ikut aku selama 15 tahun. Sambil memegang pedang dia melihat Zhang San, sikapnya sangat membanggakan tapi Zhang San tidak melihat di mana kehebatan pedangnya. Kemudian Chen Bo Yu berkata, “adik, kau dijuluki pusaka golok Zhang San, kau pasti mempunyai sebuah golok pusaka.”
Wajah Zhang San memerah dan berkata, “ini hanya julukan, golokku memang lumayan bagus tapi tidak bisa mengiris besi dan tembaga.”
“Mari aku lihat.”
Zhang San kembali ke kamar mengambil goloknya. Dalam hati dia berpikir, “golokku pasti lebih bagus daripada pedang Cang Long Jian.”
Kemudian dia menyerahkan kepada Chen Bo Yu dan berkata, “karena di Shan Dong aku pernah menolong temanku, dia menghabiskan 180 tail perak untuk membuatkan golok ini untukku. Dengan golok ini aku pernah melawan perampok 30 orang lebih dan juga melewati Zhang Jia Gou seorang diri. Kemarin di Zhang De Fu…” dia malu meneruskannya karena kemarin dia dipukul oleh Lu Yin Song dengan tongkat besi. Jika tangannya tidak cepat, dia sudah mati.
Tapi Chen Bo Yu tidak ingin mendengar cerita yang dibanggakan Zhang San. Dia melihat dan memegang golok
Zhang San dan bertanya, “apakah boleh dicoba? Golokmu lumayan bagus, mari kita coba adukan senjata kita.”
Zhang San ragu, dia pikir, “kalau betul pedang dia adalah pedang pusaka, bukankah golokku akan putus dan aku akan lebih celaka lagi!”
Dia ingin menggelengkan kepala, Chen Bo Yu sudah mengayunkan pedang dia. Terdengar suara senjata yang potong. Golok Zhang San sudah putus menjadi dua. Chen Bo Yu sangat senang dan tertawa terbahak-bahak. Kemudian dia menepuk-nepuk pundak Zhang San dan berkata, “maaf, maaf, aku terlalu ceroboh, kelak aku buatkan sebilah golok lain dan aku antarkan ke rumahmu.”
Golok Zhang San sudah terputus menjadi dua. Dia marah dan separuh golok dia lemparkan ke bawah. Dia ingin berkelahi dengan Chen Bo Yu tapi setelah dipikir-pikir dia mengurungkan niat itu dan pura-pura berkata, “tidak apa-apa, aku bukan orang yang pelit!”
Tapi Chen Bo Yu merasa tidak enak hati, dia berkata, “sifatku jelek, kalau sudah melihat orang lain mempunyai senjata bagus, aku selalu ingin mencoba. Kita baru saling mengenal seharusnya aku tidak berbuat demikian.”
Zhang San tertawa dan berkata, “tidak perlu merasa sungkan kepadaku, kita memang pertama kali bertemu, tapi sejak dulu aku sudah mengetahui nama besar Kakak, yang tidak kuketahui adalah bahwa Kakak memiliki pedang pusaka ini. Aku hanya seorang Zhang San, bukan Bao Dao Zhang San.” Zhang San semakin merendah, hal ini membuat Chen Bo Yu merasa tidak enak hati.
Mereka memesan banyak arak untuk minum-minum, sambil minum masing-masing menceritakan kisah hidupnya, Zhang San juga akhirnya menceritakan permusuhan yang dialaminya dengan Lu Yin Song karena mereka cocok satu sama lain, mereka minum hingga mabuk, di luar masih turun hujan.
Setelah selesai sarapan, Zhang San kembali ke kamarnya, segera dia marah-marah seorang diri, “kurang ajar, dia merusak golok pusakaku dengan pedangnya, ini merupakan penghinaan besar! Apakah hanya dengan meminta maaf dan mentraktirku minum dianggap sudah impas? Aku Zhang San tidak mudah dihina, aku harus melampiaskan kejengkelanku!” karena marah, begitu dia berbaring, tak lama dia langsung tertidur. Tiba-tiba dari luar jendela ada yang berteriak, “Adik Zhang, di sungai sudah ada perahu, mari kita pergi bersama-sama.”
Begitu Zhang San membuka pintu dia sudah melihat Chen Bo Yu sudah mengenakan jas hujan dan sebuah topi yang besar, menuntun kudanya di bawah siraman hujan yang lebat.
Kata Chen Bo Yu, “sudah siang begini kita baru bisa menyeberang sungai, setelah kuda bisa berlari dengan cepat, maka kita bisa menginap di Xu Zhou, Lu Yin Song pun pasti tidak akan bisa mengejarmu.”
Segera Zhang San menyahut, “baiklah!” dan dia langsung membereskan barang-barang yang dibawa, Zhang San teringat kepada golok pusakanya, tapi golok itu sudah terputus menjadi dua, tadinya dia tidak ingin mengikuti Chen Bo Yu pergi, tapi dia berpikir lagi, “aku sudah tidak mempunyai senjata, bila Lu Yin Song mengejar dengan apa aku bisa menahan serangan tongkat besinya? Aku pasti akan mati.” Segera dia membereskan barang-barangnya dan pergi bersama-sama dengan Chen Bo yu.
Mereka menunggang kuda hingga tiba di tepi Huang He. Benar saja, ada sebuah perahu tapi tidak ada penumpang, Chen Bo Yu melakukan tawar menawar dengan pemilik perahu, setelah sepakat mereka membawa kuda naik ke atas perahu, perahu berjalan dengan pelan, di bawah siraman hujan lebat dan gelombang air sungai yang deras, di kedua sisi sungai tidak tampak seorang pun, perahu itu hanya ada dua orang tukang dayung.
Zhang San memegang tali kuda dan tetap berdiri, walaupun dia tidak merasa pusing sebenarnya dia sangat takut, dia tidak tahu apakah Chen Bo Yu adalah seorang penjahat atau bukan. Bila Chen Bo Yu adalah orang jahat, hanya dengan mendorongnya, Zhang San akan terjatuh ke dalam sungai. Istri dan anak-anaknya di rumah tidak akan tahu bagaimana nasibnya, karena itu dia terus mewaspadai keadaan di sekelilingnya dan terus menatap Chen Bo Yu, tapi Chen Bo Yu dengan santai mengobrol dengan tukang dayung perahu itu, akhirnya perahu tiba di seberang sungai, begitu menginjak darat, dia sangat senang dan berkata, “Kakak Chen, bila kita berjalan cepat, setelah menginap di Xu Zhou, kita akan segera tiba di rumah.”
Kata Chen Bo Yu, “aku sebenarnya pulang untuk berlibur di hari Tiong Qiu, aku sudah tidak mempunyai istri hanya ada seorang putri yang berumur 13 tahun, dia sangat pintar dan lincah, kali ini bila bukan karena menengok teman, aku malas untuk keluar rumah.”
Segera Zhang San berkata, “mari kita jalan, Kakak, kau di depan.” Walaupun pedang Chen Bo Yu sangat tajam, tapi kuda hitamnya tidak bisa berlari cepat. Setelah berjalan sekian lama, mereka baru menempuh perjalanan sejauh 30 kilometer.
Dari atas kuda, Zhang San melihat ke belakang, ternyata ada 2 ekor kuda berlari dengan cepat menghampiri mereka. Zhan San terkejut, segera dia berlari melewati Chen Bo Yu dan berteriak, “cepat lari!” Chen Bo Yu membalikkan kepala, sebaliknya dia malah menghentikan kudanya. Dengan tersenyum dia berkata kepada Zhang San, “jangan takut, bila musuhmu datang, dengan pedang pusaka aku akan menahan mereka.”
Zhang San merasa terkejut, tangannya tidak memegang senjata. Yang datang tak lain adalah Lu Yin Song dan pembantunyanya. Masih jauh Lu Yin Song sudah mengacungkan tongkat besinya ke arah Zhang San .
Baru saja mau berjalan, karena tanah licin dan becek, kuda terpeleset dan dia pun hampir jatuh. Terlihat Chen Bo Yu sudah memegang pedangnya untuk menyambut 2 ekor kuda yang datang itu. Tongkat besi Lu Ying Song memukul ke arah kepala Chen Bo Yu, tapi Chen Bo Yu tidak menyambutnya dengan pedang. Dia hanya mengelak. Sekarang dengan Cang Long Teng Yu Jian dia menyerang musuh. Lu Yin Song dengan tongkat besinya memukul pedang Chen Bo Yu tapi Chen Bo Yu menarik pedangnya kembali. Pedang kemudian diputar ke arah belakang Lu Ying Song. Lu Yin Song segera menyambut dengan tongkat besinya. Terdengar suara ‘DANG’, tongkat besi Lu Ying Song sudah patah menjadi dua.
Lu Yin Song kaget, segera dia mundur beberapa langkah. Walaupun tangannya masih memegang separuh tongkat besi tapi dia juga tidak berani untuk melanjutkan serangan, apalagi pembantunya diapun mundur sangat jauh.
Dengan tersenyum Chen Bo Yu mengatakan beberapa kalimat, kemudian dengan tenang dia menyusul Zhang San dan berkata, “jangan takut, aku sudah memukul mereka!” kemudian dia melihat pedang, tidak terjadi kerusakan apa pun, segera dia memasukkan pedang itu ke sarungnya.
Wajah Zhang San menjadi pucat, dalam hati dia berpikir, “tongkat besi begitu besar, tapi bisa terpotong, mungkin tiang besi pun akan bernasib demikian.”
Segera dia mengikuti Chen Bo Yu pergi dan 2 ekor kuda Lu Ying Song tidak terlihat lagi. Sekarang dia baru bisa bernafas dengan lega dan wajahnya tidak pucat lagi. Kedua ekor kuda berjalan dengan tenang tapi sepasang mata Zhang San yang serakah malah melirik ke arah pedang yang berada di sisi kuda Chen Bo Yu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar