Minggu, 14 Februari 2010

Pendekar Kelana

BAB 1

Budi dan dendam sangat jelas

Matahari sudah terbenam. Jalanan sangat sepi.
Dataran tinggi dengan tanah yang berwarna kuning itu dihembus angin musim gugur, membuat keadaan menjadi terlihat tidak jelas. Jika matamu tidak teliti, maka kau akan sulit melihat bayangan orang yang datang dari arah depanmu. Ketika angin berhembus, hanya terdengar suara Hu…Hu...suara itu terdengar seperti sangat sedih dan sepi, apalagi pada malam hari, suara itu terdengar seperti menambah rasa dingin dan sunyi. Jika waktu sudah semakin malam, maka orang-orang ingin semakin cepat-cepat berlari dari tempat seperti itu.
Walaupun di sekeliling sana terasa begitu sepi dan sunyi, tapi di tempat itu tidak ada tempat untukmu bisa beristirahat terlebih dulu. Dan dengan tiba-tiba kau akan mendengar ada suara, suara seperti apakah itu? Kau akan sulit membedakan karena angin pertama yang datang dengan angin berikutnya berhembus dengan jarak yang sangat dekat. Kemudian kau akan melihat bayangan sesuatu yang sedang melangkah atau merayap di atas tanah. Dalam suasana seperti itu, kau tidak bisa membedakan apakah itu adalah bayangan manusia atau binatang?
Begitu terdengar keluar suara rintihan, maka kau baru mengetahui kalau itu adalah bayangan manusia. Mengapa bayangan manusia itu bisa merangkak di bawah, apakah dia terluka? Atau karena dia sedang sakit?
Dan siapakah dia? Datang dari manakah dia?
Pertanyaan ini sangat sulit dijawab. Sayang sekarang di sekeliling sana sama sekali tidak ada seorang pun yang melihat dia, otomatis tidak ada orang yang bisa menjawab pertanyaan yang sulit dijawab ini.
Dengan susah payah dia merangkak, nafasnya terdengar berat dan pendek-pendek. Dia sedang terluka atau sakit, sepertinya keadaannya memang sudah sangat berat. Berat seakan-akan dia siap meninggalkan dunia ini. Sepertinya dia sudah tidak tertarik lagi dengan dunia ini.
Sekarang bila ada orang dunia persilatan yang lewat di sana, dia akan merasa kaget dan berteriak atau bahkan ada juga yang akan berhenti untuk menolongnya. Tapi sekarang ini, siapa dapat yang melihatnya? orang itu adalah seorang yang sangat terkenal di dunia persilatan. begitu nama Pendekar Pengelana, Xie Keng disebut, pasti banyak orang yang akan memuji dia, “Laki-laki sejati!”
Selama 10 tahun ini dia sudah berkelana di dunia persilatan dan sering menolong sesama manusia, tapi dengan keadaannya seperti sekarang, siapakah yang bisa datang menolongnya?
Angin berhembus semakin kencang---
Xie Keng merasa tubuhnya semakin lama semakin kaku. Merangkak pun sudah tidak bisa tapi dia tetap berusaha, dia tidak akan melepaskan harapannya yang terakhir, karena tujuan hidupnya belum tercapai. Selama 10 tahun, siang dan malam, apa yang selama ini dia pikirkan belum dapat tercapai. Hidupnya di dunia masih sangat berharga, jika tidak lebih baik dia memilih mati daripada tersiksa sakit seperti ini.
Mungkinkah dia akan bertemu dengan seseorang? Karena dia masih ingin hidup. Dalam hati dia berpikir, “Apakah aku benar-benar harus mati di sini? Tuhan, mengapa kau berlaku tidak adil kepadaku.”
Hal yang membuatnya merasa sedih dan penasaran sampai sekarang adalah dia belum tahu dia telah diserang oleh siapa, dan orang itu ternyata bisa membuat tubuhnya menjadi lumpuh.
Dia terus memikirkan musuh yang mana yang telah menyerangnya? Tapi sejak dari Shan Xi hingga disini, dia tidak bertemu dengan seorang manusiapun.
Walaupun dia mempunyai musuh, itupun sangat sedikit karena selama 10 tahun lebih dia berkelana di dunia persilatan, dia selalu menolong yang lemah dan membasmi kejahatan. Kalau orang itu bukan orang yang sangat jahat sekali, dia selalu berusaha memberi nasehat dulu kemudian membiarkan mereka meninggalkan jalannya yang sesat itu.
Karena dia sangat paham, bila terjadi permusuhan maka akan membuat goresan luka di dalam hatinya. Banyak peristiwa terjadi di dunia persilatan, kata ‘musuh’ adalah kata yang bisa menimbulkan permasalahan besar. Ini semua adalah berkat pengalamannya sendiri, tidak ada bahasa yang lebih bisa mengungkapkan semua ini daripada pengalaman yang dia alami sendiri.
Pendekar Pengelana, Xie Keng berasal dari keluarga pesilat. Dulu ayahnya yang bernama Xie Heng Fu terkenal di dunia persilatan karena dia selalu menjaga keadilan dan kebenaran, tapi karena suatu peristiwa yang sangat sepele membuat dia terbunuh oleh musuhnya sendiri.
Waktu itu Xie Keng masih kecil, tapi dendam ini sudah tertanam di dalam hatinya.
Dendam ini yang memacunya belajar ilmu silat dengan susah payah. Setelah berhasil menguasai ilmu silat, dia pun dengan bersusah payah pergi mengelana untuk mencari jejak musuh yang telah membunuh ayahnya.
Semua penderitaan sudah dia alami sendiri, hingga dia tidak bernafsu mencari musuh lagi. Karena itu namanya di dunia persilatan menjadi sangat terkenal. Tapi sekarang, dia telah diserang dengan diam-diam, siapa yang telah menyerangnya? semua membuatnya tidak mengerti.
Memang dia telah bertindak tidak waspada, tapi orang seperti dirinya pasti memiliki perasaan yang tajam, tidak sama dengan orang lain. Perasaan ini selalu membuatnya bisa terhindar dari bencana. Tapi kali ini perasaannya yang selalu tajam seperti tidak berfungsi, sehingga dia tidak tahu kapan dia telah diserang. Baginya peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat mengejutkan.
Begitu dia tiba di dataran tinggi yang begitu luas, tubuhnya baru terasa kaku. Dia tidak menyangka dan tidak bisa menahannya lagi.
Tenaga dalamnya begitu kuat tapi dia tetap tidak bisa menahan rasa sakitnya. Dia terjatuh ke tanah, kecuali hanya bisa merintih, tubuhnya yang kaku masih terasa sakit yang tidak tertahankan.
Yang paling berbahaya adalah bila badannya beku dan terasa sakit terus. Awalnya rasa sakit itu berasal dari tangan, kaki, lalu menyerang ke otaknya. Sekarang otaknya mulai tidak bisa berpikir jernih.
Sewaktu dia hampir kehilangan kesadarannya, dia mendengar ada suara orang, dia menertawakan dirinya sendiri, “Masa di bawah tanah ada suara orang?”
Tapi suara orang yang sedang berbicara itu terdengar sangat jelas, kadang-kadang bercampur dengan suara batuk. Pikiran Xie Keng sangat kacau. Dia berpikir mungkin dia sudah tidak hidup di dunia nyata lagi.
Akhirnya dia tidak sadarkan diri, suara orang, suara angin, semua sudah tidak terdengar lagi.
Tentu saja dia tidak tahu kalau suara orang yang berasal dari bawah tanah itu adalah kenyataan. Tanah di mana dia merangkak memang ada yang hidup di sana.
Tanah yang berwarna kuning di sebelah barat laut sangat lengket. Orang-orang di sana memanfaatkan tanah lengket dan liat ini membuat rumah dan tinggal di dalamnya. Kecuali di daerah barat laut, tempat lain tidak ada yang seperti itu.
Begitu Xie Keng sadar, dia tidak percaya bahwa dia telah tertolong dari kematian.
Karena begitu dia melihat ke sekelilingnya, semua adalah dinding yang terbuat dari tanah, hanya ada tanah berwarna kuning dan berminyak. Kecuali ini, sama sekali tidak ada benda lainnya, benar-benar seperti sebuah kuburan.
Dia merintih, begitu membalikkan badan, perasaan beku itu masih ada, tapi sudah tidak seperti tadi, terasa begitu sakit. Sekarang dia merasa curiga. Apa yang dia lihat belum pernah dilihatnya selama dia berkelana di dunia persilatan, dan ini baru pertama kalinya dia melihat hal seperti ini.
Harus kita ketahui, pada jaman dulu bila kita pergi jauh keadaannya tidak seperti sekarang. Walaupun Xie Keng mempunyai nama sebagai Pendekar Pengelana, tapi daerah barat laut ini, baru pertama kali dia datangi. Karena dia mendengar kabar kalau musuh besarnya, yaitu orang yang telah membunuh ayahnya, si Tangan Besi, Tong Tong sudah lari ke perbatasan bagian barat laut. Dia sama kali tidak tahu tentang adat istiadat dari orang-orang yang hidup di barat laut dan juga bagaimana tempat tinggal mereka. Apalagi tempat tinggal di sana tampak sedemikian aneh sehingga dia merasa heran dan kaget.
Pada saat Xie Keng masih berada berada dalam keadaan terkejut, di depannya tampak ada seseorang. Dia merasa lebih kaget lagi. Badannya dengan reflek mencoba bangun, dia ingin meloncat tapi keinginan itu tidak bisa terlaksana karena tubuhnya masih terasa lemah.
Orang ini datang dengan tiba-tiba, seperti keluar dari balik dinding tanah. Melihat keadaan yang terjadi dan melihat orang ini sekalipun Xie Keng bukan seorang penakut tapi sekarang hatinya merasa sedikit dingin.
Dia sama sekali tidak tahu bagaimana tempat tinggal mereka yang ada di barat laut, yang tidak mempunyai pintu, hanya ada beberapa belokan. Kalau gerakannya perlahan maka sering terlihat seperti keluar dari balik dinding. Apalagi orang seperti Xie Keng, dia telah salah melihat.
Walaupun orang itu berpura-pura bersikap seperti biasa tapi dari tubuhnya yang bungkuk dan kerutan di wajahnya tidak bisa menutupi umurnya.
Hanya sepasang mata tuanya tetap tampak bercahaya dan masih tampak bersemangat, sama sekali tidak terlihat tua.
Karena itu begitu melihat dia, antara mata dan tubuhnya tampak tidak seimbang.
Coba pikirkan, mempunyai tubuh dan wajah orang tua, tapi matanya seperti mata seorang pemuda. Perasaan apa yang akan timbul dalam dirimu?
Xie Keng berusaha menenangkan pikirannya. Dia tahu sekarang mau tidak mau dia harus berhadapan dengan keadaan seperti ini. Apakah dia akan celaka atau malah beruntung…?
Sorot mata Xie Keng sangat dalam, dahinya lebar, menunjukan bahwa dia adalah orang yang pintar.
Tapi sekarang dia merasa sangat bingung.
Setelah terdiam cukup lama, pak tua itu dengan sorot mata aneh terus menatapnya. Terlihat dari sorot matanya sepertinya dia takut kepada pemuda yang ditolongnya dari angin topan saat itu.
Tidak ada orang yang bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang ini. Dulu dia pernah melakukan suatu kesalahan. Karena itulah dia meninggalkan tempat yang dikenalnya sejak kecil, meninggalkan kekayaan dan nama yang sudah terkenal, kemudian datang ke tempat sepi dan dingin ini. Semua ini sudah berlangsung selama 20 tahun lebih.
Secara tidak sengaja, dia bertemu dengan pemuda yang hampir mati ini. Yang lebih kebetulan adalah ternyata dia mengetahui racun yang ada dalam tubuh pemuda itu. Dengan sekuat tenaga dia berusaha menolong pemuda itu.
Itu merupakan keberuntungan Xie Keng. Perlu diketahui kecuali orang yang bisa menggunakan racun itu, orang yang bisa menawarkan racun ini sangat sedikit.
Tapi mengapa pak tua yang tampak begitu sulit dan penyendiri ini bisa menawarkan racun yang ada di tubuh Xie Keng? Ini merupakan suatu teka teki.
Akhirnya pak tua itu tertawa, walaupun terpaksa akhirnya dia tertawa juga.
Perasaan Xie Keng yang tadinya kaget berubah menjadi lebih tenang. Dia teringat bagaimana keadaannya tadi dan merasa sangat berterima kasih kepada pak tua itu.
Sambil tersenyum pak tua itu berjalan mendekat. Dia memegang pundak Xie Keng dan berkata, “Kau jangan banyak bergerak dulu.” Kemudian dia memegang dahi Xie Keng, wajah pak tua itu terlihat sangat senang sekaligus kaget.
Matanya terbuka lebar dan terus menatap Xie Keng, kemudian dia berkata, “Tidak disangka tenaga dalammu begitu hebat.” Kemudian dia menarik nafas dan berkata lagi, “Tapi kau telah bermusuhan dengannya. Suatu hari nanti kau akan mati dengan tidak terduga.”
Walaupun pak tua ini sudah lama tinggal di daerah itu tapi logat Hu Bei masih terdengar sangat kental. Yang harus kita ketahui adalah bila umur semakin tua maka untuk mempelajari bahasa daerah lain semakin sulit. Ini merupakan keadaan manusia biasa.
Xie Keng terkejut, dia bertanya, “Dengan siapa aku bermusuhan---?“ Karena kata-kata pak tua itu membuatnya keget dan juga bingung.
Kedua alis pak tua itu terangkat dan berkata, “Apakah kau tidak mengenalnya?” Dia berhenti bicara sebentar dan melanjutkan, “Melihat kondisimu, sepertinya kau sudah lama berkelana di dunia persilatan. Di dunia persilatan kau pasti sudah mempunyai nama, apakah kau tidak kenal siapa orang itu?”
Xie Keng menghirup udara dingin, tiba-tiba dia teringat kepada seseorang dan bertanya, “Apakah dia yang bapak maksud?”
Pak tua itu mengangguk.
Xie Keng menarik nafas dan berkata lagi, “sangat aneh, aku dengan dia sama sekali tidak ada dendam.”
Begitu membalikkan kepalanya, dia melihat tangan pak tua yang sedang memegang pundaknya tampak kurus dan kering. Tangannya berwarna hitam. Karena hitamnya jadi tampak mengkilap, hati Xie Keng bergerak, wajahnya pun berubah.
Diam-diam dia mengatur nafasnya, karena sekarang dia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Aku berharap apa yang aku pikirkan adalah salah.” Diam-diam Xie Keng berpikir, “Bagaimanapun dia telah menolongku, kalau tebakanku benar, orang ini tentu dia.” Dia menarik nafas lagi dan berpikir, “Sekarang aku harus berbuat bagaimana, kelihatannya tebakanku salah.”
Diam-diam dia mengamati tangan pak tua itu lagi. Pak tua itu sedang melihat langit-langit rumah, dia seperti sedang memikirkan sesuatu.
Xie Keng mengumpulkan semua pikiran untuk memikirkan persoalannya.
“Kalau aku terkena racun yang sangat ganas dan pak tua ini bisa menawarkannya, berarti tebakanku tidak salah, apalagi tangannya seperti yang kudengar selama ini---“
Dia mengatur nafas lagi, walaupun racun sudah dibersihkan tapi jalan darahnya terasa belum lancar.
Kemudian untuk kedua kalinya dia mengatur nafas lagi, pak tua itu melihatnya, hatinya seperti sangat kacau.
“Benar-benar mirip dengannya, sepertinya ada hubungan keluarga dengannya, aku percaya di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa begitu mirip.” Alis pak tua itu tetap berkerut, hatinya pun seperti ada benang kusut yang tidak bisa terbuka. Kalau-kalau dia memang benar-benar putra Xie Heng Fu---“
Dia melihat pemuda yang sedang diam terbaring di depannya, wajah yang tadinya pucat mulai berubah sedikit merah. Dia pun tahu kalau pemuda itu sedang mengatur nafas, mengembalikan tenaganya.
“Kabar di dunia persilatan telah beredar. Putra Xie Heng Fu adalah seorang laki-laki sejati, dendamnya kepadaku sedalam seperti samudra.” Pak tua itu merasa sangat sedih. Dia menarik nafas dan berpikir, “Dulu, karena terlalu emosi aku telah melakukan suatu kesalahan. Tapi selama 20 tahun aku selalu hidup dalam kesusahan karena aku merasa sangat menyesal, seharusnya orang-orang persilatan bisa memaafkanku.”
“Tadi dia telah melihat tanganku, apakah dia sudah tahu siapa aku sebenarnya, apakah karena itu dia terus mengatur nafasnya---“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar