Minggu, 14 Februari 2010

Pedang Kekasih

BAB 1

Bersikap seperti tidak mempunyai perasaan
Tetapi diam-diam melindunginya

Setiap perempuan muda apabila dia pernah bertemu dengan Shi Ma Qing akan terpesona kepada ketampanannya dan diam-diam akan jatuh cinta.
Karena Shi Ma Qing adalah seorang laki-laki yang sangat menarik, jika dia tertawa, maka detak jantungmu akan berdenyut lebih cepat. Bila dia berbicara denganmu, kau pasti serasa ingin pingsan saat itu juga. Jika kau beruntung dan tanganmu bisa dipegang olehnya---oh tidak, itu merupakan hari sialmu karena dengan demikian seumur hidup menjadikan kau tidak ingin menikah karena kau tidak ingin lagi ada laki-laki kedua yang memegang tanganmu.
Ini bukan hanya sekedar omong kosong dan juga bukan cerita yang dibuat-dibuat. Shi Ma Qing hanya pernah memegang tangan 3 orang perempuan. Perempuan pertama karena terpeleset secara kebetulan Shi Ma Qing sedang menunggang kuda lewat di tempat itu dan dia mengulurkan tangannya membantu memapahnya. Sampai sekarang perempuan ini tidak menikah. Dia masuk ke kuil di pegunungan dan menjadi biksuni. Di kuil itu, di depan lampu hijau untuk bersembahyang kepada dewa, dia menitipkan rasa rindunya seumur hidup.
Perempuan kedua adalah putri seorang hartawan kaya. Sewaktu perempuan itu menjadi pengantin, dia berada di dalam tandu dan digotong ke kediaman keluarga suaminya. Di tengah perjalanan dia diculik oleh perampok dan dibawa lari ke gunung. Sewaktu ketua perampok ingin memperkosanya, dia merebut sebilah pisau belati untuk bunuh diri agar kehormatan dirinya tetap terjaga, dan saat itulah tiba-tiba Shi Ma Qing datang, dia merebut pisau belatinya lalu menolongnya juga membunuh kepala perampok itu, dia telah menjaga kehormatan perempuan itu.
Perempuan yang tadinya ingin bunuh diri karena dia memutuskan untuk memberikan kesuciannya kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya. Tapi begitu Shi Ma Qing memegang tangannya, dia menolak pergi ke kediaman pihak laki-laki pada waktu mereka datang lagi untuk menjemputnya. Dia menutup diri di loteng rumahnya seumur hidup.
Perempuan ketiga adalah seorang pelayan rumah makan. Shi Ma Qing pergi ke sebuah rumah makan untuk minum arak. Perempuan itu mengantarkan arak dan sayur, karena terlalu tegang arak yang dibawanya tumpah dan cangkir pun bergulir jatuh. Shi Ma Qing mencoba menyambar cangkir-cangkir itu. Pada akhirnya mereka tidak bisa menyelamatkan cangkir itu, cangkir tetap jatuh dan pecah tapi tangan Shi Ma Qing menangkup tangan perempuan itu.
Sebenarnya ini adalah hal yang sangat biasa. Shi Ma Qing pun tidak sengaja melakukannya dan banyak juga tamu-tamu yang pada saat bercanda dengan perempuan, mereka pun biasa memegang tangannya. Tapi dia tidak menganggapInya serius. Pelayan rumah makan selalu tidak peduli dengan perlakuan semacam itu tapi semenjak tangan pelayan rumah makan itu dipegang oleh Shi Ma Qing, dia menjadi lebih peduli dan karena pekerjaannya tidak memungkinkan bila tangannya tidak dipegang oleh laki-laki lain, maka hanya ada satu cara untuk mempertahankannya yaitu memotong tangannya. Dan Perempuan itu benar-benar melakukannya.
Shi Ma Qing sama sekali tidak tahu peristiwa seperti ini. Orang lain pun sulit untuk mengetahuinya karena ini adalah rahasia hati seorang perempuan.
Kelakuan mereka seperti orang gila membuat orang yang melihatnya menjadi ketakutan tapi para perempuan itu tidak menganggap seperti itu mereka malah merasa puas.
Tidak ada orang yang memaksa mereka melakukan semua ini. Mereka rela selamanya mempunyai tangan bekas genggaman tangan Shi Ma Qing, mereka merasa semua resiko harus diterima dengan ihklas. Mereka menganggap mengeluarkan sedikit pengorbanan untuk mendapatkan yang lebih banyak.
Shi Ma Qing adalah laki-laki yang banyak dicintai oleh perempuan tapi tidak ada seorang perempuanpun yang bisa menikah dengannya atau bahkan mendapatkan cintanya.
Cinta itu sangat egois, tapi mereka sangat sadar akan perlakukan mereka kepada Shi Ma Qing, mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah serasi dengannya.

0-0-0

Di dunia ini hanya ada seorang perempuan yang serasi dengan Shi Ma Qing. Gadis itu adalah Shang Guan Hong.
Tidak ada yang bisa menandingi kecantikan Shang Guan Hong. Kecantikannya membuat para lelaki yang paling jelek sekali pun atau yang paling mesum, tetap menghormatinya.
Laki-laki tidak seperti perempuan yang begitu bodoh terhadap cinta. Kelakuan mereka tidak seperti orang gila. Tapi yang jelas Shang Guan Hong tidak akan pernah memegang tangan laki-laki.
Shang Guan Hong tidak akan pernah memegang tangan laki-laki. Dia selalu menggunakan pedang. Sebuah pedang yang panjang, kecil, tipis serta tajam.
Pedangnya pernah membunuh 49 orang. Di antara 49 orang itu, 8 orangnya adalah perempuan. Keempat puluh sembilan orang ini merupakan penjahat atau orang yang namanya sudah jelek di kalangan dunia persilatan. Di antara empat puluh satu orang laki-laki itu, 9 orang diantaranya adalah penjahat yang suka menganiaya perempuan, 4 orang diantaranya adalah pemerkosa, sedangkan sisa yang 13 orang lagi tidak menyerang Shang Guan Hong tapi mereka mati terbunuh, karena kecantikan Shang Guan Hong yang suci sudah merasuk ke hati yang paling dalam.
Bila kita bertanya kepada sepuluh ribu orang, “Siapa seharusnya yang menjadi kekasih Shang Guan Hong?”
Jawaban dari sepuluh ribu orang itu pasti akan sama---Shi Ma Qing. Tapi jika Shi Ma Qing yang menjawab sendiri, jawabannya pun pasti akan sama yaitu Shang Guan Hong.
Ini adalah kenyataan, Tuhan seperti sengaja menciptakan Shang Guan Hong untuk Shi Ma Qing begitu juga sebaliknya.
Mereka berdua memiliki ilmu silat tinggi dan mereka sama-sama adalah pendekar yang membela kebenaran. Tapi anehnya keadaan mereka tidak seperti yang diharapkan oleh umum. Mereka berdua tidak saling tertarik dan juga tidak ingin menjadi sepasang kekasih!
Shi Ma Qing sudah berkelana selama 7 tahun sedangkan Shang Guan Hong baru 5 tahun.
Dalam kurun waktu 5 tahun, yang satu berada di selatan dan satu berada di utara. Mereka belum pernah bertemu. Walaupun mereka seperti sudah dijodohkan oleh orang persilatan menjadi sepasang kekasih yang sangat ideal…, mereka hanya bisa tertawa.
Pernah ada seseorang yang mencoba ingin menjodohkan mereka, saat itu secara kebetulan di dunia persilatan ada seorang pesilat terkenal yang bernama Zhao Ming Yue, ketika dia ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-70 dan dia sekalian juga akan mengumumkan kepada umum bahwa dia akan menggantung golok kemudian mengundurkan diri selamanya dari dunia persilatan. Dia menyebarkan undangan juga untuk mengundang mereka berdua untuk menjadi saksi dan dia juga menginginkan mereka bertemu langsung.
Saat itu semua orang yang diiundang dengan senang hati pergi menghadiri undangan itu. Pertama mereka datang untuk memberi ucapan selamat kepada tuan rumah. Kedua mereka juga ingin menyaksikan dua orang yang terkenal itu bertemu untuk pertama kalinya. Tidak disangka hasilnya malah sebaliknya. Shang Guan Hong datang tapi Shi Ma Qing kebetulan dipanggil oleh perguruannya, dia tidak jadi datang, Paman gurunya yaitu Biksu Qing Dao sakit berat dan mungkin akan meninggal. Dia harus segera pergi ke sana memberikan ucapan bela sungkawa. Dia menyuruh orang mengantarkan surat untuk menjelaskan mengapa dia tidak bisa datang.
Alasannya sangat masuk akal dan bisa diterima karena nama Biksu Qing Dao berada di urutan atas undangan Zhao Ming Yue.

Sesudah peristiwa itu ada yang mengusulkan Shang Guan Hong bermain ke Xi Hu (danau terkenal) karena kuil tempat Biksu Qing Dao berada di tepi danau Xi Hu. Karena rumah Zhao Ming Yue berada di Shu Zhou sedangkan kampung halaman Shang Guan Hong berada di utara, Shang Guan Hong selalu membantu orang utara. Dia sangat jarang pergi ke selatan. Begitu dia bermain ke Shu Zhou, biasanya harus singgah ke Hang Zhou untuk melihat pemandangan surga dunia. Shang Guan Hong sendiripun mempunyai rencana ini, akhirnya dia segera menyetujuinya.
Yang menemaninya adalah putri terkecil dari Zhao Ming Yue, dia dijuluki Fei Feng Er, bernama Zhao Ying Xue (Fei Feng Er=burung phoenix terbang).
Kecantikannya juga terkenal di dunia persilatan tapi jika dibandingkan dengan kecantikan Shang Guan Hong, dia menjadi terlihat kurang begitu cantik. Tujuan ini didukung oleh semua orang. Mereka berharap Shang Guan Hong bisa bertemu dengan Shi Ma Qing. Walaupun Shang Guan Hong bersikap masa bodoh, tapi dalam hati mungkin saja sebenarnya dia ingin bertemu dengan pendekar tampan yang cerewet itu.
Setiba di Hang Zhou (nama kota), hari itu adalah hari kematian Biksu Qing Dao dihari kesembilan. Pada hari kesembilan ini murid-muridnya mengikuti pesan dari almarhum untuk mengkremasi jenasahnya. Karena Biksu Qing Dao sangat terkenal di dunia persilatan, begitu kalangan dunia persilatan mendengar kabar tentang kematiannya, berita itu langsung menyebar, pendekar yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa pun tidak pernah berhenti berdatangan.
Demi menjaga sopan santun dunia persilatan, Shang Guan Hong pun pergi ke sana untuk mengucapkan bela sungkawa tapi kedatangannya ke sana malah membuat suasana menjadi tidak enak.
Karena waktu itu dia mengenakan baju berwarna merah. Dia tidak merasa salah mengenakan baju berwarna merah karena biasanya pun pada saat berkelana di dunia persilatan Shang Guan Hong selalu mengenakan baju berwarna merah. Dia tidak pernah memakai baju warna lain, apalagi ini hanya upacara kremasi, tidak ada aturan-aturan lain yang harus dituruti. Murid-muridnya pun tidak mengenakan baju berwarna putih untuk berkabung. Yang datang untuk memberikan bela sungkawa biasanya tidak perlu terlalu memperhatikan masalah baju, apalagi yang hadir begitu banyak orang. Baju bermerk, baju berwarna biru banyak dikenakan oleh para tamu.
Karena pakaian Shang Guan Hong terlalu menarik perhatian membuat dia terlihat berkilau dan para tamu itu tidak tahu bahwa Shang Guan Hong akan datang ke sana, kehadirannya sudah membuat tamu-tamu menjadi ribut. Begitu Shang Guan Hong masuk ke tempat duka, tamu-tamu yang ingin melihatnya lupa dengan aturan dan etika. Mereka menjadi ribut, membuat panji-panji yang tergantung langsung roboh.
Ini adalah perbuatan yang sangat tidak sopan, tapi bukan berarti Shang Guan Hong yang harus bertanggung jawab. Dia hanya merasa malu.
Tapi Shi Ma Qing tidak bisa menahan diri. Biksu Qing Dao adalah gurunya dan sejak kecil tidak mempunyai orang tua, Biksu Qing Dao lah yang membesarkannya. Orang tuanya adalah orang persilatan dan mereka sahabat karib Biksu Qing Dao, karena bentrok dengan satu keluarga yang sangat lihai ilmu silatnya akhirnya mereka diserang pada malam hari. Walaupun Biksu Qing Dao datang untuk menolong mereka, semua itu sudah terlambat. Orangtuanya terluka parah dan bersimbah darah, tapi mereka tetap melindungi putra mereka yang masih berumur 6 tahun, begitu orangtuanya menitipkan anak ini kepada Biksu Qing Dao, mereka pun menghembuskan nafas terakhir karena luka yang sangat parah.
Biksu Qing Dao tidak menerima murid lagi karena waktu itu dia sudah berumur 65 tahun dan murid-muridnya sudah ada 3 generasi. Tapi karena pesan terakhir dari temannya yang sudah meninggal. Terpaksa dia menerima Shi Ma Qing menjadi muridnya yang terakhir. Sebab yang lain adalah kematian Shi Ma Yu Long masih ada hubungan dengannya. Karena penjahat yang membunuh orang tua Shi Ma Qing salah satunya adalah muridnya, penjaha itu juga menangkap dua orang muridnya. Waktu itu dia sedang menutup diri untuk berlatih ilmu silat, maka dia tidak bisa menolong muridnya. Waktu itu suami istri Shi Ma Yu Long yang membantunya. Begitu mendapat kabar kedua muridnya ditangkap, mereka tidak memberitahunya dan langsung pergi untuk menolong murid-murid yang disandera, maka timbullah permusuhan yang dalam, begitu juga kepada Shi Ma Qing. Dia merasa bersalah, akhirnya dia memutuskan untuk menerima murid terakhir dan mengajarkan semua ilmu yang dia kuasai, semua pengalaman-pengalaman di masa tua, dia ajarkan kepada Shi Ma Qing.
Di kuil Song Yang Guan, Shi Ma Qing adalah murid yang paling muda umurnya tapi tingkatnya paling tinggi. Kuil Song Yang Guan didirikan Qing Dao Ren, dari murid pertama biksu Qing Dao yang bernama Song Yue. Shi Ma Yu Long inilah yang menolong Song Yue lolos dari penjahat yang menyanderanya, terakhir penjahat itu malah membuat suami istri Shi Ma Yu Long menemui kematiannya, karena itu Biksu Song Yue sangat sayang kepada adik seperguruannya. Shi Ma Qing sangat pintar, lincah, dan juga berbakat. Dia juga sangat ramah dan menghormati kakak seperguruannya. Dengan adik atau keponakan seperguruan pun dia tidak bersikap angkuh. Dia tidak bisa bersikap angkuh karena usia mereka lebih tua dari Shi Ma Qing.
Di kuil hanya dialah seorang murid yang bukan biksu, karena itu dia menjadi seorang yang paling dihargai di kuil itu dan mereka mempunyai hubungan yang sangat erat, apalagi Biksu Qing Dao. Waktu kecil dia selalu naik ke pundak Biksu Qing Dao kemudian pergi ke puncak gunung untuk berlatih ilmu pedang. Sewaktu Biksu Qing Dao masih hidup, Shi Ma Qing belum pernah memanggil Biksu Qing Dao dengan sebutan guru, dia memanggil Biksu Qing Dao dengan sebutan paman.
Pada saat ini Biksu Qing Dao berusia 90 tahun, dia meninggal karena sudah tua. Walaupun begitu Shi Ma Qing tetap merasa sedih.
Sekarang karena tiba-tiba dia melihat ada kericuhan di tempat duka gurunya, mana bisa dia menahan kemarahannya?
Kain-kain panji berjatuhan, orang-orang yang membuat keadaan kacau menjadi seperti itu merasa malu dan mereka pun tidak berdesak-desakan lagi, mereka malah ingin kabur dari sana. Shang Guan Hong saat itu sedang memegang 3 batang dupa. Dia tidak tahu harus bagaimana cara mengatasi keadaan itu. Dengan marah Shi Ma Qing mendekatinya, dia memberi hormat dan berkata, “Guruku tidak bisa menerima kebaikanmu. Tempat di Xi Hu sangat luas, silakan kau pesiar ke sana sambil menikmati keindahan alam, dan juga tempat yang sangat cocok untuk membuat orang berdesak-desakan.…”
Kata-katanya sangat menusuk hati, membuat Shang Guan Hong terpaku. Zhao Ying Xue yang berada di pinggir berteriak, “Kakak Shi Ma, jangan menyalahkan Kakak Shang Guan.…”
Dengan santai Shi Ma Qing berkata, “Aku tidak menyalahkan siapa pun, guruku disemayamkan di tempat duka, dan tempat ini menjadi ricuh, ini adalah kesalahan muridnya yang tidak bisa menjaga ketenangan. Siapa yang harus disalahkan dengan adanya kejadian seperti ini?”
Biksu Song Yue adalah kepala upacara duka, walaupun hatinya tidak setuju dengan keadaan ini tapi dia berusaha untuk menahan diri. Dia segera berkata, “Adik, Pendekar Shang Guan Hong baru datang dari tempat jauh, dia sangat menghormati guru. Kita tidak boleh berbuat tidak sopan, apalagi semua ini bukan salahnya!”
Kata Shi Ma Qing, “Kakak Tertua, hari ini guru akan dikremasi, kepada tamu-tamu yang berpakaian berwarna terang, sepertinya kita tidak bisa menerima kehadiran mereka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar