Selasa, 06 Juli 2010

Terbang Harum Pedang Hujan

BAB 1



Golok bergigi

Di sebuah gubuk. Suara ayam jantan yang berkokok baru terdengar...

Di pagi hari di musim dingin, seorang pemuda berperawakan tinggi besar, tampan serta gagah membuka pintu penginapan satu-satunya yang ada di desa terpencil itu. Dia mengeluarkan seekor kuda ternama berwarna merah kecoklatan, yang dianggapnya sebagai barang yang lebih penting dibandingkan nyawanya. Dia menghirup udara, dan hawa dingin dengan cepat masuk ke dalam paru-parunya yang hangat.

Sudut mulutnya tampak terangkat hingga membentuk senyum, senyum angkuh dan penuh ejekan. Setelah dia naik ke atas kuda, segera kuda itu melaju dan meninggalkan jejak kakinya yang berurutan. Di pelana kuda tergantung dua benda berat, benda itu terbungkus dengan rapi. Tapi pada saat kuda mulai berlari, kedua benda itu beradu sehingga menimbulkan suara, ternyata kedua benda itu terbuat dari besi, karena kuda berlari maka kedua benda itu pun bersenggolan dan mengeluarkan bunyi.

Dia tidak berusaha menarik perhatian siapa pun, karena sekarang dia tidak berniat di pagi hari yang begitu dingin, menyapa orang-orang, kalau ada yang mengetahui siapa dia sebenarnya, mungkin keadaan akan berbeda.

Selama beberapa tahun ini dia adalah orang terkenal di dunia persilatan. Dia adalah Tie-ji-wen-hou (Golok bergigi), Lu Nan-ren. Dalam waktu singkat dia telah menjadi sangat terkenal, semua itu bukan tanpa alasan. Pertama, karena dia mempunyai seekor kuda yang jarang ada di dunia ini, selain kudanya dia juga mempunyai keahlian yang tinggi. Baik ilmu luar atau ilmu dalam, ditambah lagi dengan dua senjata anehnya...sepasang golok bergigi, membuatnya dalam waktu singkat dia berhasil mengalahkan orang-orang persilatan yang mengganggunya. Di antara orang-orang yang mengganggunya tentu saja ada beberapa orang yang merupakan jago kelas satu.

Alasan lain adalah karena ketampanannya, karena ketampanannya pula dia mendapatkan cinta si cantik dari dunia persilatan, Xiao-hun-fu-ren Xue Ruo-bi. Hingga Tie-ji-wen-hou Lu Nan-ren dan Xue Ruo-bi menjadi sepasang suami istri yang membuat iri orang-orang persilatan. Perasaan iri ini pasti bersamaan muncul dengan perasaan cemburu.

Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren dengan santai dan luwes duduk di atas kuda yang berlari dengan cepat, tangan kanannya memegang tali kekang kuda. Bulu kudanya mengkilat dengan indah dan beterbangan tertiup angin.

Jalan yang dilewati kuda dan orang tampak penuh dengan debu beterbangan bercampur salju. Selain tanpam berilmu silat tinggi Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren pun mempunyai sepasang mata yang berkilau. Dia jarang mau pergi kemana-mana sendiri, dia selalu ditemani oleh Lu-bu yang juga seorang pemuda gagah. Dia selalu tidak mau pergi sendiri karena dia takut dalam perjalanannya banyak gadis-gadis akan terus mengikutinya. Mungkin saja, karena peristiwa seperti ini sering dialami olehnya.

Tapi...

Mengapa sekarang dia pergi sendiri? Di mana sang nyonya yang bernama Xue Ruo-bi? Mengapa akhir-akhir ini tertawanya yang biasa menarik, tampak begitu sedih?

Kudanya berlari dengan cepat, tapi dia seperti tidak mempunyai tujuan dan arahnya tidak menentu.

Begitu tiba di kota ’Bao-ding’, dia tidak segera masuk ke dalam kota, dia hanya berkeliling di pintu kota, seperti sengaja menarik perhatian orang-orang. Terkadang dia mengeluarkan dan memasukkan senjata yang dibawanya.

Benar saja, tidak lama kemudian di kota Bao-ding segera tersebar kabar bahwa Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren berada di luar kota Bao-ding. Kabar ini membuat orang-orang persilatan merasa aneh. Ada apa dengannya?

Yang pasti semua itu bukan tanpa alasan, karena wajahnya yang tampan seperti sedang menunggu seseorang. Apakah hal ini tampak aneh?

”Di depan itu adalah pintu kota, dan letaknya dekat dengan kuil Wen,” dalam hati dia terus berpikir, tapi dia tetap tidak masuk ke dalam kota. Dia hanya berdiri di sisi sungai pelindung kota, dan terus berjalan tanpa tujuan. Kedua matanya tampak berkilau dan terus menatap ke arah pintu utama kota Bao-ding yang masih terbuka.

Tiba-tiba dari dalam kota Bao-ding muncul beberapa ekor kuda kekar, dilihat sekilas kuda-kuda itu terus berlari ke arahnya. Di antara para penunggang kuda itu, tampak seseorang yang mengenakan baju berwarna emas, sudut mulutnya terangkat sehingga terlihat angkuh. Kalau tidak diperhatikan dengan benar senyum itu tidak akan terlihat oleh siapa pun.

Setelah berjarak beberapa meter dari Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren, semua penunggang itu turun dari kudanya masing-masing. Salah satu laki-laki berbaju hitam menuntun kudanya berjalan ketempat agak jauh. Sedangkan 3 orang lainnya yang berbaju biru mengikuti orang berbaju emas itu, dengan langkah besar mereka mendekati Lu Nan-ren. Langkah mereka tampak sangat mantap. Tampak kalau mereka mempunyai dasar ilmu silat tinggi. Apalagi orang berbaju emas itu adalah seorang pak tua dengan perawakan pendek...kalau mengatakan dia adalah seorang pak tua, rasanya itu terlalu awal, tapi dari wajahnya bisa dinilai kalau kulitnya sudah tidak kencang lagi. Dia seperti lebih tua dari usia sebenarnya, mungkin lebih tua 10 tahun dari umur sebenarnya...tapi setiap langkahnya seperti langkah seekor gajah besar, membuat orang merasa aneh dengan kekuatan kakinya.

”Siapakah dia?” tanya Lu Nan-ren dalam hati, ’Apakah dia adalah Zhu-sha-zhang, You Da-jun? Kalau benar dia adalah orang itu, sepertinya cocok dengan keinginanku saat ini.”

Melihat orang itu, dia langsung merasa gembira, apa alasannya?

Dia sama sekali tidak bergerak dari atas kudanya. Begitu mereka tiba di hadapannya, mereka segera berpencar, sedang orang gemuk dan berbaju emas, Zhu-sha-zhang seperti gunung batu berdiri di hadapannya.

”Apakah kau tidak mengira, kalau aku bisa datang dari Jiang-nan?” Lu Nan-ren tertawa menghina.

Wajah You Da-jun tampak terkejut, tapi dia tetap dapat menutupi dengan baik semua perubahan wajahnya, di balik daging yang sudah kendur itu.

”Aku memang merasa aneh, aku merasa mengapa kau tidak segera lari, melainkan malah berani muncul di sini.”

Lu Nan-ren tertawa panjang:

”Mengapa aku tidak berani muncul di sini? Apakah menurut kalian aku takut kepada kalian?” wajahnya tampak dingin, kalian menginginkan aku lemah dan tidak bisa kembali ke rumah, aku pun akan membalas supaya kalian merasa tidak tenang, di Jiang-nan, aku tidak bisa mengalahkan kalian, tapi di sini, aku tidak akan takut kepada kalian, tikus-tikus!”

You Da-jun mulai marah, kemarahan membuat wajahnya menjadi merah:

”Baiklah, baiklah! Marga You hari ini akan memperlihatkan kehebatan Tian-zheng-jiao yang terkenal kuat di daerah dua sungai ini,” karena takut perkataannya kurang jelas dia menambah-kan lagi, ”Sobat, kau bukannya cepat pergi meng-hindari bahaya malah ingin mengadu kekuatan dengan Tian-zheng-jiao, apakah karena kau sudah bosan hidup? Hei..marga Lu, turunlah! Biar aku yang memberi pelajaran kepadamu!”

Lu Nan-ren tertawa, bersamaan tawanya dia sudah turun dari kudanya dengan cepat dan lincah, Kedua senjata yang dipegangnya tampak begitu berat tapi ketika dipegang olehnya seperti dua batang kayu.

”Sobat, jangan bicara terus, majulah!”

”Aku marga You dalam bertarung tidak per-nah membutuhkan senjata.” tiba-tiba dia mem-bentak, tangannya sudah melayang ke depan dada Lu Nan-ren.

Ditengah-tengah telapaknya tampak ada warna merah, Lu Nan-ren berpikir, ’Dia hampir sempurna menguasai telapak Zhu-sha-zhang’, diiringi tawanya yang dingin dia melemparkan kedua senjata yang dipegangnya ke bawah.

”Bertarung dengan kalian yang hanya tingkat tikus, aku pun tidak membutuhkan senjata.” kata-katanya membuat Zhu-sha-zhang marah, dia menyerang arah kepala Lu Nan-ren.

Angin telapak berhembus keras, tenaga telapak tangannya benar-benar kuat, Lu Nan-ren tidak berani menyambutnya secara langsung, tubuhnya digeser kesamping untuk menghindar, tapi Zhu-sha-zhang You Da-jun sudah membentak dan menyerang lagi.

Zhu-sha-zhang telah menguasai wilayah dua aliran sungai, tenaga telapaknya bisa dikatakan termasuk paling hebat dan kedudukan-nya di Tian-zheng-jiao berada di posisi penting.

Hanya saja walau tenaga telapaknya sangat kuat, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak dengan lincah, tenaganya yang bisa membuat gunung terbelah, tapi sulit menutupi gerakan tubuhnya yang tidak lincah. Kalau dia benar-benar bertemu dengan pesilat tangguh, dia tentu berada di pihak yang dirugikan. Tentu saja dia sangat mengerti hal ini, karena itu setiap kali menyerang, dia akan menggunakan tenaganya hingga 90% dan setiap serangan yang dilancarkan adalah serangan mematikan. Sekarang dia berniat membunuh pemuda yang masih muda tapi sudah terkenal yang berjuluk Tie-ji-wen-hou.

Tenaga dan bayangan telapak membuat Tie-ji-wen-hou seperti tidak mempunyai kekuatan membalas!

Tiga orang berbaju biru yang menyaksikan jalannya pertarungan, tampak berseri-seri, masing masing mempunyai pikiran, ”Tie-ji-wen-hou, Lu Nan-ren telah menanggalkan senjatanya, dan sekarang dia menjadi orang yang tidak berdaya.” tapi di samping merasa gembira mereka juga merasa menyesal.

”Mengapa sejak awal bukan kami saja yang bertarung dengan marga Lu ini, sepertinya kami pun bisa mengalahkan dirinya, dan kami bisa menjadi terkenal! Apalagi kalau ketua kami tahu, kami akan naik pangkat beberapa tingkat, tentu juga dia akan iri,” dengan iri mereka terus melihat You Da-jun yang mengenakan baju emas, dan berkata lagi dalam hati, ’kami pun bisa mengena-kan baju berwarna emas seperti dia!’

Dalam hati mereka berpikir seperti itu, begitu pula dengan You Da-jun, terlihat wajahnya gembira. Jurusnya bertambah ganas, dia ingin sekaligus membuat Lu Nan-ren mati. Kecuali Tian-zheng-jiao berselisih dengan Tie-ji-wen-hou, dia juga ingn membalas dendam, di samping itu dia ingin membunuh Tie-ji-wen-hou yang terkenal di dunia persilatan, bila dia berhasil membunuh Lu Nan-ren, maka dia akan bertambah terkenal di dunia persilatan.

Sekarang posisinya berada di atas angin, tapi dalam beberapa puluh menit ini dia tetap tidak bisa memenangkan pertarungan ini. Jurus-jurus Tie-ji-wen-hou tampak semakin melambat.

Semangat Zhu-sha-zhang bertambah, dengan jurus berbahaya, kedua telapaknya dibuka dan dada tampak sebuah lowongan besar. Dari samping Lu Nan-ren bisa melihat lowongan ini dia tersenyum yang hampir tidak terlihat, dia maju selangkah, kemudian kedua jarinya diangkat dan dia menotok rusuk kiri You Da-jun.

”Orang ini telah tertipu,” pikiran itu melintas dengan cepat, dia membentak kemudian bagian dada dan perut ditarik, membuat jari Lu Nan-ren tidak bisa mengenai tempat yang diinginkan, kemudian tangannya membalas memukul. Tie-ji-wen-hou berteriak, kedua kaki-nya menapak tanah, kemudian seperti sebuah panah terus meluncur, dengan lincah dia melompat ke atas kuda yang sedang menunggunya, kemudian kuda itu berlari seperti sebuah panah yang meluncur dengan kencang.

”Ilmu meringankan tubuh pemuda itu benar-benar bebat.”

Setelah menyerang satu kali, Zhu-sha-zhang berhasil mengenai sasarannya, dia merasa sangat senang, tapi dia tidak berpikir jauh. mengapa orang yang bisa ilmu meringankan tubuh pada tahap sudah tinggi malah kalah darinya?

Ketiga orang berbaju biru itu mengeluarkan suara bentakan mengejar Tie-ji-wen-hou yang sudah berlari jauh, dengan senang You Da-jun berkata:

”Orang itu sudah terkena pukulanku, dia tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.” dia tertawa, ”kita pelan-pelan bisa mengejarnya, kita tinggal mengambil mayatnya saja.”

Kata-kata Zhu-sha-zhang, You Da-jun tentu bukan asal bicara, orang berbaju biru itu yakin sekali dengan kata-katanya, sayang mereka tidak tahu, sesuatu telah terjadi di luar dugaan mereka!

Tie-ji-wen-hou berlari dengan kencang, begitu merasa jarak dengan mereka cukup jauh, dia berhenti di sebuah tempat terpencil lalu turun dari kudanya.

Pertama-tama dia meneliti dulu keadaan di sekelilingnya, setelah memastikan tidak ada siapa pun selain dirinya, dia baru melihat ke arah sungai pelindung kota. Walaupun sungai itu telah membeku, tapi terlihat permukaan sungai yang padat menjadi es hanya berupa lapisan tipis. Dia tertawa dengan puas melihat keadaan itu.

”Semua sangat cocok dengan keinginanku,” diam-diam dia berpikir, lalu dia membuka baju bagian atasnya, muncullah kulit yang ditumbuhi dengan bulu-bulu rambut, udara dingin dengan cepat berhembus ke tubuhnya. Tapi sepertinya dia tidak peduli, dari dalam sepatunya dia mengeluarkan sebuah pisau belati, lalu dengan cepat menggoreskan ketangannya, darah pun mengalir keluar.

Dia melakukannya dengan hati-hati supaya darah tidak sampai mengotori bajunya, dia menekan tangannya yang tergores dengan jarinya. Darah jatuh bercucuran ke bawah. Darah ini tidak bisa dibedakan apakah darah ini dari luka luar atau darah karena luka dalam yang dimuntah-kannya?

Dalam waktu yang singkat dia selesai melakukan semua pekerjaan itu, kemudian di tempat di mana kudanya ditambatkan yaitu di sisi sungai, dia membuat jejak kaki kudanya menjadi berantakan.

Semua ini membuktikan kalau Tie-ji-wen-hou telah terkena pukulan Tie-sha-zhang yang dilancarkan oleh You Da-jun dan dilakukan di luar kota Bao-ding.

Karena muntah darah terus menerus akhirnya dia mati, karena dia tidak ingin mayatnya jatuh ke tangan Tian-zheng-jiao, maka dengan sisa tenaga penghabisan dia menerjunkan dirinya ke dalam sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar