Diawali saat Liok Siau-hong bersama salah satu sahabatnya yang bernama Pui Giok-hui bertandang ke Rumah Judi Pancing Perak. Giok-hui adalah makhluk sejenis Siau-hong. Sama-sama tampan dan sangat suka menikmati hidup termasuk berjudi dan main perempuan. Begitu masuk ke dalam kasino mewah yang dimiliki kakak ipar Giok-hui itu, keduanya menjadi pusat perhatian seisi kasino kecuali seorang perempuan cantik yang tak acuh. Meski sudah diperingatkan Giok-hui, Siau-hong malah merasa tertantang untuk menundukkan perempuan yang dijuluki Gunung Es tersebut. Setelah mendapat tamparan keras dari perempuan yang bernama Ling Yak-sing itu, Siau-hong hampir menyerah. Tapi ia tidak bisa tinggal diam menonton Yak-sing disergap empat bertubuh besar. Sikap kepahlawanannya membuat Gunung Es mencair. Melihat perempuan dingin itu menjadi jinak, Siau-hong menurut saja saat hendak diajak ke kasino Pancing Emas dengan mata ditutup.
Liok Siau-hong tidak bodoh, tapi sangat suka tantangan yang menyerempet bahaya. Kadang ia terlalu percaya diri dengan kemampuan diri sendiri. Akibatnya ia terjebak dalam perangkap. Selama tiga hari tiga malam, ia disekap di sebuah tempat dalam kondisi tak sadarkan diri. Begitu sadar, berbagai masalah sudah menantinya. Gawatnya, semua masalah itu tidak ringan, semuanya kriminal. Dari pemerkosaan hingga pembunuhan. Ia tak hanya berurusan dengan polisi, tapi juga tiga tokoh kosen tua mengerikan.Namun bukan Liok Siau-hong namanya kalau tidak bisa kabur dari mereka. Ia tidak rela difitnah sekejam itu tanpa bisa membela diri. Ia bertekad tidak akan tertangkap sebelum dalang sesungguhnya terungkap. Penyelidikannya membawanya kembali ke Rumah Judi Pancing Perak. Ternyata tiga orang sudah menunggunya di sana. Pui Giok-hui, si Jenggot Biru dan istrinya, Pui Giok-hiang alias Ling Yak-sing. Bisa diduga kalau mereka yang menjebak Siau-hong. Ketiga orang itu berjanji akan membersihkan nama Siau-hong asal ia mau membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Si Jenggot Biru.Juragan kasino ini kehilangan Lo-sat-pai, sepotong batu kemala kuno yang merupakan benda pusaka Ma-kau, agama dari Barat. Lo-sat-pai sampai ke tangan Si Jenggot Biru setelah digadaikan oleh Giok Thian-po (putera mendiang Giok Lo-sat sang pemimpin Ma-kau) yang gila berjudi. Sialnya, Lo-sat-pai hilang dicuri Li He, salah seorang dari empat mantan istri Si Jenggot Biru. Masalah makin rumit setelah Thian-po mati terbunuh dan munculnya Swe-han-sam-yu, tiga tokoh kosen tua mengerikan yang ternyata tetua Ma-kau.Awalnya Liok Siau-hong menolak, tapi karena tidak ingin menghadapi Swe-han-sam-yu yang sudah menuduhnya membunuh Thian-po, ia terpaksa menemukan Lo-sat-pai bagi Si Jenggot Biru.
Di awal musim dingin, Siau-hong melakukan perjalanan menuju Rahasu di wilayah Utara yang sangat dingin, tempat di mana Li He dan ketiga mantan istri Si Jenggot Biru lainnya melarikan diri. Tapi ia merasa tenang biarpun terus dikuntit Swe-han-sam-yu. Ketiga kakek itu malah mengawal dan melindunginya karena sudah diyakinkan Si Jenggot Biru kalau hanya Siau-hong yang bisa merebut Lo-sat-pai kembali.Petualangan Pendekar Empat Alis kali ini diwarnai banyak perempuan berbahaya yang silih berganti mendatanginya. Setelah tertipu oleh Giok-hiang, ia lebih waspada. Ia tidak ingin tertipu lagi dan terlibat masalah dengan perempuan bersuami. Masalahnya ia mudah tergoda oleh perempuan cantik.Tak hanya perempuan yang menghampiri Siau-hong. Ternyata ada pihak-pihak lain yang juga menginginkan Lo-sat-pai sehingga sepanjang perjalanan ia mengalami penyerangan berkali-kali. Karena siapa pun yang memegang Lo-sat-pai berhak menjadi pemimpin Ma-kau. Padahal soal kehilangan Lo-sat-pai ini masih dirahasiakan dari umum.Seperti biasa, kisah petualangan Pendekar Empat Alis tidak pernah mengecewakan para pembacanya. Kita dibuat penasaran apakah Liok Siau-hong akan tertipu atau diserang lagi. Dan meski jagoan kita ini brengsek, tapi kita tetap bersimpati padanya bahkan mengaguminya. Khu Lung berhasil menciptakan seorang tokoh yang manusiawi dan Gan KL berhasil menyadurnya dengan bahasa yang lincah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar