Rabu, 06 Februari 2008

Pedang Amarah

Lui Tun menyaksikan udara makin hari makin bertambah dingin, jari jerami tangannya yang ramping dan putih bagaikan salju seakan terendus kembali udara segar bercampur bunga bwee. Penyakit yang dideritanya adalah musim dingin yang membeku atau musim semi?

Siapakah yang dapat menggambarkan perasaan hati Lui Tun? Dipermainkan oleh nasib, diombang-ambing oleh perasaan cinta dan juga dendam. Ang siu to So Bong-seng, Locu dari Kim-hong-si-yu-lau, seseorang yang pernah dicintainya sepenuh hati bahkan merupakan tunangannya, sekarang adalah pembunuh ayahnya.

Satu yang pasti, hatinya kini telah mantap, keputusan telah diambil, So Bong-seng hanya boleh sakit, tak boleh mati. Sebab dia ingin dan harus membunuhnya, membunuh dengan tangan sendiri. Didunia ini, hanya dia seorang yang berhak dan layak menghabisi nyawa So Bong-seng.

Menyadari perbedaan pandangan serta prinsip yang semakin meruncing antara dirinya dengan Pek Jau-hui yang dapat berakibat terhambatnya kemajuan kim-hong-si-yu-lau, Ong siau-sik memutuskan untuk kembali ke balai pengobatan Jau-sik-cay, mengabdikan dirinya untuk mengobati rakyat kecil.

Secara kebetulan Ong siau-sik bertemu dengan Coa Keng, perdana menteri yang paling berkuasa di kerajaan waktu itu. Dengan ancaman kelangsungan hidup kim-hong-si-yu-lo, ia dipaksa melakukan sebuah rencana busuk yakni melakukan sebuah pembunuhan, pembunuhan yang mau tidak mau harus dia lakukan, demi kedua saudara angkatnya, demi Kim-hong-si-yu-lau, pembunuhan yang akan menggemparkan kotaraja........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar