Jumat, 03 Agustus 2007

Pendekar Riang

Pendekar Riang adalah Kwik Taylok, seorang pemuda
gagah yang ilmu silatnya tidak hebat-hebat amat, tapi
bercita-cita menjadi pendekar besar. Karena baru
berkelana dalam dunia persilatan, pengetahuannya akan
seluk-beluk dunia persilatan sangat cetek. Ia agak
lugu dan kadang sedikit tolol, tapi cepat mempelajari
segala sesuatu sehingga sering merasa sok pintar.
Hobinya mengoceh, boleh dibilang ia tidak kalah bawel
dari nenek-nenek. Meski tampak mengesalkan, tapi
hatinya baik, ramah, mudah tersentuh dan jatuh iba
pada sesama manusia.

Cerita dimulai dari saat Kwik Taylok terjun pertama
kalinya ke dunia persilatan setelah kedua orang-tuanya
meninggal. Ia ingin mengamalkan ilmu-ilmu silat yang
dimilikinya untuk membantu banyak orang. Belum apa-apa
ia sudah bangga bukan kepalang karena berhasil
menyelamatkan nyawa seorang congpiautau sebuah
piaukiok kecil. Hal ini membuatnya diterima menjadi
wakil dari congpiautau tersebut. Namun setelah
mengacaukan kawalan pertamanya, pahlawan kita ini
dipecat. Setelah berganti-ganti profesi yang hasilnya
malah membuatnya bangkrut habis-habisan dan kelaparan
setengah mati, ia terpaksa merubah cita-citanya dari
pendekar mulia menjadi perampok budiman. Maksudnya
perampok ala Robin Hood yang merampok harta orang kaya
untuk dibagikan pada orang miskin. Sialnya, ia salah
sasaran. Yang dimasukinya memang sebuah rumah megah,
tapi kosong melompong. Hok kui sanceng yang berlokasi
di pinggiran kuburan seperti rumah hantu. Tak ada
isinya kecuali sebuah ranjang besar dan sang pemilik
rumah bernama Ong Tiong yang kerjanya hanya
tidur-tiduran di atasnya. Walaupun begitu Kwik Taylok
merasa senang berteman dengan Ong Tiong dan sejak saat
itu ia tinggal di sana.

Beberapa hari kemudian datang seorang pemuda bernama
Yan Jit. Ternyata ia datang karena ingin bersembunyi
dari kejaran sekelompok preman cebol yang dijuluki
‘Semut’. Tak dinyana empat semut menyusulnya ke sana.
Terjadi perkelahian seru yang lucu antara Ong Tiong,
Kwik Taylok dan Yan Jit di satu pihak melawan empat
semut. Setelah kawanan semut berhasil diusir pergi,
Yan Jit menjadi orang ketiga dalam Hok kui sanceng.

Meski berteman, sikap Yan Jit tetap misterius. Ia
sering menghilang beberapa hari dan pulang dengan
membawa oleh-oleh aneh, dari seekor burung gereja
sampai arak beras ketan. Suatu hari ia pulang sambil
membawa seorang pemuda sekarat. Pemuda yang tidak jadi
mati setelah menenggak habis satu-satunya persediaan
arak mahal yang disimpan Ong Tiong selama
bertahun-tahun itu bernama Lim Taypeng. Dan Taypeng
juga akhirnya betah tinggal di dalam Hok kui sanceng
bersama ketiga teman barunya yang dekil.

Ong Tiong yang super pemalas, Kwik Taylok yang gesit
dan ceria, Yan Jit yang cerdik dan Lim Taypeng yang
kalem hidup bersama berbagi suka dan duka. Walau hidup
miskin hingga kelaparan, tapi tetap bahagia karena
memiliki sahabat. Dan juga karena Kwik Taylok selalu
menghangatkan suasana. Meski demikian pantang bagi
mereka untuk menanyakan persoalan pribadi dan masa
lalu masing-masing. Namun seiring berjalannya waktu,
rahasia masa lalu keempatnya terungkap satu persatu
hingga mempengaruhi jalinan persahabatan dan merubah
hidup mereka selanjutnya.

Khu Lung memang selalu mengambarkan persahabatan
dengan indah, lebih indah dari kisah cinta. Tapi
cersil ini cukup romantis dalam menggambarkan
jatuh-bangun pencarian cinta dari empat tokoh utama.
Sesuai judulnya, cersil yang menggambarkan indahnya
persahabatan dan kesetiakawanan yang tulus ini sangat
riang dan membuat pembaca gembira. Dibuka dengan kisah
kocak dan ditutup dengan kisah bahagia.

Bagi penggemar Khu Lung yang menyukai tokoh utama yang
cerdik bin sakti dengan alur cerita rapat penuh
tipu-daya dan pertarungan sengit, mungkin akan merasa
sedikit kecewa disuguhi cerita ringan yang dibumbui
kekonyolan di mana-mana. Tapi Pendekar Riang sama
sekali tidak bisa dikatakan jelek. Cerita mengalir
dengan lancar. Meski obrolan ngalor-ngidul kadang
terlalu panjang, tapi kata-katanya cerdas, menggigit
dan lucu. Adu siasat dan pengkhianatan juga tetap ada,
begitu pula dengan perkelahian biarpun porsinya
sedikit.

Yang mengasyikan walau sudah dibaca berkali-kali, buku
ini tidak akan membosankan. Pertama, karena bahasa
yang digunakan Tjan ID membuat cersil ini sangat enak
dibaca. Yang kedua, tampilan buku ini sangat rapi dan
enak dilihat karena Wastu Lanas Grafika mencetaknya
dalam kemasan deluxe. Ada dua pilihan, hardcover dan
softcover. Ada bonus pembatas buku pula. Gambar
sampulnya pun bagus, menggambarkan relasi keempat
sekawan ini dengan tepat. Coba semua cersil dicetak
sebaik ini. Biarpun harganya sedikit mahal, tapi buku
ini layak untuk dikoleksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar