Laki-laki itu marganya Ding, dipanggil Ding Ning. Dia adalah seorang yang dikenal sangat berbakat di dunia persilatan dalam kurun waktu 100 tahun ini. Kecepatan ilmu goloknya sudah bisa menyaingi Fu Hung Xue "
( nb : Fu Hung Xue (Pho Ang Swat), adalah tokoh utama bersama Yap Kay - dalam saga Salju Merah - juga karangan Gu Long diterjemahkan oleh Gan KH )
Cerita dibuka dengan peristiwa percobaan pembunuhan oleh tiga pembunuh bayaran paling berbahaya di dunia persilatan , yaitu : Xuan Yuan Kai Shan, Tian Ling Zhi, dan Mu Yang Er, mereka bertiga mendapat order dari seorang perempuan misterius, untuk membunuh Ding Ning.
Ding Ning yang ilmu goloknya dianggap setara dengan Fu Hung Xue lolos dari upaya pembunuhan tersebut, akan tetapi pada akhirnya harus tunduk terkena jebakan dari si perempuan pemberi order pembunuhan, yang belakangan diketahui bernama , Yin Meng - perempuan tercantik dalam dunia persilatan saat itu.
Buku ini adalah persembahan ketiga dari See Yan Tjindjin setelah Raja Naga Tujuh Bintang (2004) dan Darah Ksatria (2005). Walau masih terus "menyedot" tjinkeng2 lama untuk dikoleksi, Tjindjin juga konsisten mencetak terjemahan2 cersil baru untuk kita nikmati -walau dicetak secara terbatas- jadi kita musti bersyukur ada satu Tjindjin ini di Masjarakat Tjersil Indonesia.
Buku ini cukup tebal, 280 hal, mungkin setara dengan puluhan jilid bila dicetak dengan format jaman dulu, perlu ketekunan khusus untuk menuntaskan buku ini : alurnya lambat, cerita berputar-putar pada para pelaku yang tidak banyak jumlahnya. Satu per satu para pelaku cerita diberi porsi khusus untuk dibahas asal-usulnya, tinggal para pembaca dibiarkan untuk menebak motif dari tindakan para pelaku, untuk kemudian mengetahui siapa sebenarnya dalang dari peristiwa yang menjadi topik utama cerita ini.
Ding Ning, Hua Cuo, Mu Rong Qiu Shui, dan Wei Hao Ke adalah empat orang bersahabat sejak kecil. Hua Cuo yang terkenal sebagai seorang playboy tampan berjodoh dengan Yin Meng yang dijuluki si perempuan cantik nomer satu di dunia persilatan. Kelemahan utama dari Hua Cuo adalah kegemarannya akan ilmu golok dan ambisinya untuk menjadi si golok tercepat di dunia persilatan...yang kemudian memang membawanya kepada kematian.
Hua Cuo mati ketika sedang menepati janjinya untuk bertemu dengan Yin Meng setelah berpisah selama dua tahun, di hadapan Yin Meng tubuh Hua Cuo terbelah dua dengan rapi, tanda pekerjaan seorang yang sangat ahli dalam ilmu golok. Di lain pihak Ding Ning sudah terkenal akan kecepatan goloknya di dunia persilatan.
Di dukung sebuah kejadian kebetulan, Yin Meng berkesimpulan bahwa Ding Ning lah tersangka utama pembunuh Hua Cuo, segala cara dikerahkan sampai akhirnya Ding Ning jatuh juga dalam cengkramannya. Dalam upaya pembalasan dendam, Yin Meng telah menyiksa Ding Ning dengan merubah wajahnya sehingga tidak dapat dikenali lagi, menjahit matanya sehingga tidak bisa melihat, dan menjahit lidahnya sehingga tidak bisa berbicara, selain itu urat2 kakinya telah diputuskan sehingga boleh dibilang Ding Ning telah mati walau masih hidup.
Lebih jauh, Ding Ning kemudian diserahkan kepada Mu Rong dan Wei Hao ke untuk diurus diberi makan dijaag agar tetap hidup, dengan tujuan agar tetap tersiksa. Mu Rong dan Wei tidak menyangka kalau orang yang diserahkan kepada mereka adalah Ding Ning, sang sahabat di masa kecil, sampai akhirnya mereka sadar kalau tawanan mereka itu adalah Ding Ning dan pada dasarnya mereka berdua telah dijebak oleh Yin Meng , terseret ke dalam intrik yang bisa berakibat fatal.
Ding Ning selain ber ilmu golok tanpa tandingan juga ternyata berasal dari keluarga terpandang ber-ayah seorang jendral, apabila ayahnya tahu kalau Ding Ning telah disiksa macam begitu tidak terbayangkan akibat apa yang akan terjadi pada Murong dan Wei Hao Ke. Alih2 membebaskan, mereka berdua malah ber-kolusi untuk sekalian membunuh Ding Ning tanpa sepengetahuan Yin Meng agar terbebas dari jebakan dan bahaya.
Dan dari sini cerita dimulai.
Cerita kemudian berputar putar pada rencana yang diatur rapi oleh Mu Rong untuk melenyapkan Ding Ning dengan meminjam tangan seorang algojo , bernama Jiang Duan Xian. Mu Rong mengatur agar Ding Ning dituduh sebagai penjahat dalam penjara yang akan dihukum mati - sebuah ritual biasa yang terjadi di penjara kota itu - , dan Jiang Duan Xian kebetulan berprofesi sebagai eksekutor di penjara kota itu.
Jiang ternyata bukan algojo biasa, asal usulnya juga hebat dan misterius, pernah dalam sehari membunuh 30 jago di sebuah desa dan dari 10 kali bertanding golok, hanya kalah satu kali. Ding Ning lah yang pernah mengalahkannya, dan Mu Rong dengan sangat rapi telah mengatur agar Jiang tahu bahwa yang akan di eksekusinya adalah Ding Ning.
Tentu saja Jiang yang memang dendam dengan Ding akibat kekalahannya tempo hari tidak akan menolak untuk mebunuh Ding Ning, tapi apakah Jiang benar2 ingin membunuh Ding ?
Jiang terkenal sebagai ahli golok yang bahkan disaat mandi pun selalu membawa golok, sebuah kebiasaan yang disebut mirip dengan Feng Si Niang - pacar Xiao Shi Yi Lang.
(nb : Xiao Shi Yi Lang adalah tokoh utama dari Cinta Kelabu Seorang Pendekar-Tjan ID / Anak Berandalan-OPA )
Juga terlibat satu gadis berusia 18 tahun bernama Pan Pan , yang berprofesi sebagai wanita penghibur pacar dari Mu Rong. Ding Ning pernah melepas budi pada Pan Pan , dan untuk menebus kebaikan Ding pada dirinya, Pan Pan berusaha keras dengan segala cara untuk membebaskan Ding Ning dari kurungan Mu Rong dan Wei. Tentu para pembaca sudah paham, apabila seorang perempuan bilang segala cara, maka cara yang paling ampuh adalah dengan menggunakan tubuhnya.
Demikianlah cerita berputar putar diantara Ding, Wei, Mu Rong, Yin Meng, Pan Pan dan Jiang. Dan ternyata ada cerita rahasia tersembunyi melibatkan Ding, Jiang dan Huo Cuo yang berujung pada kematian Huo Cuo.
Benarkah Ding yang membunuh Huo ? - kalau dia bukan pembunuhnya , kenapa dia tidak membantah ketika Yin Meng menuduhnya sebagai pembunuh Huo Cuo.
Kemudian, apakah sebenarnya motif utama dari Mu Rong mengatur rencana rapi agar Ding dapat dibunuh dengan meminjam tangan Jiang...? Tentu ada alasan khusus lebih dari sekedar menghindar dari kesulitan sehingga Mu Rong harus mengerahkan semua kepandaiannya mengatur peristiwa hukuman mati bagi Ding.
Memang melelahkan membaca buku ini sampai tamat, yang tidak terbiasa dengan gaya cerita percakapan tanpa narasi dari narator akan capek sebelum sampai tujuan. Membaca percakapan antar para tokoh dalam cerita ini juga lama2 membosankan (tapi kalau percakapan2 ini dilewatkan, kuatir juga kalau ada details yang terlewat, nanti malah menjadi makin membingungkan), mereka bersilat lidah dengan kalimat pendek pendek berakhiran tanya dengan paragraf yang juga pendek menusuk.
Sekedar petunjuk bagi yang belum membaca, jangan dilewatkan 5 halaman awal - baca sungguh sungguh, .. karena sebenarnya semua peristiwa yang terjadi di buku ini - segala kesalah pahaman - bermula di 5 halaman awal. Kuncinya ada di 5 halaman awal - seputar misteri terbunuhnya Huo Cuo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar