Jumat, 11 Januari 2008

Pedang Bunga Mei

PEDANG BUNGA MEI

Jilid ke satu

BAB 1

Bertarung di padang salju

Mei Hua mekar lebih awal dari musimnya. Udara terasa begitu dingin tapi bunga-bunga itu masih mekar dengan indahnya, dengan pohon cemara dan pohon bambu, mereka disebut sebagai 3 kawan baik.

Di luar kota Kun Ming, di Gunung Wu Hua, Mei Hua mekar di atas permukaan salju yang tebal, walaupun lapisan salju sangat tebal tapi Mei Hua tetap mengeluarkan harum yang terasa begitu segar, membuat hati setiap orang ikut merasa segar.

Di belakang gunung, di atas tumpukan salju putih, banyak pohon Mei yang sudah tua. Umurnya sudah ratusan tahun, ranting-rantingnya keras seperti potongan besi. Bunga bermekaran begitu banyak, alam terlihat begitu indah, benar-benar seperti pemandangan di surga.

Sore telah tiba, udara terasa dingin dan hari hampir gelap, Mei Hua terlihat lebih menarik lagi. Di tempat di mana Mei Hua mekar begitu banyak, terdengar ada seseorang yang menarik nafas panjang, lalu pelan-pelan terlihat ada seorang pelajar mengenakan topi kotak berjalan keluar. Dari manakah datangnya pelajar ini?

Dengan santai dia mengelilingi taman bunga Mei ini, menikmati Mei Hua yang sedang bermekaran, tapi di atas permukaan salju yang tebal tidak terlihat jejak kakinya. Dia berdiri di sebuah pohon Mei yang sudah tua, dengan teliti melihat Mei Hua yang ada di atas pohon itu. Baju yang melekat di tubuhnya mengikuti tiupan angin terus bergerak-gerak. Di saat sekarang dan di tempat seperti ini melihatnya, benar-benar seperti melihat dewa langit.

Hari begitu sunyi, suara serangga pun tidak terdengar, karena udara sekarang terasa begitu dingin tampak sosoknya. Dia memungut sepotong ranting kering, lalu menggoreskan ranting itu di atas salju, hanya beberapa goresan, tapi dia telah menghasilkan sebuah lukisan bunga Mei yang indah. Dan dengan sombong dia berdiri di atas salju, dia melukis dengan sempurna.

Dari kejauhan terdengar ada suara orang tapi suara itu sangat kecil dan masih berada di tempat jauh. Wajah pelajar itu tampak berubah, disudut mulutnya menjadi terangkat dia tertawa dingin, ketika tangannya sedikit diangkat, dan ranting pohon kering itu sudah melayang dan menancap di permukaan batu gunung itu.

Dia melihat ada beberapa sosok orang di kejauhan, hanya dalam waktu singkat mereka sudah berada di depannya. Kecepatan mereka tidak terbayangkan, tapi orang itu hanya tertawa menghina, ekspresi wajahnya terlihat lebih dingin lagi.

Beberapa sosok itu tampak berputar sebentar, lalu mereka berjalan menuju tempat di mana dia berdiri. Terdengar dia berkata pada dirinya sendiri, ”Mengapa hanya ada 4 orang? Apakah kali ini keinginanku tidak terlaksana lagi?”

Keempat orang tadi, begitu tiba di depannya pada jarak 5-6 meter langsung berhenti. Kemudian salah satu dari mereka yang wajahnya tampak merah dan bertubuh tinggi, penampilan-nya seperti seorang pendeta, sambil tertawa dia berkata, ”Shen Jun benar-benar datang tepat pada waktunya, malah kami yang terlambat datang.”

Suara tawanya terdengar menggema di lembah itu. Gema itu terus terdengar sambung-menyambung. Dengan dingin Shen Jun melihat mereka berempat, kemudian sorot matanya berhenti pada seorang pak tua yang perawakan-nya kurus dan kering.

Pak tua itu mengenakan mantel yang terbuat dari sutra, di punggungnya terselip pedang. Pedang itu sangat panjang. Tubuhnya yang kurus dan kering menggendong pedang. Pedang itu sangat panjang dan hampir mengenai tanah. Semua itu terlihat lucu walaupun tubuhnya kurus dan kering, tapi dahinya tampak lebar, sorot matanya seperti burung elang yang siap memangsa buruannya. Membuat siapa pun yang melihatnya menjadi takut.

Wajah mereka seperti sedang tertawa tapi tawa mereka adalah tawa terpaksa, walaupun tertawa tapi mereka tetap terlihat takut dan juga terkejut. Ekspresi ini merupakan kebiasaan manusia saat menghadapi ketegangan. Apalagi salah satu dari mereka yaitu seorang pemuda tampan, bisa dikatakan sekarang ini dia tampak gemetar. Wajahnya yang tampan tidak terlihat bercahaya, malah tertutup dengan aura kematian.

Semua ekspresi mereka tidak bisa lolos dari pandangan pelajar itu. Matanya dengan cepat berkedip, dia tertawa, ”Baiklah, baiklah, dari lima orang ketua lima perkumpulan, hari ini telah datang 3 orang, benar-benar membuat aku, Mei Shan Ming merasa gembira, tapi...”

Wajahnya tampak berubah, sorot matanya mengeluarkan aura membunuh yang menakut-kan, dengan dingin dia berkata lagi, ”Orang Kun Lun Pai, Ling Kong Bu Xu dan Ketua Dian Cang Bai, Zui Feng Jian, Xie Xing, mengapa mereka tidak datang? Apakah mereka berniat meremeh-kan Mei Shan Ming?”

Pendeta yang wajahnya merah itu adalah ketua dari 5 perkumpulan, dia adalah Ketua Wu Dang, Biksu Chi Yang, mendengar kata-kata pelajar itu, dia tertawa, ”Mereka tidak berani mengabaikan perintah Anda untuk tidak hadir, hanya saja...”

Pak tua kurus kering itu langsung menyambung, ”Ada seseorang yang kemampuan-nya 10 kali lipat lebih hebat darimu.”

Kedua mata Mei Shan Ming terbuka lebar, dengan cepat dia melihat pak tua itu dan bertanya, ”Siapa orang itu? Aku ingin mengenal-nya.”

Wajah pak tua itu tampak tersenyum, tapi dia berusaha menghilangkannya, ”Kalau kau bisa bertemu dengan orang itu, aku yang bernama Li E, adalah orang pertama yang akan ikut merasa senang.”

”Apa maksudmu?” tanya Mei Shan Ming.

Biksu Chi Yang cepat berkata, ”Shen Jun, Anda jangan marah dulu, Zui Feng Pendekar Xie dan Ling Kong Bu Xu, Pendekar Zao sudah meninggal beberapa bulan lalu karena itu mereka tidak bisa memenuhi janji 3 tahun lalu, tapi...” dia menunjuk pemuda tampan itu dan berkata lagi, ”Dia adalah Ketua Dian Cang Pai generasi tujuh, penerus Zui Feng Jian, Pendekar Xie, dia bernama Luo Ying Jian Xie Chang Ji. Hari ini dia datang mewakili ayahnya untuk menepati janji denganmu.”

Mei Shan Ming masih memandang Li E dengan pandangan tajam, kemudian beralih kepada Xie Chang Ji, ”Adik Xie sangat tampan dan tampak luar biasa, orang yang telah meninggal ternyata mempunyai keturunan begini gagah, benar-benar membuatku merasa kagum. Karena hal ini menyangkut generasi kami, biarlah semua ini kami yang membereskannya, aku berharap Adik Xie jangan ikut campur dalam masalah ini.”

Hati Xie Chang Ji dalam sekejap seperti ada gelombang laut yang menerpanya, tentu kata-kata Mei Shan Ming telah mengenai isi hatinya yang paling dalam. Tapi dia dilahirkan di kalangan keluarga pesilat, dan sekarang dia menjabat sebagai ketua salah satu perkumpulan, banyak hal yang memaksanya untuk melakukan sesuatu demi nama baik perkumpulan Dian Cang Pai, dan juga demi kedudukannya di dunia persilatan. Dia menekan perasaannya supaya tidak tampak di wajahnya.

Kedua matanya memandang ke tempat jauh kemudian berkata, ”Perkataan Tuan memang masuk akal, tapi sebagai seorang laki-laki harus dipegang teguh janji, ayahku dan Shen Jun sudah berjanji, aku anggap janji ini adalah pesan terakhir ayah sebelum meninggal, maka aku datang menepati janji dengan Shen Jun, tentang menang atau kalah, mati atau hidup, aku tidak berhak menentukannya.”

Mei Shan Ming tersenyum dan mengang-guk, dalam hati dia kagum pada keberanian pemuda ini.

”Sifat setiap orang memang tidak sama, kita tidak boleh memaksanya, kalau sifat Adik Xie seperti ini, aku benar-benar kagum padamu.”

Perkataannya baru selesai, dia kembali pada sosoknya yang dingin dan kejam, dia membalikkan wajahnya dan berkata pada Pendeta Chi Yang, ”Tiga tahun lalu, kelima perkumpulan kalian telah mengundang semua pendekar dunia persilatan pergi ke Tai Shan untuk memperebutkan gelar ’Tian Xia Di Yi Jian Shu’ (Jago pedang nomor satu).”

Dia tertawa sambil memandang ke atas, tawanya yang panjang membuat bunga Mei jatuh berguguran dari pohonnya.

”Aku, Qi Miao Shen Jun (Tuan tujuh keanehan), tidak akan berbuat seperti kalian, yang gila nama dan berniat merebut gelar itu, kalau kalian suka kalian bisa mendapatkan gelar Tian Xia Di Yi Jian Shu, hal ini tidak menjadi masalah untukku, tapi aku sama sekali tidak menduga, yang menamakan dirinya sebagai ketua perkumpulan lurus malah bergabung dan membuat masalah menjijikkan, 5 pedang berga-bung sehari sebelum bertarung, kalian telah melukai teman baikku, Dan Jian Duan Hun, Wu Zhao Yu di sebuah air terjun...”

Bahu Li E tampak sedikit bergetar, tapi dia segera berlari ke hadapan Mei Han Ming dan memotong kata-katanya, ”Tidak perlu membicara-kan terus masalah ini, hal itu semua bisa terjadi karena keinginan Wu Zhao Yun sendiri, jangan salahkan siapa pun. Hari ini kami telah datang dari jauh untuk melihat beberapa macam permainan dari Qi Miao Shen Jun, apa syaratmu, harap katakan saja sekarang, kami akan melayani keinginanmu satu per satu.”

”Aku takut, sebelum sampai pada tahap ke 7 macam keahlianku, kalian sudah tidak sanggup,” sahut Mei Shan Ming.

Walaupun Mei Shan Ming menyindir dan marah-marah, tapi Pendeta Chi Yang tetap tampak tenang dan tertawa, ”Tentu saja, ilmu pedang, ilmu meringankan tubuh, pukulan tangan kosong, puisi, sastra, melukis, perempuan, keanehan Qi Miao Shen Jun, memang tidak bisa kami tandingi, kami tidak seperti Shen Jun dalam bidang sastra ataupun ilmu silat sama-sama begitu tinggi dan hebat.”

Li E yang berdiri di sisi Mei Shan Ming menambahkan, ”Apalagi yang terakhir, keanehan Shen Jun, kami benar-benar tidak sanggup menandingimu.”

Pendeta Chi Yang tertawa, ”Kata-kata Pendekar Li benar, Shen Jun seorang mata keranjang, tapi kami hanya pak tua yang sudah uzur, kami mengaku kalah, hari ini aku dan Kong Dong Pai, Pendekar Li, E Mei, Ku An Shang Ren, dan Dian Cang Pai, Luo Ying Jian, Xie Chang Ji, datang menepati janji, kami hanya ingin melihat ilmu pedang dan ilmu tangan kosong Shen Jun, kalau kami beruntung kami bisa menang satu kali, setelah itu kami baru ingin melihat ilmu meringankan tubuh Shen Jun, tentang puisi, melukis, dan perempuan, kami memang tidak bisa mengalahkanmu.”

Mei Shan Ming tertawa dingin, ”Itu lebih baik, pertama aku ingin melihat ilmu pedang yang diakui oleh orang yang mengaku dirinya sebagai Tian Xia Di Yi Jian Shu sebenarnya sampai di mana? Dan aku ingin tahu mengapa dia begitu sombong?”

Sudut mulutnya terangkat, terasa ada aura membunuh, dia melanjutkan lagi, ”Kalau kalian mempunyai ilmu silat yang bagus, keluarkan saja semuanya, aku tidak akan membuat kalian kecewa, yang terpenting orang yang telah masuk ke lembah ini, kalau hari ini tidak bisa mengalahkanku, jangan harap bisa keluar dari lembah ini hidup-hidup. Dan kalau aku kalah di tangan kalian, aku juga tidak akan berpikir untuk terus hidup dan meninggalkan lembah ini. Kata-kataku sudah sangat jelas, kalian tidak perlu memikirkan aturan dunia persilatan, bagaimana kalian menghadapi Wu Zhao Yun, sekarang silahkan gunakan cara itu menghadapiku sekarang!”

Hari sudah gelap, di langit tidak ada bulan maupun bintang, tapi karena salju bertumpuk di bawahnya maka tidak terlihat kalau langit begitu gelap. Ditambah lagi tenaga dalam mereka sangat tinggi. Dalam kegelapan melihat benda apa pun, walaupun bukan pagi hari tapi mereka masih sangat jelas melihat semuanya. Sorot mata Mei Shan Ming seperti listrik dengan cepat melihat ke arah mereka. Wajah mereka memang tidak terlihat santai tapi mereka seperti sudah menyusun rencana menghadapinya.

Hatinya sedikit bergerak kemudian dia berpikir, ”Apakah mereka mempunyai rencana licik dan aku tidak bisa memecahkan rencana mereka? Tapi walaupun kelima orang itu bergabung, belum tentu mereka bisa melukaiku.”

Li E dengan dingin berkata, ”Tuan benar-benar sangat cepat dan perkataan pun sangat ringkas, aku suka dengan orang seperti itu, sekarang jangan banyak bicara lagi, kita bereskan semuanya, lebih cepat lebih baik!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar