Sabtu, 26 Desember 2009

Hawa Pedang Membekukan Es

Cerita di mulai dari seorang pembunuh bayaran bernama Cia Kim-in mendapat tugas membunuh seluruh keluarga Suma Toh-wan yang terdiri 18 jiwa.

Sesudah berhasil malaksanakan tugasnya, di dalam sebuah perahu dia bertemu dengan seorang wanita penyanyi bernama Cu-lan, di loloh dengan arak dan rayuannya Cia Kim-in menjadi lupa diri dan tanpa sadar melakukan hubungan suami istri.

Ternyata Cu-lan adalah anak Tiauw Hui-seng ketua Tai-tiauw-po yang telah di bunuh oleh Cia Kim-in. Tiauw Cu-lan bersama suaminya Kau Ju-san menjebak dan ingin membunuh Cia Kim-in tapi tidak berhasil, malah Kau Ju-san akhirnya mati di bawah pedang Cia Kim-in..

Dua puluh tahun kemudian, muncul sorang pemuda bernama Tiauw Ci-yan, dia adalah anak hasil hubungan dari Tiauw Cu-lan dan Cia Kim-in, dia mendapat perintah rahasia dari gurunya untuk menyelidiki pembunuhan yang terjadi di Tai-tiauw-po dan membunuh Cia Kim-in.

Tiauw Ci-yan dari seorang pesilat muda yang berilmu biasa-biasa saja, dalam pengembaraannya, secara tidak terduga mendapat keberuntungan dari beberapa tokoh persilatan yang merupakan legenda kaum persilatan, akhirnya dia menjadi seorang pesilat yang sangat tinggi ilmunya.

Apakah dia akan berhasil membunuh Cia Kim-in?

Apakah dia akan berhasil menyelidiki rahasia pembunuhan di Tai-tiauw-po?

Dua Musuh Turunan

Rating : ****
Judul asli : Ping Zong Xia Ying Lu
Pengarang : Liang Yusheng (Nio Ie Seng, 1922- )
Penerbit : PT Wastu Lanas Grafika ― Surabaya
Penerjemah : Oey Kim Tiang (O.K.T., 1904-1995)
Cetak terbatas : 2005 ― 400 eksemplar
Jilid : 3 (tiga) jilid

" Siapakah yang menyanyikan lagu-lagu Souwtjioe dan Hangtjioe ?, Bunga teratai harum sepuluh lie, bunga koei dimusim Tjioe. Siapa tahu, rumput dan kayu dasarnya tidak berperasaan !, menyebabkan sungai Tiangkang jadi laksa'an tahun kedukaan "

Syair di atas adalah modifikasi dari karyanya penyair Tjia Tjie Houw, seorang penyair terkenal di jaman kerajaan Song menceritakan tentang kejadian di sungai Tiangkang, satu peristiwa yang menyimpan laksa'an kedukaan, dan selalu dikenang sampai beberapa generasi setelahnya.

Masih menggunakan kejadian di sungai Tiangkang itu sebagai benang merah-nya cerita, Peng Tjong Hiap Eng (PTHE) ber-setting kira kira 50 tahun-an setelah peristiwa di Hoan Kiam Kie Tjeng (HKKT).

Nasib Tan Hian Kie ( In Hian Kie ) yang tragis di akhir kisah HKKT membuat banyak pembaca menjadi penasaran dan berharap dapat mengetahui nasib selanjutnya dari pemuda kita ini. Tan Hian Kie sendiri di PTHE sudah menjelma menjadi tokoh tua persilatan yang dihormati berusia 70-80an tahun dengan gelar "Thian hee Tee it Kiam-kek" atau " Ahli Pedang Nomer Satu di Kolong Langit ", orang menyebut namanya dengan Hian Kie It Soe. Peristiwa dan pukulan batin berat yang dialaminya (gadis yang dicintainya adalah ternyata adik satu ayah, baca HKKT) tidak lagi disinggung-singgung .

Seperti yang dikisahkan di HKKT, Thio Hok Tjoe, anak dari Thio Soe Seng, berhasil diselamatkan dari pertempuran sungai Tiangkang dan dibawa menyingkir ke luar perbatasan Tionggoan , tepatnya , ke negeri Watzu, dan dengan mengandal kepada kecerdasannya, ia mempunyai penghidupan mapan di negeri Watzu, tidak hanya itu, anak keturunan dari Thio Soe Seng ini lantas bersahabat erat dengan raja Watzu selama bertahun tahun, sampai malah puteranya sendiri yang bernama Thio Tjong Tjioe, diangkat sebagai perdana mentri muda di negeri Watzu.

Kala itu negeri Watzu adalah satu dari suku bangsa Mongol yang paling kuat, kekuatan pasukan negeri Watzu ini perlahan tapi pasti menjadi semakin kuat mendekat ke daerah perbatasan Tionggoan dan mulai mengancam keberadaan negeri bangsa Han di seberang perbatasan.

Meng-khawatirkan hal itu, kaisar kerajaan Beng mengirim satu utusan ke Negeri Watzu dengan membawa misi perdamaian bertujuan untuk mencegah peperangan di antara kedua bangsa, adapun si pembawa misi perdamaian dari kerajaan Beng ini dipercayakan kepada satu pejabat setia kerajaan Beng, bernama In Tjeng.

Pada mulanya, In Tjeng si pembawa misi perdamaian dari kerajaan Beng disambut secara kenegaraan, mendadak muncul Thio Tjong Tjioe di tengah acara kenegaraan tersebut menghasut raja Watsu agar In Tjeng ditangkap dan dipenjarakan, raja Watzu termakan hasutan dan sejak saat itu In Tjeng kemudian ditahan di negeri Watzu.

Rasa benci Thio Tjong Tjioe , mengingat dendam leluhur terhadap Tjoe Goan Tjiang, pendiri kerajaan Beng dan semua keturunannya, membuat ia gelap mata dan melanggar aturan lazim kenegaraan dengan menahan In Tjeng yang bertindak sebagai utusan kerajaan Beng. Belum cukup dengan ditahan, In Tjeng dipaksa bekerja sebagai tukang angon kambing sambil menjalani masa tahanannya.

Sebagai pejabat tinggi negara dari kerajaan Beng, dipekerjakan sebagai tukang angon kambing di negeri musuh adalah satu hal yang menghina dan menyiksa batinnya, walau begitu In Tjeng tetap tabah menjalani dengan harapan Kaisar negeri Beng saat itu segera mengirimkan pasukan perang untuk menyelamatkannya.

Waktu berlalu tahun demi tahun dalam penantian, In Tjeng terpaksa harus menerima kenyataan bahwa tidak ada satupun dari Kerajaan Beng yang peduli dengan nasibnya, sementara dendam untuk membalas perlakuan Thio Tjong Tjioe semakin kuat mengakar.

Sepuluh tahun berlalu, tak diduga, muncul In Teng, puteranya. Ketika In Tjeng datang ke negri Watzu sepuluh tahun yang lalu itu, In Teng baru saja lulus menjadi sioetjay, menyadari bahwa ayahnya menjadi tahanan di negeri Watzu tanpa ada satupun di pihak pemerintahan yang peduli, In Teng berhenti mempelajari ilmu sastra untuk belajar silat sampai akhirnya diterima sebagai murid oleh Hian Kie It Soe, belum lulus perguruan, In Teng pergi ke negeri Watzu untuk menjemput ayahnya, apa daya dengan ilmu silat yang masih belum sempurna usaha In Teng menemui kegagalan, malah kemudian ia juga terpaksa menyamar dan tinggal di negri Watzu sambil terus berupaya mencari daya untuk menyelamatkan ayahnya.

Menuruti saran ayahnya, In Teng menikah dengan gadis setempat semata demi untuk meneruskan keturunan marga In, kemudian lahir In Tiong, puteranya yang pertama, yang setelah dewasa lantas saja dikirim ke Tionggoan kepada kakak seperguruannya, dengan harapan agar In Tiong dapat belajar silat untuk membalaskan sakit hati dendam keluarga. Sebelum dikirim ke Tionggoan, terlebih dulu In Tjeng membuat satu surat darah dari kulit kambing dan menjahitkannya ke baju In Tiong, surat itu isinya mengingatkan kepada semua anak keturunannya untuk membunuh semua anak keturunannya Thio Tjong Tjoe dan membakar semua tulang tulang dari semua keturunan Thio Tjong Tjoe menjadi abu tidak pandang laki atau perempuan, ... itulah sebuah surat darah yang sangat kejam.

Diceritakan karena suatu hal, masih di tanah pengasingan , In Tjeng terpaksa harus berpisah dengan anaknya. Sebelum berpisah, In Teng mengabari ayahnya bahwa dia sudah memperoleh lagi anak yang kedua, seorang anak perempuan yang diberi nama In Loei. Sampai tak terasa....., sepuluh tahun lagi berlalu.

Sepuluh tahun lagi berlalu, In Teng sebagai anak berbakti , tidak hanya diam tanpa berusaha. Kali ini , dua saudara seperguruannya dengan sekalian anak muridnya datang ke negeri Watzu, dilengkapi dengan rencana yang lebih matang, In Teng berhasil membebaskan ayahnya dan membawanya kabur pulang menuju Tionggoan.

Di dalam perjalanan melarikan diri pulang ke Tionggoan, In Teng bersama salah satu keponakan muridnya harus terpisah dari rombongan, dan dikabarkan gugur di tangan pasukan bangsa Watzu, tinggalah In Tjeng dan In Loei disertai oleh dua kakak seperguruan In Teng, meneruskan perjalanan melarikan diri menuju ke daerah perbatasan, Gan Boe Kwan.

Seperti mendapat firasat bahwa nasib buruk sedang menanti, In Tjeng menceritakan kisah hidupnya kepada In Loei, saat itu masih gadis cilik berusia tujuh tahun. Selesai bercerita, In Tjeng memberikan suratnya lagi yang kedua, sebuah surat wasiat darah yang mengharuskan In Loei membunuh semua anak keturunan Thio Tjong Tjioe dan membakar semua tulang keturunan Thio Tjong Tjioe menjadi abu...!!, sudah dirasakan oleh In Loei sejak pertama kali menerimanya, surat darah itu benar menyebabkan dia mengalami banyak penderitaan dalam kehidupan selanjutnya.

Benar firasat In Tjeng, baru saja masuk kedalam benteng perbatasan Gan Boe Kwan, terjadi peristiwa di luar dugaan, In Tjeng mati penasaran, masih untung In Loei bisa diselamatkan, sambil membawa surat darah dari kakeknya, In Loei diselamatkan dan dididik oleh kakak seperguruan ayahnya., Yap Eng-Eng – Hoei Thian Liong Lie.

Setelah peristiwa di benteng Gan Boe Kwan itu, maka kisah Peng Tjong Hiap Eng ini dimulai !.

Sepuluh tahun berlalu sejak peristiwa Gan Boe Kwan, In Loei turun gunung, dengan bekal ilmu silat yang dipelajari dari Yap Eng Eng (murid nomer empat dari Hian Kie It Soe), ia memulai petualangannya.

Perjalanan In Loei dalam dunia kang-ouw kemudian menyeretnya masuk ke dalam kelompok pergerakan pembela bangsa yang terombang ambing, antara membela negara Beng dari ancaman bangsa Mongol, atau mencoba menjatuhkan kerajaan, lantaran mereka juga sudah sangat muak dengan situasi pemerintahan negara Beng yang sangat lemah dipenuhi oleh para pembesar bejat dengan kaisar yang lemah pula.

Tapi dari semua peristiwa yang dialami In Loei di dunia kang-ouw, yang paling berat adalah yang menyangkut hubungan asmara. Nasib mempertemukan dengan seorang pemuda tampan misterius dengan ilmu silat cukup tinggi, setelah lama menjalin persahabatan, kedua nya lantas saling jatuh cinta, sampai belakangan diketahui kalau pemuda itu bernama Thio Tan Hong, yang tak lain adalah putera tunggal dari Thio Tjong Tjioe, musuh besar keluarganya !!.
Apakah sampai hati In Loei membunuh Thio Tan Hong dan membakar tulang tulangnya menjadi abu sesuai dengan wasiat dari kakeknya ?

Sementara Thio Tan Hong sendiri sebagai putera dari Thio Tjong Tjioe , sedari kecil sudah memutuskan untuk kembali ke Tionggoan, walau lahir dan dibesarkan di negeri Watzu, Tan Hong memiliki rasa patriotisme sebagai bangsa Han. Beranjak dewasa, Tan Hong mengembara ke Tionggoan, selain untuk mencari pengalaman, Tan Hong juga berencana untuk mencari harta peninggalan kakeknya yang ditimbun di suatu tempat sebagai bekal untuk meneruskan perjuangan melawan Tjoe Goan Tjiang, bagi anak keturunannya.

Sementara kerajaan Beng yang bobrok semakin terancam jatuh oleh serbuan dari bangsa Watzu, gantian Tan Hong sebagai seorang patriot mempunyai dilema, darah yang mengalir pada tubuhnya adalah darah bangsa Han, kecintaannya akan negeri Han , membuatnya bersemangat untuk membela bangsa Tionggoan, tapi kadang dia masih tidak sampai hati untuk melawan negeri Watzu , tempat dimana dia dilahirkan dan dibesarkan, bahkan ayahnya sendiri menjadi pejabat yang dihormati di negeri Watzu. Apakah dia sampai hati untuk melawan kawan dan saudara-saudaranya sendiri apabila dia memutuskan untuk membela kerajaan Beng ?, Sementara itu sudah jelas dari silsilahnya kalau Tjoe Goan Tjiang si pendiri kerajaan Beng, adalah musuh besar keluarga, bagaimana mungkin ia kemudian membela kerajaan Beng dari serbuan bangsa Watzu, karna dengan demikian, jelas dia akan menjadi seorang pendosa keluarga dan durhaka ?, nasib Tan Hong memang sungguh pelik, belum lagi ditambah hal yang menyangkut dendam turunan dari keluarga In terhadap ayahnya, gadis yang dicintanya diharuskan untuk membunuhnya. Mengalami depresi , Tan Hong sempat kemudian menjadi gila dan tidak waras.

ooo000ooo

Liang YuSheng dalam membuat cerita ini terasa benar menumpahkan semua kreativitasnya. , muncul pertama kali di koran Hongkong Dagong Bao (Taykong Poo) pada medio 1 January tahun 1959, PTHE tidak membutuhkan waktu lama untuk memikat para pembaca koran Dagong Bao sampai tamat pada tgl. 18 Desember 1960. Yang unik, belum lagi PTHE ini tamat , Liang Yusheng sudah memunculkan lagi karyanya yang lain secara bersambung, yaitu Hoan Kiam Kie Tjeng ( HKKT ) di koran Xianggang Shangbao (Hiangkang Siangpoo) pada bulan November 1959, HKKT ini ditulis dan dimaksudkan sebagai cerita pendahuluan (prequel) dari PTHE.

Menulis dua cerita berbeda hampir secara bersamaan dimana salah satu ceritanya adalah pre-quel dari cerita satunya, tentu membutuhkan ketelitian yang luar biasa agar cerita tetap selaras antara prequel dan sequelnya. Dalam hal ini Liang Yusheng membuktikan kehebatannya sebagai penulis, tidak terjadi kesimpang siuran sejarah yang fatal antara HKKT dan PTHE.

Liang YuSheng juga sangat pandai sekali merangkai cerita, PTHE berjalan mengalir lancar membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca sebelum tamat, dalam beberapa bagian cerita muncul sub-sub cerita dengan tokoh utama lain sehingga cerita tidak melulu bercerita tentang In Loei dan Thio Tan Hong, walau dengan adanya sub-sub cerita ini durasi cerita menjadi lebih lama, tapi sama sekali tidak sampai membuat pembaca menjadi lelah mengikutinya, karena sub-sub cerita yang muncul akibat dari pengembangan cerita itu masih berada dalam bingkai utama keseluruhan cerita. Sebaliknya, sub-sub cerita itu malah membuat PTHE menjadi lebih asyik dan seru untuk diikuti.

Dimasukkannya beberapa kejadian sejarah hikayat rakyat (folklore) ke dalam cerita ini juga menjadikan PTHE lebih menarik untuk dibaca, diantaranya dikisahkan Thio Tan Hong dan In Loei terjebak pada peristiwa tertawannya kaisar Kie Tin dari kerajaan Beng oleh pasukan bangsa Watzu dalam satu pertempuran. Kaisar Kie Tin dari kerajaan Beng, dikhianati oleh orang kepercayaannya sehingga harus rela ditawan oleh pasukan bangsa Watzu, tidak seperti para pengawalnya yang rela mati daripada tunduk ditawan, kaisar Kie Tien yang pada dasarnya dikisahkan sebagai penakut, terlalu sayang jiwa sehingga rela dan mandah ditawan, sementara di lain tempat para pengawal setia kaisar berperang habis-habisan sampai mati, " Raja terhina, Mentri binasa ". Kejadian yang selalu dikenang sebagai kejadian memalukan dalam hikayat kerajaan Beng ini dikenal dengan nama " Peristiwa Touw-Bok ".

Berkaitan dengan para tokoh yang muncul di HKKT, ikut diceritakan mengenai perselisihan lanjutan yang timbul antara Siangkoan Thian-Ya , Siauw Oen Lan dan Tan Hian Kie yang menurun kepada semua anak murid dari ketiga orang tersebut di PTHE. Memang sedikit mengherankan apabila ketiga orang ini masih saja berselisih setelah lewat 50 tahun, malah diceritakan kalau Siangkoan Thian-Ya jadi dikenal sebagai iblis nomor satu, tidak jelas putih atau hitam nya, berebut predikat gelar pendekar nomer satu dengan Tan Hian Kie, padahal di HKKT, perselisihan antara mereka dengan jelas telah selesai secara baik baik, terutama hal yang menyangkut dirinya Siauw Oen Lan. Jadi agak mengherankan dan terasa mubadzir apabila Liang YuSheng masih menampilkan ketiga orang ini bermusuhan dengan alasan yang sebenarnya telah selesai di HKKT Tanpa harus menampilkan ketiga tokoh itu, hubungan prequel dan sequel antara HKKT dan PTHE sudah terasa dengan benang merah peristiwa di sungai Tiangkang dan keberadaan dari keturunan para pengawal setia Thio Soe Seng di HKKT.

Berkembangnya konflik dan cerita yang berkepanjangan, walaupun masih seru untuk diikuti , terasa oleh penulis kalau Liang YuSheng mengalami kesulitan untuk mendapatkan ending yang memuaskan, konflik dan dilema yang menimpa In Loei maupun Thio Tan Hong memang tidaklah mudah untuk diselesaikan, .....seakan terjebak oleh konflik yang diciptakannya sendiri, Liang YuSheng kemudian memilih ending yang paling mudah, yaitu ...kematian.

Memang hanya kematian satu satunya jalan keluar guna mengakhiri dendam dunia antara keluarga In dan Thio, hanya dengan kematian orang akan menjadi sadar akan pentingnya kebahagiaan di dunia dan melupakan dendam.

Di Indonesia, pertama kali PTHE diterjemahkan oleh Oey Kiam Tiang (OKT alm.), dan diterbitkan oleh penerbit Keng Po, Jakarta tahun 1959, 11 jilid. OKT menerjemahkan PTHE secara indah dengan gaya bahasa yang sudah menjadi ciri khas beliau. Tidak ketinggalan puisi puisi yang bertebaran sepanjang cerita ini tidak luput di terjemahkan oleh beliau secara indah tanpa harus mereduksi maknanya, sehingga menambah unsur romantisme cerita menjadi makin kental. Di dalam cerita, Tan Hong memang seorang ahli sastra dan terpelajar, selain itu perasaanya halus dan perasa, dalam segala situasi Tan Hong mengungkapkan perasaannya melalui puisi, jadi tidak heran kalau kemudian bertebaran puisi-puisi indah sepanjang cerita. Belum lagi, OKT memberi judul " Dua Musuh Turunan..... ", judul yang indah dan sangat sesuai sekali dengan isi ceritanya !!.

Tidak kalah dengan sambutan di negeri asalnya, di dalam negeri sendiri nampaknya sambutan para peminat cerita silat terhadap PTHE boleh dibilang juga cukup baik. Terbukti setelah diterbitkan Keng Po, muncul di tahun yang sama PTHE hasil terjemahan dari Chin Yen, diterbitkan oleh penerbit Kisah Silat – Jakarta. Kemudian di tahun 1980, dari Semarang muncul Gan KL (alm) yang juga menerjemahkan PTHE ini dengan judul " Pahala dan Murka – 28 jilid " diterbitkan oleh Panca Satya. Masih belum cukup, di tahun 1996, sastrawan Ajip Rosidi , ahli bahasa yang juga seorang pembaca cersil, meng-edit " Dua Musuh Turunan.... " terjemahan OKT yang masih dalam ejaan lama, ke dalam bahasa Indonesia dan menerbitkannya kembali dengan judul " Dua Musuh Turunan " oleh penerbit Pustaka Jaya. Walau terbit tidak tamat , hanya tiga jilid, kenyataan ini menggambarkan dengan jelas betapa populernya PTHE sehingga sampai tahun 1996 pun masih saja dicoba untuk diterbitkan lagi. Kemudian terakhir di tahun 2005 ini, atas inisiatif Masyarakat Tjerita Silat, naskah " Dua Musuh Turunan..... " milik OKT , diterbitkan kembali.

Sebuah karya atau cerita yang bagus, tak akan lekang dimakan jaman, sampai kapanpun orang akan selalu membaca dan mengingatnya, dan untuk hal ini kita patut berterima kasih kepada penerbit yang telah menghadirkan kembali satu cerita dan karya indah ini ke dalam koleksi pustaka kita.

Asmara Pedang dan Golok

Hoyan Tiang-souw, seorang pemuda kasar, tinggi besar, kalau berbicara suaranya seperti geledek menggelegar, dia mengembara dari utara ke selatan (Kang-lam), dengan sebilah Mo-to (Golok setan) dia telah membunuh banyak sekali ahli-ahli golok. setiap bertarung cukup satu jurus saja maka tubuh lawannya akan terbelah menjadi dua bagian.

Li Poh-hoan seorang pemuda tampan, cerdik, berilmu tinggi, keturunan seorang jago yang sangat terkenal di dunia persilatan, dia adalah Pangcu Thi-pian-tan (Perkumpulan pikulan besi), dengan sebilah pedang dia belum pernah mendapat tandingan, dia berambisi ingin menguasai dunia persilatan.

Cui Lian-hoa seorang wanita lemah lembut dengan kecantikannya yang tiada tara, telah membuat siapapun yang melihat akan jatuh cinta dan ingin memilikinya. Dia mempunyai saudara kembar yang bernama,

Cui Lian-gwat, kecantikannya tidak kalah oleh kakaknya, dia belajar ilmu sesat dari aliran barat, sehingga prilakunya menjadi sesat dan selalu ingin melakukan pembunuhan.

Karena kecantikan dua saudara kembar itu maka terjadi kemelut, setiap orang baik tua maupun muda, penjahat, pembunuh sampai mempertaruhkan nyawanya ingin memiliki wanita yang kecantikannya tiada tara ini.

Hoyan Tiang-souw dan Li Poh-hoan pun terlibat percintaan yang unik ini, sehingga dua jago muda yang tiada lawan ini menjadi bermusuhan dan melakukan pertarungan mengadu jiwa

Siapa yang akan berhasil mendapatkan wanita cantik ini..?

Yang menarik dari buku ini adalah selain isi ceritanya juga penggunaan bahasa yang puitis hingga membacanya harus perlahan dan memerlukan pemahaman yang dalam, gaya bertarungnya pun tidak banyak bervariasi, begitu golok menyerang maka kepala / tubuh lawan segera terpotong jadi dua.

Mungkin gaya bahasa dan gaya bertarungnya mirip dengan Khu-lung.?

Judul : ASMARA PEDANG dan GOLOK

Karangan : Suma Leng

Minggu, 20 September 2009

Pisau Kekasih

Lim Leng-ji telah datang

Jika kau belum pernah bertemu dengan Lim Leng-ji, maka kau hanya orang biasa seperti kebanyakan orang.

Jika kau melewatkan kesempatan baik bertemu dengan Lim Leng-ji, maka kau adalah orang yang sangat bodoh.

Jika kau bertemu dengan Lim Leng-ji dan tidak merasa silau atau takjub, mungkin kau seorang yang buta atau idiot.

Jika kau bertemu dengannya dan langsung berpikiran kotor, tidak bisa berkata-kata, kau pastilah seekor babi.

Orang-orang berkata inilah cermin diri Lim Leng-ji.

Jika kau bisa bertemu dan duduk berdamping-an dengan Lim Leng-ji, kau pasti akan segera terpikirkan, berapa besarkah uang yang harus dikeluarkan hanya untuk bisa duduk sambil berbicara dengannya?

Kau pasti akan lebih berpikir barang berharga yang paling berharga bagaimana, agar bisa membuat kita menjadi tamu istimewanya?

Benarkah Lim Leng-ji adalah wanita yang seperti itu? Tentu saja semua ini harus melalui penyelidikan terlebih dahulu, baru kita bisa tahu.

Kereta Lim Leng-ji masih belum memasuki jalan utama di kota Koh.

Tapi orang yang lalu lalang di jalan utama kota itu sudah mengumumkan bahwa Lim Leng-ji sudah datang. Orang yang masih lalu lalang di sepanjang jalan utama kota itu pun langsung memasuki toko-toko dan rumah makan yang berada di dua belah sisi sepanjang jalan itu, dan para pedagang kaki lima pun memindah-kan barang dagangannya ke sudut-sudut jalan.

Jalan utama kota itu langsung menjadi sepi.

Tidak ada panji dan payung kipas juga tidak ada suara pukulan gong yang mengiringi, padahal dalam satu hari penuh, malam hari adalah waktu yang paling ramai dan penuh orang tetapi jalanan itu sekarang malah sangat sepi.

Bagaikan bak cat yang dipenuhi warna, kedua sisi kereta itu bertatahkan giok dan emas serta ditarik oleh sepasang kuda, kereta itu memasuki jalan utama tersebut.

Suara derit kereta kuda telah menenggelamkan bunyi suara yang lainnya.

Saat itu di setiap sudut jalan hanyalah terlihat kepala-kepala orang yang terjulur keluar melalui pintu dan jendela toko-toko yang ada di sekitar jalan itu, mengikuti gerakan kereta kuda yang datang.

Namaku Wie Kai

Seorang laki-laki yang kira-kira berumur 27-28 tahunan, berpakaian seperti umunnya tapi memiliki senyum yang sangat menawan hati orang di sekitarnya.

Anak muda ini sangatlah menarik perhatian orang, karena dia sedang berdiri di tengah jalan utama itu dan menghadang kereta kuda. Parasnya serta sikap-nya sangat menarik perhatian orang.

Entah benar-benar kurang ajar atau meng-hina.

Kata orang, cara mencari perhatian adalah melakukan sesuatu yang hendak dilakukan orang lain tapi belum sempat dilakukan, atau melakukan sesuatu yang orang lain tidak berani melakukannya.

Tapi jika kau melakukan sesuatu yang tidak berani dilakukan orang lain, justru pada akhirnya akan menimbulkan rasa iri hati atau cemburu.

Hanya saja melihat kesantaian, kekurang-ajaran, serta senyum menawan anak muda ini, orang-orang yang sedang naik darah pun pasti akan segera reda marahnya.

Siapakah gerangan anak muda ini?

Pakaiannya tidak gemerlapan, sikapnya juga tidak tampak serius, malahan cenderung bersifat berandalan.

Tapi hanya sedikit orang yang tahu apakah harus menganggukkan kepala terhadapnya atau malah menggelengkan kepala.

Mungkin kemunculannya bisa dipandang seba-gai hasil keberuntungan yang tidak terduga.

Kejahatan manusia justru biasanya dilandasi oleh alasan yang lemah ini.

Sekarang anak muda ini malah memusatkan pandangannya.

Kereta kuda itu memasuki kota dengan perlahan lahan.

Anak muda itu sedang berdiri menghalangi jalan. Jika kereta itu adalah kereta yang membawa raja, maka perbuatan ini bisa disebut dengan pemberontak.

Tiba-tiba dia mengangkat tangannya, berseru:

"Oi! Nona Lim Leng-ji yang ada di dalam kereta!"

Sikapnya ini bukan hanya kasar, tetapi juga gegabah dan kekanak-kanakan.

Tapi saat itu tidak ada seorang pun yang mau menasehatinya, malah berharap kesalahan yang dilaku-kannya mendapat reaksi.

Tentu saja inipun yang menjadi isi hati setiap orang.

Laki-laki yang menjadi kusir kereta itu tampak sangat kuat, kelihatannya dia merangkap sebagai pengawalnya juga.

Sekali menghela cemeti, di udara langsung keluar percikan api dari lecutan cemeti itu dan kemudian menyerang anak muda itu.

Paling tidak ada sebagian orang pasti bertanya-tanya apakah serangan itu bisa mengenai anak muda itu atau tidak.

Di dunia ini kebanyakan orang pasti berpikiran seperti itu, bahkan jika anak muda itu berpikiran rasional, pastilah akan berpikiran seperti itu juga.

Anak muda itu mengeluarkan tangannya, dengan tenang menahan serangan cemeti yang membabi buta.

Hanya ada beberapa orang yang benar-benar bisa melakukan perbuatan itu dengan baik.

Pengemudi kereta yang keretanya sedang menghadap kearah matahari terbenam itu sangat marah sampai muka dan telinganya merah, karena serangan cemetinya bisa ditahan.

Sebelah tangan anak muda itu mencengkram cemeti itu dan mengangkat tangan yang satunya lagi sambil berseru:

"Lim Leng-ji Siocia yang ada di dalam kereta, ijinkan aku melihatmu?"

Tidak akan ada seorang pun yang percaya bahwa tirai kereta itu akan terbuka.

Sebab di dalam kereta itu memang ada Lim Leng-ji.

Walaupun orang yang berpikiran seperti itu jumlahnya sangat banyak, tetapi tetap saja di antara orang yang berada dipinggir sepanjang jalan itu, ada yang mendekati depan kereta, mereka tidak mau melewatkan peristiwa yang langka yaitu terbukanya tirai kereta itu.

Prilaku seperti ini dengan anggapan bahwa tirai kereta itu tidak mungkin akan terbuka, benar-benar sangat bertolak belakang.

Kombinasi yang bertentangan.

Itulah kehidupan manusia.

Ini pastilah hanya kebetulan, tirai kereta itu perlahan-lahan terbuka.

Pakaian yang berwarna putih yang membung-kus kulit bagaikan salju.

Benar-benar tidak akan ada orang yang merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya dibandingkan dengan wanita lainnya.

Tetapi pada saat yang bersamaan tidak ada satu orang pun yang pernah menjumpai wanita yang secantik dirinya.

Lim Leng-ji benar-benar Lim Leng-ji.

Ada banyak wanita di dunia ini yang bisa menggetarkan hati orang, tetapi mereka bukanlah Lim Leng-ji.

Di dunia ini ada dua jenis wanita yang tidak mungkin menerima kecemburuan yang sama, jika bukan wanita yang sangat jelek pastilah wanita sangat cantik.

Dandanan yang menarik saja tidak cukup untuk melukiskan tentang dirinya.

Mereka saling memandang satu sama lainnya.

Dia mungkin satu-satunya pria yang tidak memiliki rasa rendah diri, tetapi jantungnya tetap saja berdegup.

Dia percaya jika suara detak jantung dari orang-orang yang berada di keempat penjuru kereta itu jika disatukan, suaranya pasti lebih keras dibandingkan dengan tambur besar yang dipukul sekuat tenaga.

Pandangan matanya sangat tajam juga sangat serakah, benar-benar salah satu jenis pandangan mata pria yang paling dibencinya. Tapi tiba-tiba dari matanya muncul pandangan yang berbinar-binar.

Anak muda itu menggosok-gosok ujung hidung-nya sambil berkata:

"Namaku Wie Kai!"

Dia tidak bisa mengerti makna kata-kata yang terkandung dalam pandangan mata Lim Leng-ji, tetapi sepertinya ada perasaan yang saling mengenal satu dengan lainnya. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka bisa saling memandang seperti itu?

Mereka seperti orang yang pernah bertemu di dalam mimpi saja.

Kusir kereta yang bak pengawal itu tiba-tiba saja muncul di samping anak muda itu.

Walaupun orang ini sekujur tubuhnya dibalut oleh busana yang indah, tetapi orang yang bermata tajam dengan sekali lihat pasti langsung tahu kalau dia adalah orang yang hanya patuh akan perintah.

Kepribadian yang seperti itu sudah tidak bisa dibuang juga tidak bisa dirubah.

Orang itu berkata kepada Wie Kai:

"Namamu Wie Kai, betul tidak?"

Wie Kai menjawab sambil tertawa:

"Aku baru saja mengatakan pada nona Lim Leng-ji."

Kata kusir itu:

"Di Ta-ih-tu-hong (wisma judi Ta-ih), kau telah berhutang pada tuan mudaku sebanyak 320 tail."

"Tuan mudamu?" Tanya Wie Kai dengan tanpa menghilangkan senyum di mukanya.

Kusir itu membalikkan tubuhnya dan di atas undak-undakan batu di depan sebuah kedai arak berdiri seorang yang berpakaian indah dan menonjol.

Penampilannya menunjukkan bahwa dia orang yang bermartabat dan air mukanya serius sehingga orang mana pun, hanya dengan melihat sekilas pasti langsung percaya bahwa dia adalah tuan muda yang berasal dari keluarga kaya atau pemuda dari keluarga yang terhormat.

Hanya saja anak muda ini dengan Wie Kai adalah dua jenis orang yang berbeda.

Wie Kai orangnya tampan, pembawaannya santai, bebas, ada sedikit sifat berandalan, tetapi malah justru menarik perhatian orang terutama di saat dia tertawa.

Hanya dengan melihat tawanya, biarpun makan malam tidak ada semangkuk nasi, juga akan terasa seperti berada di langit ke sembilan.

Wie Kai menoleh dan memandang anak muda yang bermuka serius itu, lalu tiba-tiba berkata:

"Benar-benar orang yang berpendidikan. "

Akulah Loo Cong

Anak muda yang bermuka serius itu maju ke depan seraya menyatukan kedua tangan di depan dadanya berkata:

"Aku she Loo dan namaku adalah Cong. Budakku bersikap tidak sopan, harap Wie-heng jangan masukkan ke dalam hati."

Wie Kai berkata:

"Jika ingin menagih hutang, mengapa anda harus bersikap misterius seperti itu?"

Uang sebanyak 320 tail bukanlah jumlah yang sedikit, orang yang bermata tajam pasti bisa melihat bahwa di tubuh Wie Kai tidak akan ada uang sebesar 320 tail.

Saat itu Wie Kai membuka kepalan tangannya dan kusir kereta menarik kembali cemeti yang terjulur tadi.

Walaupun sedang membicarakan masalah 'pengembalian hutang', tapi di bawah tatapan banyak orang dia sama sekali tidak mengingkarinya.

Padahal ada sebagian orang sedang men-cemaskannya, juga ada sebagian lagi yang berharap melihat gurauannya.

Pelayan yang jahat ini sengaja membuatnya malu di depan Lim Leng-ji, tapi majikannya sama sekali tidak peduli.

Kejadian yang memalukan, kali ini sudah tidak bisa dihindari lagi.

Loo Cong berkata lagi:

"Harap kata-katanya jangan Wie-heng masukan ke dalam hati!"

Hati Wie Kai terasa sangat cemas, tapi dia tetap tenang.

Lagipula tirai kereta sudah diturunkan kembali, tetapi dia percaya kalau Lim Leng-ji yang berada di balik tirai kereta itu tetap memperhatikan dirinya.

Wie Kai adalah orang yang sangat pintar dan cekatan, karena itu dia bisa setiap saat mengeluarkan tawa yang menggetarkan hati setiap orang.

Pandangan mata Wie Kai menyapu ke empat penjuru, lalu tiba-tiba pandangan matanya jatuh pada seorang gadis yang berdandan sederhana dan memiliki sepasang mata yang besar, yang berjarak 5-7 langkah darinya.

Saat itu juga dia merasa bahwa hal yang menjengkelkan seperti ini sudah berkurang setengah-nya.

Tawanya malah semakin gembira dan semakin membingungkan orang.

Dia melambaikan tangannya kepada gadis itu.

Gadis itu layak kenalannya saja atau pun anggota keluarganya.

Tapi. mengapa gadis yang bermata besar itu justru malah datang menghampiri?

Padahal mereka berdua sama sekali tidak saling mengenal, paling tidak belum pernah sekali pun bertegur sapa.

Lalu mengapa setelah dia terperanjat malah datang menghampirinya.

Sesudah datang mendekat, barulah gadis itu sadar dan bertanya kepada diri sendiri. Mengapa aku mau datang mendekatinya? Benar-benar tidak bisa dimengerti!

Wie Kai melambai-lambaikan tangan dengan muka yang senang berkata:

"Tolong berikan uangnya pada Loo-heng ini!"

"Aku?" Gadis yang bermata besar itu bertanya dengan suara kecil.

Wie Kai mengangguk-anggukka n kepalanya dan wajahnya tidak berubah sedikit pun. Memperlihat- kan uang sebesar 320 tail, berkeping-keping uang saja, kenapa harus sampai ribut-ribut segala?

Pembawaan gadis bermata besar itu amat sangat tenang, bagaimana pun juga mereka adalah manusia yang sudah berpengalaman dalam kehidupan ini.

Dari ke empat penjuru jalan tidak terdapat banyak orang yang mengamati mereka berdua.

Jika mereka berdua hendak adu keras kepala, mereka benar-benar jagoan.

Gadis bermata besar itu berkata dengan suara kecil:

"Walaupun aku bisa menolongmu, tapi dengan sikapmu yang seperti ini, mengapa aku harus menolongmu?"

Suaranya sangatlah kecil sehingga hanya mereka berdua saja yang bisa mendengarnya.

Wie Kai mengangkat tangannya sambil berkata dengan suara kecil:

"Karena namamu Hong Ku!"

"Kalau aku Hong Ku, memangnya kenapa?"

"Sebab Hong Ku adalah Sam-jiu-Koan- in (Dewi Kwan-in Bertangan Tiga)."

"Kalau Sam-jiu-Koan- in, memangnya kenapa? Apa urusannya denganmu?"

Walaupun di mulutnya mengatakan 'apa urusan mu', tetapi raut wajahnya tersenyum.

Meski Wie Kai sedang memohon uluran tangan orang, tetapi raut wajahnya sama sekali tidak berubah dan tetap saja tersenyum, seperti layaknya seorang pelayan perempuan yang bersedia melakukan apa pun demi kepentingan majikannya.

"Walaupun memang bukan urusanku, hanya saja tadi kau melakukan beberapa 'transaksi jual beli', aku adalah satu-satunya saksi mata," Kata Wie Kai.

Raut wajah Hong Ku sedikit berubah.

"Kau?"

Wie Kai berkata sambil berbisik:

"Di tubuhmu ada sebuah kalung emas, selembar kertas uang (cek), dan sebuah tutup kepala dari batu giok yang sangat mahal."

Raut wajah Hong Ku langsung berubah.

"Kau!"

"Setiap kali melakukan aksinya selalu bersih dan rapi, nama Sam-jiu-Koan- in benar-benar memiliki prestasi yang patut dibanggakan! "

Hong Ku tiba-tiba mengeluarkan suara tawa yang manis, seperti layaknya pelayan yang dipuji oleh majikannya, katanya:

"Siau-kai, kau benar-benar hebat! Aku sungguh mengaku kalah olehmu!"

Wie Kai menundukan kepalanya, berkata:

"Terima kasih! Aku akan segera mengembali-kannya. "

Hong Ku segera mengeluarkan selembar cek dan memberikannya kepada Loo Cong sambil berkata:

"Di jalan menagih hutang, ternyata di dalam keluarga terhormat juga diajarkan cara menagih hutang seperti ini."

dst...

PEMBUNUHAN 13 PENDEKAR WAHID

Ketika Oey Ciu Hong mendusin dari pingsannya ternyata kepandaian silatnya sudah musnah oleh racun yang telah di minumnya.

Untuk menghindar musuh-musuh yang ingin membunuhnya, di bantu Su Siau Bin, dia terpaksa menyamar dan menyepi untuk menyembuhkan keracunannya

Selain Oey Ciu Hong, kelompok dia yang berjumlah 13 orang pendekar dalam semalam juga telah terbunuh, hanya 1-2 orang yang menghilang tidak ketahuan mati hidupnya. Selain itu keluarga dia juga mendapat serangan sekelompk penjahat misterius, istri dan anaknya menghilang, dalam serangan itu anak Oey Ciu Hong yang bernama Oey Ting So terjatuh ke dalam sungai dan di tolong sebuah keluarga persilatan yang terdiri nenek dan cucunya bersama pelayannya, di sini Oey Ting Soh belajar silat selama 100 hari, setelah itu Oey Ting Soh mulai mengembara mencari ayah, ibunya, dan berusaha memecahkan siapa dalang pembunuhan ini. ..

Judul buku : PEMBUNUHAN 13 PENDEKAR WAHID

Karangan : KAO KAO

Saduran : Sin M

1 jilid tamat 317 hal

Pelangi Menembus Matahari

Di sebuah pulau terpencil datang dua orang kakak beradik bernama Bu Tong dan Bu Ta, mereka adalah anggota aliran sesat, yang sedang melarikan diri karena di kejar-kejar para pendekar yang ingin membunuhnya.

Saat itu di pulau terpencil menetap 2 orang, satu adalah anak kecil yang bernama Seng Cian dan satu lagi seorang kakek yang di juluki Ceng Liong Ong (Raja naga hijau)

Ceng Liong Ong pernah membabat habis orang-orang penting dari perkumpulan aliran sesat hingga berantakan. Sedangkan Bu Tong dan Bu Ta waktu itu masih rendah jabatannya sehingga tidak sampai terbunuh.

Karena ceroboh berlatih silat Ceng Liong Ong hampir tersesat, setelah mendapat bantuan dari dua orang ini dia bisa selamat, karena berjasa kedua kakak beradik dan anak kecil itu di angkat menjadi murid oleh Ceng Liong Ong.

Selama 8 tahun mereka tinggal di pulau itu belajar. Suatu hari sehabis mereka bertiga melaut, mereka melihat guru nya sedang duduk diam di batu karang, ternyata gurunya sudah meninggal, di batu itu tertulis pesan, supaya kakak beradik tinggal terus di pulau itu, sedangkan Seng Cian harus pergi ke Ceng-sia untuk belajar jurus terhebat Pelangi Menembus Matahari (Tiang Hong Koan Jit) yang di kuasai anak gadis gurunya.

Karena kedua kakak beradik memang dasarnya orang jahat, setelah gurunya meninggal mereka berubah lagi menjadi jahat, dan menyiksa adik seperguruannya, kemudian mereka bermaksud pergi ke Ceng-sia ingin menipu anak gadis gurunya, untuk memperoleh jurus Pelangi Menembus Matahari... dst

Karangan : NI KUANG

Di ceritakan kembali oleh : Chilly

Terdiri dari 1 jilid tamat 185 hal

Papan Utara Seruling Selatan


Sebuah keluarga yang sedang bepergian naik perahu, di sebuah selat diserang 3 orang penjahat yang berhasil membunuh ayah dari keluarga ini.

Ternyata pembunuhan ini sudah di atur oleh anak perempuannya yang berumur 15-16 tahun, yang bernama Lok Lian, diam-diam dia sudah menjadi istri kepala penjahat, selanjutnya kepala penjahat yang masih muda inipun bermaksud memperistri ibunya dan membunuh anak laki-lakinya yang masih berumur 5-6 tahun.

Dengan nekad ibu anak laki-laki yang bernama Lok Hoo, berhasil menceburkan anak laki-lakinya ke dalam sungai, berharap dia bisa menyelamatkan nyawanya.

Lok Hoo di selamatkan sebuah keluarga baik, tapi ternyata merupakan keluarga salah seorang penjahat ini, dan ayah penjahat itu tahu anaknya bermaksud membunuh Lok Hoo. Dalam keadaan bahaya seorang pendekar yang bernama Siau Ping menggunakan senjata kecapi berhasil menyelamatkan Lok Hoo.

Sampai berumur 17 tahun Lok Hoo belajar silat pada Siau Ping, setelah kepandaiannya cukup dia mulai mengembara dengan membawa kecapi sebagai senjatanya, dia mencari pembunuh ayahnya dan mencari ibunya..

Selain mencari pembunuh ayahnya dan ibunya, ternyata masih ada cerita menarik lainnya, seperti ada manusia yang tidak mempunyai tangan tapi menggunakan kaki seperti layaknya tangan dan mempunyai ilmu yang hebat. Ada tokoh yang menggunakan suaranya seperti kokok ayam bisa menyerang jantung lawannya hingga pecah, dan ada tokoh yang menggunakan papan besi jika diadukan mengeluarkan suara dahsyat bisa menghancurkan musuhnya. Dst.

karangan : Liu Yan Cang
Terjemahan : Liang Yi Shen
Terdiri dari 3 jilid tamat

Jilid ke 1 : 285 hal

Jilid ke 2 : 287 hal

Jilid ke 3 : 288 hal

Total : 860 hal.

Rahasia Gelang Pusaka

Cay Hoan Giok Tiap,
gelang pusaka yang berisi ilmu silat
yang luar biasa…
Siauw Lim Kie Su Koan,
kitab yang menyangkut rahasia Siauw Lim
Sie…

Perebutan benda mustika yang didamba
insan Rimba Persilatan,
menyebabkan sepasang anak kembar
terpisahkan,
setelah kematian kedua orang tuanya……

Mengalami nasib yang berbeda,
seorang dibesarkan dengan kebaikan,
yang lain dalam kejahatan……

U Ie Kun dikenal sebagai pemuda gagah,
Bu Beng Tongcu hanyalah seorang bungkuk
berwajah buruk

Mereka bertemu…… sebagai musuh……

Mereka berdua saudara akhirnya saling
mengenali,
mengakui, hidup bersama dan menuntut
balas
sakit hati ayah bunda mereka,
serta mendapatkan kembali
Cay Hoan Giok Tiap dan Siauw Lim Kie Su
Koan,
untuk menjaga ketenangan dan mencegah
banjir darah
di Rimba Persilatan…….


Mudah-mudahan
sinopsis ini dapat membantu anda.

Merak Merah

Kisah tentang Liu Bong Liong,
seorang piosu muda,
yang dalam perjalanan
pertamanya mengawal barang,
menemui beberapa kejadian
penting,
yang mengubah jalan hidupnya…

*****

Perjumpaan dengan …… To Hong
Jie,
membuat Liu Bong Liong
berusaha belajar
ilmu kepandaian melepas
senjata rahasia,
sebagai syarat untuk
merangkapkan jodoh…

*****

Perjumpaan dengan …… Keng Peng
Eng,
menimbulkan kebimbangan
tentang asal usul Hong Jie
yang mencintai Bong Liong
dengan sepenuh hati…

*****

Kisah dilatar belakangi
rahasia
yang menyelimuti perseteruan
antara Keluarga To dan Keng
selama dua generasi…

*****

“Bong Liong merasakan hatinya
tersayat.
Mengawasi Hong Jie disaat itu,
tak ada lain perasaannya
kecuali menyinta!
Keragu-raguannya bagaikan
terbang
disapu angin.”

*****

Semua dimulai dari …… MERAK
MERAH

Jumat, 28 Agustus 2009

Aplikasi Accounting murah Rp 2.000.000,-


Dewasa ini banyak usaha kelas menengah dan kecil mulai sadar akan perlunya software akuntansi dalam mendukung usahanya, tapi mereka terbentur oleh kekhawatiran akan mahalnya investasi di program dan error yang sering muncul.

Untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas, testing adalah tahap yang harus dilalui. Proses testing mulai dari integritas stok, tampilan, hingga bisnis proses, semuanya memerlukan waktu yang tidak singkat.

SUPER COMPLETE
Tidak perlu banyak program, cukup satu program yang mencakup semuanya. Mulai dari pembelian, proses produksi, dan penjualan semua jadi satu disini

Produk ini dapat digunakan hampir semua jenis usaha dengan skala kecil sampai menengah yang tidak mempunyai multi gudang. Cocok untuk usaha dagang dan jasa seperti : toko komputer, elektronik, HP, sparepart, baju, apotik, bengkel, dll.
Free 2 user license & Training kunjungan ke Tempat client (Onsite Training) untuk wilayah Surabaya

Fitur-fitur :
1. Aplikasi yang user friendly
Aplikasi dibangun dengan program under windows dan database client server, dengan desain grafis dan simple sehingga memberikan kemudahan user dalam mengoperasikannya.
2. Searching atau Pencarian dan Filter data
Setiap transaksi dilengkapi dengan fasilitas filter dan pencarian data.

* Pencarian data
Pencarian data yang fleksibel, operator dapat mencari data meskipun hanya mengetahui sepenggal informasi, misal user ingin mencari penjualan ke konsumen yang ada kata “ABADI”. Dan Tambahan pencarian pada saat entry data, sehingga operator tidak kesulitan entry penjualan meskipun itemnya ada puluhan ribu
* Filter data
User dapat melihat data sesuai dengan kriteria yang diinginkan, misalnya ingin melihat penjualan tanggal 1-30 Agustus untuk konsumen ALI. Ini sangat membantu pada saat analisa data.

3. Multi Gudang, Satuan, dan Site
Jumlah gudang, satuan dan site tidak terbatas.

* Multi gudang
Alokasi inventory dapat lebih dari satu gudang. Sehingga user dapat memantau stok ditiap gudang. Dan juga penambahan gudang jika suatu hari perusahaan berkembang lebih maju.
* Multi satuan
Kita dapat mendefinisikan satuan tiap item dengan berbeda-beda beserta dengan konversinya. Misal ada item dengan satuan : Box, pack, bungkus, dan buah.
1 Box=20 Pack
1 Pack=10 Bungkus
1 Bungkus=40 Buah
* Multi site
Data supplier dan customer dapat didefinisikan lebih detail lagi ke lebih dari satu lokasi. Sehingga data supplier/customer yang dimasukkan bisa meliputi beberapa cabang. Misalnya customer Matahari, lokasinya bisa dibagi menjadi cabang Surabaya, Balikpapan, dan Samarinda.

4. Inquiry
Setiap modul dilengkapi dengan inquiry yang berguna untuk mencari informasi atau analisa data. Yang mana inquiry ini dibuat sangat flexible.
5. Laporan ke Excel
Semua laporan dapat dilihat diExcel, sehingga memudahkan user mengatur format tampilan sesuai yang diinginkan.

* Semua laporan ditampilkan di excel, sehingga memudahkan analisa.
* Semua laporan dapat diubah templatenya, sehingga user dapat membuat model atau memodifikasi tampilannya sendiri.
* User dapat membuat sendiri laporan yang diinginkan, sehingga jika ada tambahan laporan tidak dibutuhkan penambahan biaya.
* Laporan–laporan dalam bentuk grafik, sehingga memudahkan analisa data, misalnya grafik prosentase kelompok item yang fast moving & slow moving.

6. Security dan Control

* User info, yang berisi informasi mengenai user, tanggal pembuatan dan terakhir update data, sehingga setiap data yang diinput bisa dilacak.
* Pembuatan dan pembagian tugas / hak akses setiap user yang fleksibel, disertai pembuatan group, dimana hal ini memudahkan pembagian tugas.
* Tiap user dalam group memiliki menu sendiri–sendiri.
* Data Drill down, data dapat dilacak lebih detail.

7. Backup dan Restore data
Semua data dalam perusahaan merupakan aset yang tak ternilai harganya. Oleh sebab itu kami menyediakan fasilitas back up data database. Dengan demikian jika terjadi kerusakan komputer atau hal–hal lainnya yang tidak diinginkan, data tetap ada. File–file tersebut dapat di simpan ke tempat lain, misalnya ke CD. Biasanya backup dilakukan tiap hari, dan 2 minggu sekali dipindahkan ke CD.

Advantage
1. Pemilihan Database
Database yang kami gunakan adalah Mysql. Database ini cukup handal, cepat dan jaminan integritas data, terbukti telah digunakan banyak perusahaan raksasa seperti Fed-Ex, Yahoo.com, Yahoo Financial, NASA, Linux.com, Indoseek.co.id, dll. Database ini menggunakan teknologi client/server, berbeda dengan foxpro atau access yang menggunakan teknologi file server.
2. Testing
Aplikasi yang akan diimplementasi selalu melalui tahap testing internal, hal ini menjamin aplikasi yang jalan di user bebas dari error. Hal ini sering dilupakan oleh banyak software house yang ada di Indonesia. Ini menyebabkan sering terjadi error pada saat awal implementasi yang membuat client menjadi trauma. Testing yang akan kami lakukan adalah secara program dan simulasi entry data.
3. Migrasi Data
Kami akan membantu memindahkan data master seperti item, supplier, dan customer, yang ada dapat dimasukkan ke system yang baru.Ini akan mengurangi beban kerja user ditahap awal.
4. Garansi
Kami akan memberikan full-support ke client, baik dengan phone, datang ke lokasi, maupun langsung melalui koneksi dengan modem. Dan kami mengkhususkan diri dalam bisnis aplikasi software, sehingga servis & penanganan dapat menjadi lebih cepat. Selain itu aplikasi kami selalu mengikuti perkembangan jaman, yang nantinya pada masa mendatang kami akan mengubah aplikasi ini ke web / internet. Client cukup mengupgrade aplikasi yang ada ke system yang baru tanpa melalui transisi data lagi.
5. Expandable
Aplikasi dapat dikembangkan lebih lanjut atau dapat disesuaikan dengan perkembangan perusahaan.

Hardware Requirements
Minimum spesifikasi komputer yang dibutuhkan adalah :
Server

* Komputer Intel Pentium 4 Processor 2.0GHz
* Memory 256MB
* Harddisk 40 GB
* CDRW (Untuk Backup ke CD)
* Modem 56K (untuk layanan remote)

Workstation / Client

* Komputer Intel Pentium 2 Processor 300MHz
* Memory 64MB
* Harddisk 2.1 GB

Anda tertarik? Hubungi kami di Henky_k@yahoo.com.sg

Online Shop hanya dengan Rp 500.000,-


Internet bukan lagi hal yang baru, hampir semua orang telah dapat mengakses internet. Dengan perkembangannya yang pesat dan dengan harga yang semakin murah, internet merupakan sarana/media yang baik untuk melakukan promosi, komunikasi, menyampaikan ide-ide anda dan berjualan melalui Toko Online.

kami hadir memberikan solusi kebutuhan website / situs promosi dan toko online untuk anda dengan harga murah, tampilan dinamis dan menarik. Fokus kami adalah pada desain web dan pengembangannya sehingga kami akan selalu mengikuti tren web terkini dan berinovasi untuk menambahkan fitur pada situs anda.

Kami hadir memberikan solusi kebutuhan website / situs promosi dan toko online untuk anda dengan harga murah, tampilan dinamis dan menarik. Fokus kami adalah pada desain web dan pengembangannya sehingga kami akan selalu mengikuti tren web terkini dan berinovasi untuk menambahkan fitur pada situs anda.

7 Keunggulan



Pengisian Data yang Mudah

Anda dapat mengisikan dan menambahkan sendiri data-data yang diperlukan untuk ditampilkan pada situs anda melalui form pengisian data yang user-friendly dan mudah digunakan..

Support / Layanan Purna Jual

Layanan purna jual yang memuaskan, kami siap membantu anda bila anda mengalami kesulitan dalam menggunakan situs yang telah kami buat.

User Friendly

Aplikasi CMS dari Seventhsite dirancang agar mudah digunakan oleh semua kalangan

Pilih Server yang akan Anda Gunakan

Anda dapat memilih server yang akan anda gunakan. Server Indonesia (IIX) bila target pengunjung situs anda dari Indonesia, dan Server USA bila target pengunjung anda berasal dari negara-negara lain.

Search Engine Optimization

Kami akan mendaftarkan situs anda ke berbagai macam search engine yang berbeda. Selain itu, kami akan membantu menganalisa keywords, title, description situs anda agar dapat terindeks dengan ranking yang baik pada search engine.

Anda adalah Prioritas Utama Kami

Seventhsite percaya bahwa untuk memberikan solusi total bisnis yang baik, bukan hanya dengan produk yang baik tapi juga dengan jasa/pelayanan yang mengutamakan kebutuhan dan keinginan para pelanggan.

Inovasi

Tim kami selalu berinovasi dan melakukan riset untuk mengembangkan fitur dan desain tampilan untuk mempermudah anda dalam menggunakan aplikasi kami.

Hubungi kami di Henky_k@yahoo.com.sg

Rabu, 24 Juni 2009

Ho Keng Koen Loen


HO KENG KOEN LOEN

YANG PERTAMA DARI PENTALOGI WANG DULU

Tahun 1952-1953, Penerbit Gie Hiap di Tasikmalaya menerbitkan serial Hok Keng Koen Loen, yang disadur oleh penterjemah cerita silat top saat itu, Tjan Khim Hiap. Belum genap serial ini selesai diterbitkan, di Jakarta diterbitkan serial Ho Keng Koen Loen yang disadur oleh OKT (Oey Kiem Tiang). Pertama berupa serial di publikasi Star Weekly, lalu kemudian pada tahun 1954 menjadi serial silat pertama yang dipublikasikan penerbit Tjerita Silat Keng Po.
Tentunya ada yang luar biasa pada Ho Keng Koen Loen, sehingga dua penerbit besar di era itu sampai berani menerbitkan sebuah kisah silat secara bersamaan.
Di akhir tahun 2000, sutradara Ang Lee merilis sebuah film layar lebar berjudul Crouching Tiger, Hidden Dragon. Karya sinematografi ini memenangkan sejumlah piala Oscar. Ang Lee mendasari film suksesnya itu dari sebuah cerita silat berjudul Go Houw Tjhong Liong.
Go Houw Tjhong Liong adalah bagian ke-4 dari Pentalogi Wang Dulu. Pentalogi yang dimulai dari Ho Keng Koen Loen.
odipi (On Demand Printing) Sungai Telaga kini menghadirkan kembali Ho Keng Loen Loen! Merayakan 55 tahun lebih ulang tahun penerbitan pertama Ho Keng Koen Loen di Indonesia, kisah ini kembali dapat Anda miliki dalam bentuk Buku Linen Hardcover Laser Printing dengan sampul Jaket Cover berwarna 2 Jilid @ 425 halaman

Sedikit resensinya sebagai berikut :
KETIKA cersil masih terasa begitu murni, tanpa ilmu silat luar biasa, belum ada lweekang (tenaga dalam) tak kepalang lihay yang mampu meremukkan batu cadas gunung, pada masa itulah berjaya karya-karya Wang Du-lu.
Kira-kira lima puluh tahun lalu, untuk pertama kalinya saya mencuri baca cersil “HO KENG KOEN LOEN” terjemahan OKT, dari guntingan harian Keng Po yang dibundel Papa saya. Ternyata saya langsung menyukainya, dari sinilah awal kegemaran saya membaca cersil. Kendati detail cerita sebagian besar sudah terpupus dari memori oleh sang waktu dan banyaknya buku yang dilalap, namun intisarinya masih mengendap dalam otak sampai hari ini. Mohon dimaafkan kalau ada kesilapan, namun lebih-kurang sinopsisnya sebagai berikut;
Kang Siauw Hoo, sebagai bocah, menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tewas di tangan Pauw Koen Loen. Padahal beliau adalah salah seorang murid Pauw. Memang ayah Siauw Hoo telah melakukan suatu kesalahan hingga tak bisa diampuni sang guru sekaligus pemimpin perkampungan Pauw yang sangat otoriter. Betapapun, si bocah menyimpan dendam kesumat dan bersumpah dalam hati, kelak akan menuntut balas pada Pauw.
Sebagai anak-anak, Siauw Hoo tetap tinggal di perkampungan Pauw, diperlakukan sebagai pelayan hina. Hanya, Ah-Loan, cucu perempuan kesayangan Pauw yang bersimpati kepadanya.
Menjelang remaja, Siauw Hoo memutuskan untuk berkelana di rimba persilatan sembari menuntut ilmu silat. Betapa naifnya, ketika ia berlatih ginkang (ilmu meringankan tubuh) dengan cara melompat naik-turun ke atap genteng penginapan.
Ketika bertemu seorang pendekar dari wilayah lain, Siauw Hoo mengadukan nasib. Si pendekar bersedia mengikutinya ke perkampungan Pauw. Namun kakek Pauw kelewat kosen, hingga pendekar undangan Siauw Hoo dipecundangi.
Tak kenal putus asa, Siauw Hoo terus mencari, sampai bertemu seorang kakek aneh, yang selalu tahu-tahu berjalan di depannya, kendati tadi sudah ditinggalkan Siauw Hoo yang berkuda. Sadarlah pemuda kita, kalau ia telah bertemu pendekar sakti. Memang benar, sang kakek adalah Kiu Hoa Loojin, yang membawa Siauw Hoo ke Kiu-hoa-san (Gunung Sembilan Bunga). Di sini Siauw Hoo digembleng ilmu silat bersama suheng (abang seperguruannya) , si Gagu Ah-Hiap.
Bertahun-tahun kemudian, Siauw Hoo turun gunung sebagai pemuda gagah dengan nama baru, Kang Lam Hoo. Dalam pengembaraannya ia bertemu dua pendekar muda lain. Lie Hong Kiat yang tenang dan bergaya pelajar, serta Kie Kong Kiat yang gagah dan temberang.
Kang Lam Hoo menantang Pauw Koen Loen bertanding. Sekarang memang ilmunya sudah tinggi, hingga bisa membuat si kakek Pauw sengsara habis-habisan. Namun cintanya pada Ah-Loan yang telah menjadi gadis pendekar jelita membuat Kang terombang-ambing antara dendam dan cinta. Sedangkan Lie Hong Kiat dan Kie Kong Kiat merupakan sahabat sekaligus saingannya dalam bersilat dan kemelut asmara!
Sesungguhnya “Ho Keng Koen Loen” atau “Riwayat Kang Lam Hoo” merupakan cerita pertama dari pentalogi (lima buku) karya empu Wang Du Lu (1909-1977). Pentalogi tersebut diterbitkan di Hong Kong dari tahun 1936 sampai dengan 1944.
OKT yang mengalihkannya ke bahasa Indonesia, dan kemudian dibukukan oleh penerbit Keng Po berurutan sebagai berikut:

“Ho Keng Koen Loen” (1954)
“Po Kiam Kim Tjee” (1956)
“Kiam Kie Tjoe Kong” (1958)
“Go Houw Tjhong Liong” (1959)
“Tiat Kie Gin Pan” (1960)
Dari pentalogi ini yang paling terkenal kemudian adalah “Go Houw Tjhong Liong” karena difilmkan oleh Ang Lee dengan tajuk, “Crouching Tiger Hidden Dragon”. Aktor simpatik Chow Yun-fat berperan sebagai Li Mu Bai.
Dalam dialek Tionghoa-Hokkian, Li Mu Bai dibaca Lie Bouw Pek (bukan lain daripada anak Lie Hong Kiat yang menjadi murid Kie Kong Kiat dan juga mewarisi ilmu Kang Lam Hoo).
Cara bertutur Wang Du Lu yang diterjemahkan dengan baik oleh OKT telah membuat ribuan pembaca kesengsem. Sulit dilupakan bagi yang pernah membacanya. Sedangkan mengenai aspek humanisme (kemanusiaan) serta kependekaran Kang Lam Hoo menurut pendapat saya pribadi, bisa disejajarkan dengan riwayat Miyamoto Musashi, si ronin samurai yang menggetarkan.
Demikian sekadar nostalgia ke masa awal kejayaan cersil demi menyambut ulang terbit “Ho Keng Koen Loen” setelah 55 tahun!

Lencana Tujuh naga

inilah sedikit cerita sambungan Lencana Tujuh Naga bagian ke 2, yang cayhe dapat naskah nya dari O K T.

“Maka itu, akupun harus dapat merubah kebiasaanku.” Demikian pikirnja. “Tanpa sikap halus, pertjuma andaikata aku bisa menjingkirkan Bouw Kun serta membubarkan Ho Lok Paj. Orang bisa mengatakan aku galak tidak karuan..”

Demikian anak muda ini membuat perdjalanannja dengan sifatnja bagaikan telah berubah. Hari itu ia tiba di Kho Pie Thiam. Lantas ia mentjari TJiu Tiam, atau rumah makan. Dimana ia mengisi perutnja sambil minum arak. Tjawan demi tjawan diminum perlahan-lahan. Inilah karena ia sambil berpikir, ‘di Jan San nanti, dimana aku akan tjari adjah dan bundaku?’ ia berpikir keras hingga tanpa merasa, ia telah menenggak habis satu potji arak. Hingga tanpa merasa, ia mendjadi sedikit pusing. Baru setelah itu, ia ingat akan mentjari penginapan.

Habis membajar kepada pelajan, selagi keluar dari rumah makan, Sie Kiat berdjalan dengan terburu-buru. Hampir dia bertabrakan dengan seorang jang berdjalan didepannja. Sjukur karena kelintjahannja, dapat ia lantas mengegoskan tubuh. Namun, berbareng dengan itu, ia mendengar tjatjian ,Oh, orang buta beribu andjing!...” dibarengi totokan ke djalan darah Khie-haj!

Perasaan terperandjat, heran dan mendongkol bertjampur mendjadi satu dibenaknja. Sjukur dia bermata djeli dan gesit pula. Terus ia menoleh akan melirik penjerangnja jang mulutnja kotor.

Disana berdiri tegak seorang dengan roman bengis, dia itulah jang disebut orang berkepala matjan tutul dan bermata roda. Mata jang bersinar sangat tadjam. Usianja mungkin baru kira-kira 27 tahun. Tegas dia bertubuh kekar, mirip dengan seorang ahli tenaga dalam.

Mulanja hatinja panas, dilain detik Sie Kiat ingat akan harga dirinja. Maka sebaliknja daripada bergusar dan menegur, ia djusteru merangkap kedua tangannja memberi hormat seraja berkata merendah:

”Maaf sahabat! mengingat siapapun dapat keliru mengambil djalan, maka tak usahlah kau datang-datang memaki orang!”

Di dalam hati, Toan Leng menjesal ia tidak tahu ilmu kepandaiannja orang ini. Iapun menjesal sudah tidak ingat meminta peladjaran ilmu kegesitan Kiu Liong Lian Hoan Pou dari Bu Tong Pai dari kakeknja. Barusan itu, hampir ia tak dapat menjelamatkan dirinja.

Orang tidak dikenal itu mendjadi gusar. Terang dia tidak puas mendengar teguran.

“Hai botjah!” bentaknja, “Apa kau tidak tahu siapa tuan besarmu ini? Bagaimana kau berani menegur aku? Oh, kau rupanja sudah menjesal usiamu jang telah diperpandjang. .?”

Habis sabarnja Sie Kiat, atau mungkin ia terpengaruhkan air kata-kata satu potji jang telah ditenggaknja. Maka djuga, ia lantas berkata keras:

”Sahabat, apakah dengan kata-katamu ini kamu mau artikan aku tak bakal hidup sampai pada djam ketiga?”

Orang itu mundur satu langkah. Si pemuda menanjanja dengan sinar mata berpengaruh. Tapi dia bukannja mau menjingkirkan diri, hanja sembari menunduk kearah belakangnja. Dia berkata keras:

“Oh, botjah jang baik, djikalau kau tidak dihadjar, nistjaja kau tidak akan merasa puas. Baiklah. Mari kita pergi keluar dusun ini, ke tandjakan Hong Jap Po. Disana aku akan menghadjar adat kepadamu!”

Sepasang alis Sie Kiat terbangun.

“Kau djalanlah kalau kau suka!” sahutnja gagah.

Orang itu tidak menjawab. Sebaliknja, segera dia mengangkat kakinja berdjalan pergi. Sie Kiat bertindak mengikuti.

Tatkala itu gunung disinari tjahaja matahari lohor. Mega berwarna kekuning-kuningan. Tandjakan Hong Jap Po tampak sunji sekali. Rumputnja putih. Di tempat jangsepi itu djusteru berdiri berhadapanlah dua orang jang hendak bertempur itu, si galak dan si berbudi pekerti halus.

“Tuan, apakah she dan nama besarmu?” Sie Kiat masih bertanja sambil memberi hormat.

“Liok Beng!” sahut orang jang ditanja, singkat. Suaranja ketus, dan terus dia balik bertanja: ”Botjah, kau djuga menjebutkan namamu buat tuan besarmu mendengar-nja!”

Hati Sie Kiat panas, akan tetapi, ingat harga dirinja, ia mengekang diri. Ia memberi hormat pula:

“Aku jang rendah Liu Sie Kiat dari Siang Jang,”sahutnja sabar.

“Liu Sie Kiat dari Siang Jang..?” pikir si orang galak, hingga dia mengerutkan alisnja. Lantas menanja pula, ”Kau kenal Hui Thian Giok Liong Liu Kiam Hiong atau tidak?”

Sie Kiat berdiri tegak, sikapnja gagah.

“Ia adalah ajahku!”sahutnja terus terang, suaranja gagah.

Mendadak sontak Liok Beng tertawa tergelak-gelak, seterusnja berkata njaring:

”Ini dia jang dibilang, mentjari sampai sepatu besi petjah, tidak djuga dapat diketemukan, sekali ketemu, mudah sekali! Aku termasuk orang muda, tjuma aku mendengar sadja halnja Liu Kiam Hong bagaimana gagah luar biasa, tetapi setelah aku tjari dia di tigabelas propinsi, tak dapat aku menemukannja! Sajang, sungguh sajang!... entahlah habis dihadjar Bouw Kun, dia telah pergi entah kemana.. atau..!”

Sie Kiat mendjadi tidak puas sekali. Mulut orang itu kotor sekali!

“Sahabat she Liok!” ia memutus, “Tentang ajahku, umumlah jang nanti memberikan penilaian, kelak di kemudian hari, kaum Bulim nanti akan mengetahuinja sendiri! Perihal dirimu, apakah maksudmu mentjari ajahku? Sekarang aku belum sempat menemuinja, djangan kau menjesal, sekarang didepanmu berdiri aku si orang she Liu! Apakah kehendakmu? Kau sebutkan sadja. Asal kau dapat merebut kemenangan dari aku, Liu Sie Kiat, sama sadja, namamu bakal sama tersohornja!”

Kembali si orang she Liok tertawa, dia sangat djumawa.

“Botjah, kau sungguh gagah!” katanja mengedjek. “Sajang kau seorang bu beng siauw tjut! Bertempur denganmu mana dapat disamakan dengan aku menempur ajahmu?”

Sie Kiat tertawa:

“Sahabat she Liok, kau terlalu menghargakan dirimu sendiri, terlalu berlebihan!” demikian katanja. “Sudah, tidak usah kau mengatakan apa-apa lagi jang tidak ada sangkut pautnja! Paling benar kau sebutlah kehendakmu! Kau ingin kita bertempur dengan tjara apa? Asal aku kalah, akan aku adjak kau menemui adjahku! Supaja ajahku dapat memohon pengadjaran beberapa djurus dari kau! Sebaliknja, djikalau apa latjur kaulah jang gagal…”

Liok Beng menepuk pahanja.

“Asal aku kalah!” katanja njaring,” Aku akan mentjutji tangan, aku akan mundur dari dunia kang ouw, untuk kembali ke Jan San, guna beladjar terlebih djauh, buat nanti turun gunung lagi kedua kalinja! Nah, botjah, itu waktu aku akan tjari kau, guna mengambil batok kepalamu dari batang lehermu!...”

Sie Kiat mendjadi berpikir mendengar orang menjebut Jan San-gunung Jan San. Ia djadi ingat, djikalau demikian, mungkin adjah bundanja tidak berada di gunung itu, dan orang kasar ini entah ada hubungannja apa dengan Jan San DJie-loo, kedua orangtua kosen dari Jan San…

“Jan San Djie-loo tinggal dilembah Keng Liong di puntjak Biauw Hong San,” pikirnja lebih djauh, ”Maka itu, andai kata ajah bundaku benar hidup menjendiri di Jan San, tentulah dibagian selat jang mentjil dan sunji. Bukankah Jan San luasnja ribuan lie? DJie-loo bukan dari kalangan lurus, tidak nanti ajah bundaku sudi bergaul dengan mereka berdua, maka itu kalau aku tjoba pergi kepada mereka, mereka tentulah tidak tahu menahu tentang ajah dan kedua ibuku..”

Oleh karena memikir demikian, anak muda ini mendjura kepada si kasar dan garang untuk berkata sembari tertawa:

”Sahabat, urusan di belakang adalah urusan di belakang hari! Siapakah dapat meramalkan apa jang bakal terdjadi? Aku sendiri, sekarang ini, aku merasa sangat berbahagia bakal berkenalan ilmu kepandaian jang liehaj dari Jan San DJie-loo!”

Sengadja Sie Kiat mengutjap demikian, guna memantjing Liok Beng menjangkal atau membenarkan hal dia mempunjai hubungan tidak dengan DJie-loo, dan kalau ada, apa hubungannja itu guru dengan muridkah?

Liok Beng benar-benar djumawa! Mendengar orang menjebut-njebut Jan San DJie-loo. Dia tidak kaget, dia djusteru bergembira. ja, dia sangat puas! Maka dia tertawa berkakakan. Lalu katanja keras:

”Hari ini aku akan membuat kau dapat mementang matamu! Nah, mari kita mentjoba-tjoba satu dengan jang lain!”

Toan Leng (Sie Kiat) mendongkol, sampai tidak mau mengatakan sesuatu. Dia tjuma terbangun sepasang alisnja. Habis itu, dia kata njaring:

”Sahabat Liok, baiklah, aku akan mengiringi kehendakmu!”

Lagi-lagi Liok Beng tertawa berkakakan. Hanja kali ini tawanja itu diteruskan dengan tangannja dibawa kebelakang punggungnja, guna menghunus sebatang golok-nja jang terang berkilauan. Selagi ditjabut, golok itu bersuara njaring ”srettt!” itulah golok kong too, jang segera dipakai menuding lawan!

“Nah, botjah, hajo, kau pun keluarkan sendjatamu! Bentaknja.

Sie Kiat mengawasi dengannja membawa lagak angkuh, terus tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia meng-hunus pedangnja…pedang Ang Hui Pookiam jang tua itu…hingga suara pedang terdengar bagaikan auman naga…

Pedangnja djuga mengeluarkan tjahaja berkilau..

Melihat pedang lawan, Liok Beng sendirinja mundur lima tindak!

“Pedang djempolan!” teriaknja, kagum dan heran.

Sementara itu, banjak orang mulai menonton dari kedjauhan, namun mereka itu berdiam semuanja. Hingga sunjilah diantara mereka semua.

Sie Kiat berlaku tenang.

“Sahabat she Liok,” katanja sabar, “Djikalau kamu menganggap pedangku pedang luar biasa, tak apalah suka aku mengalah, suka aku menjambut beberapa djurusmu dengan bertangan kosong!...”

“Hm! Liok Beng berseru tawar. Dia mendjadi gusar sekali, ”Oh, botjah, bagaimana djumawamu! djikalau benar kau tak menggunakan sendjata tadjam, ingin kau menjambut golok kong too ku dengan tanganmu jang berdarah daging, baiklah, akan aku melajanimu!

Aku djandji, asal selama lima puluh djurus aku tetap tidak sanggup membereskan kau maka hendak aku menepuk pahaku buat terus pergi mengangkat kaki!”

Matanja Sie Kiat berputar, otaknja berpikir tjepat, ”Manusia ini sangat takabur, djikalau dia tidak diadjar adat, mungkin kelak dibelakang hari dia dapat melakukan sesuatu jang buruk!”

Setelah berpikir demikian, Toan Leng tertawa, pedangnja dimasukkan pula ke dalam sarungnja. Segera ia memasang kuda-kudanja seraja terus berkata:

”Nah, sahabat she Liok, beginilah aku bersiap sedia menjambutmu!” dan kata-kata itu ditutup dengan satu rangkapan tangan tanda memberi hormat!”

Liok Beng tertawa tergelak-gelak. Tidak ajal lagi, dia menjerang dengan goloknja! Sie Kiat bersikap dengan sikap Tong Tju Paj Hud-katjung memudja sang buddha. Terus ia berkelit dari batjokan, menjusul mana, ia membalas dengan satu gempuran ke arah dada si djumawa.

Itulah serangan hebat, si Liok ketahui itu, maka didalam kaget, dia segera berlompat mundur. Tidak sempat dia menangkis, terpaksa dia mesti berkelit mengalah.

DJusteru orang mundur, djusteru si anak muda merangsak terus. Hanja kali ini serangan berupa hadjaran kepada golok lawan. Agar golok itu bisa dibikin terlepas dari tjekalan dan djatuh ke tanah!

Liok Beng mau mengandalkan tenaganja jang besar, dengan kedua tangannja, ia memegang keras gagang goloknja. Diluar dugaannja, serangan lawanpun keras sekali. Maka mau atau tidak, goloknja kena tertolak, lantaran mana, dengan djurus “Poan Liong Tjie How-naga melingkar menerkan harimau”. Ia menggunakan kedua lengannja dengan berbareng, tangan kanan mendjurus kedada, tangan kiri menjambar kebawah, kearah perut lawan, menjusul mana, kedua kakinjapun menendang dengan bergantian!

Tidak ampun lagi, Liok Beng lantas mendjadi sasaran. Sjukur untuknja, lawan masih mengingat akan kewelas-asihan, lantaran mana, tenaga serangan itu diperkurang. Dengan demikian, dia tertolak mundur tiga langkah, tetapi dia beradat keras, bukannja dia sadar dan insaf, dia menuruti kemarahannja. Habis terpaksa mundur itu, dia lantas madju pula berlompat menjerang dengan maksud membuat pembalasan. Dia menggunakan tipu silat “Toat Pauw DJiang Wie,”—“Meloloskan djubah menjerahkan kedudukan.”

Terkedjut djuga Sie Kiat menjaksikan lawan masih demikian tangguh dan gesit. Ia pun menjesal kebaikannja terbalas kedjahatan. Di detik itu djuga, panaslah hatinja. Maka ia segera membentak:

”Oh, orang tak berbudi! Orang tak tahu selatan!” sedangkan kedua tangannja dibarengi dipakai menjerang sambil kakinja pun bekerdja sama!

Itulah salah satu djurus dari Liong Houw Hian Jang TJiang jang dinamakan “Teng San Kan Goat,”—Mendaki Gunung, mengedjar rembulan.”

Liok Beng terkedjut dan repot. Tak sempat ia menggunakan goloknja, bahkan sendjatanja itu kena tersampok hingga tubuhnja turut miring, karena mana ia mendjadi terhujung mundur lima tindak pula. Kaget dan gusar tertjampur mendjadi satu, dan napaspun memburu keras. Dipihak lain, mukanja pun mendjadi merah bahkan mendongkol dan malu!

“Orang she Liu, kau benar hebat!”serunja kemudian. “Kepandaianku benar tidak berarti akan tetapi, hendak aku menanja kau, kau berani atau tidak memasuki selat Keng Liong Kok?”

“Hahaha!” Sie Kiat tertawa, sedangkan matanja menatap lawan itu: ”Jan San toh bukannja gunung golok! Atau taruh kata benar, mustahil aku ngeri mendatanginja? Sahabat, hendak aku menitip kata-kataku kepada gurumu, dalam waktu setengah bulan, aku bakal pergi berkundjung kesana!”

Baharu Sie Kiat mengutjap demikian, ia menjesal sendiri. Ia sadar pengaruh arak membuatnja bitjara demikian sembarangan.

Liok Beng menggertak gigi. Dia mengepal keras tangannja, ia atjungi.

“Oi botjah tjilik!” serunja. “DJangan kau takabur! Baiklah, tuanmu akan menantikanmu di Jan San!”

Sie Kiat terpaksa tertawa. Tak dapat ia mundur pula.

“Baiklah, begini djandji kita!” sahutnja.

Liok Beng mendelik, terus ia memutar tubuh, akan mendjemput goloknja jang terbang djatuh ke tanah, untuk seterusnja menangkat kaki tanpa menoleh pula..

Karena pertempuran berhenti, banjak penontonpun lantas bubaran. Mereka itu agak menjesal tidak dapat menjaksikan lebih lama dan lebih seru.

Sie Kiat mendongak, melihat langit. Ia menarik napas perlahan.

“Pergi ke Jan San?” pikirnja kemudian. “Disana aku mentjari adjah bundaku atau buat menempur Jan San DJie-loo si dua orang tua aneh?..”

Tak dapat anak muda ini bersangsi lama-lama. Segera dia mengambil keputusan, segera ia mulai berangkat. Maka itu selang lima hari, ia sudah tiba di kota Peng TJiang di mana ia terus memasuki pintu kota. Paling dahulu ia mentjari penginapan, karena itu waktu sang sore sudah tiba.

Pengurus hotel menjambut ramah dan dengan hormat menanjakan she dan nama orang.

“Liu Sie Kiat!” sahut Sie Kiat terus terang.

“Ada seorang tamu jang terhormat, lekas tundjukkan kamar kelas satu!” kata pengurus hotel itu, jang berpaling ke dalam dan suara njaring.

Lantas terdengar satu suara menjahut, terus muntjul orangnja, seorang pelajan, jang menjambut tamunja dengan hormat.

Heran si anak muda menjaksikan tuan rumah demikian ramah dan telaten.

Pelajan tahu tugasnja. Segera dia menjiapkan air buat mentjutji muka dan tangan. Habis mana terus dia menjediakan barang hidangan.

Sie Kiat lantas membersihkan diri, setelah selesai, iapun duduk akan bersantap. Ia malah minum arak pula.

Habis tamunja bersantap, pelajan menjuguhkan teh wangi.

“Sempurna perlajanan penginapan ini,” pikir Sie Kiat. Ia anggap, itulah tentu disebabkan pengaruh uang.

Tak lama, muntjul pula si peladjan. Dia mendjura dan kata:

”Tuan, madjikan kami mengirim salam!”

Kali ini Sie Kiat heran djuga. Penghormatan buat apakah itu? Tengah ia berdiam, dari luar kamar terdengar langkah kaki, disusul muntjulnja seorang pria bertubuh kekar dengan kumis kaku. Dia bersenjum manis dan sembari memberi hormat lantas berkata ramah:

”Tuan Liu telah berkundjung, bagi gubuk kami, sungguh suatu kehormatan!”

Pendekar pedang kail mas

Seorang anak kecil yatim piatu bernama Sen Sin Hiong yang berumur 7-8 tahun harus bekerja berat pada sebuah keluarga Sun, karena Sun Bu Pin telah meminjamkan uang kepada Sin Hiong untuk penguburan ibunya. Karena Sun Bu Pin merasa dendam kepada ibunya Sin Hiong, akhirnya dia terus menerus menyiksa Sin Hiong dengan bekerja berat, akhirnya dia tidak tahan dan memberontak, tapi dia di hajar sampai babak belur hingga tidak sadarkan diri dan di buang ke hutan untuk makanan serigala.

Dalam keadaan hampir mati Sin Hiong di tolong seorang jago tua yang sudah mengawasi keadaan Sin Hiong selama 3 bulan, jago tua ini mengajarkan ilmu silatnya yang hebat selama 10 tahun.

Setelah lulus guru Sin Hiong meninggal dunia, sebelum meninggal dia berpesan supaya Sin Hiong mendatangi 9 perguruan besar di dunia persilatan, dia harus bertanding dengan 9 perguruan besar untuk membalas dendam, sebab gurunya dulu kalah bertanding karena di keroyok oleh sembilan perguruan besar.

Dengan membawa Pedang Kail Emas warisan gurunya, Sin Hiong kembali ke desa dulu ingin membalas dendam pada Sun Bu Pin. dst

Judul buku : PENDEKAR PEDANG KAIL EMAS,

Karangan : LIU CAN YANG

Terjemahan: Liang J Z

Terdiri dari 3 jilid tamat

Total : 761 hal.

Sabtu, 09 Mei 2009

Legenda Golok Halilintar

Halilintar memecah di langit yang berwarna kelam abu-abu dan menghantam bumi!

Getaran bunyi halilintar yang mengelegar-gelegar dahsyat bergentayangan dicelah-celah lembah gunung lama sekali hilangnya.

Kilatan cahaya yang datangnya hanya sekilas, menerangi tiga macam barang yang membuat orang miris, diatas bukit tunggal yang menyerupai kepala botak dewa Lohan. Golok panjang yang putus, Pedang yang patah, Busur panah yang cacad.

Golok panjang yang putus, hanya menyisakan bagian kira-kira dua cun dari ujung goloknya, tetapi diatas puncak menusuk tanah batu yang kerasnya bagaikan emas dan besi diatas, ekor pitanya berwarna merah darah mencolok berkibar di terpa angin, gagang golok tersebut berbeda dengan yang lain, besarnya sama dengan jari tangan anak-anak, kelihatan terbuat dari bahan yang empuk, sekarang berdiri dengan tegak.

Pedang yang patah, tergeletak di tempat tidak jauh dari golok panjang yang putus, ujung pedang yang telah patah setengah, entah dimana bagian patahannya? Dalam kilatan halilintar, gagang pedang itu mengeluar-kan cahaya ke sekeliling tempat itu, sekali pandang sudah dapat diketahui gagang pedang itu telah tertanam banyak batu perhiasan.

Busur panah yang cacad, tergantung di pinggir tebing tidak jauh dari golok putus, pedang patah, sepertinya hampir jatuh ke bawah jurang, sebetulnya, sebagian busurnya sudah terbenam di celah batu, kokoh tidak dapat dicabut lagi, punggung busurnya terbuat dari giok putih, tali busurnya sudah hilang, sehingga disebut busur panah yang cacad.

Kilat dan halilintar sudah berlalu, dari jurang yang sangat dalam timbul angin yang sangat dingin, dan mendadak suara rintik-rintik hujan turun dari langit yang lusuh!

Apakah langit turut bersedih atas sisa pertarung-an di puncak bukit tunggal ini? meneteskan air mata kasihan pada golok panjang yang putus, pedang yang patah dan busur panah yang cacad.

Apa betul? Atau bukan?



BAB 1



Gua iblis



Kilatan halilintar bagaikan pelangi, amarah geledek masih bergetar! Lembah iblis yang gelap gulita terletak di daerah Ban-li-san (Pegunungan sepuluh ribu) di Gui-lin selatan.

Begitu kilat halilintar berkelebat, sisa cahaya yang merah menyala terang, membuat lembah iblis terang benderang sekilas dan lembah yang sejak ribuan tahun, siang malam terkunci oleh kegelapan, baru tampak di mata langit.

Tampak dasar lembah berlumut hijau tanpa jalan, tidak terlihat batunya, di sampingnya berdiri bukit-bukit yang menjulang tinggi, kadang ada juga batu-batu yang mencolok keluar, bentuknya seperti binatang raksasa jaman purbakala, dengan mata yang mengerikan memandang ke bawah, membuat orang takut.

Saat kilatan sinar berkelebat, terlihat satu anak kecil sedang meloncat melewati batu yang terletak di atas dasar bukit, yang tingginya puluhan meter.

Anak itu! Loncatannya ringan dan lincah, tidak kalah dari loncatan monyet batu-batu yang bisa melon-cat sampai sejauh dua tombak.

Yang lebih aneh lagi, dia turun dari atas bukit tinggi yang banyak jumlahnya, bocah lelaki yang baru berumur sepuluh tahun, bagaimana bisa datang ke tempat itu? Untuk apa dia datang?

Saat kilatan sekali lagi datang di ikuti suara halilintar, geraknya seperti ular emas yang melesat ke bawah lembah, dengan cepat lewat di depan anak itu, biarpun sangat berani, dia terkejut juga atas kejadian itu.

Bocah itu belum minum dan makan sejak kemarin siang, tubuhnya gemetar tersiram air hujan, lapar dan dingin, membuat orang dewasa saja bisa patah semangat, apa lagi bocah cilik ini, dia hampir putus asa.

Dia melihat pemandangan sekeliling tempat, kesunyian dan kegelapan belum memperlihatkan muka asli lembah iblis yang mengerikan, demua menambah ketakutan bocah ini.

Mendadak, kilat dan halilintar datang lagi, mem-buat hati bocah yang kelaparan ini mendapat pukulan berat. Tetapi… sinar kilat dan suara halilintar ini seperti memberi rangsangan sejenak, membuat jiwa pemberani-nya pulih kembali.

Dengan semangat yang pulih, dia berpikir: pepatah mengatakan ayahnya adalah gambaran laki-laki sejati, dia adalah pemimpin dari empat pendekar wahid yang termasyur yang mendapat gelaran “Lui-to (Golok Halilintar), In-kiam (Pedang Awan), Giok-kiong (Busur Kumala) dan Kau-sat (Kail Pembunuh)”

Ayahku berjuluk Lui-to-cai-thian (Golok halilintar di langit)! Adalah seorang ayah yang gagah. mana boleh aku jadi seorang pengecut dan gampang putus asa.

Semangatnya yang teguh seperti membuat suatu keajaiban, begitu bocah itu memikirkan sebutan ayahnya, Lui Kie Lui-to-cai-thian, semangat juangnya langsung bangkit, hilang rasa takut terhadap situasi sekelilingnya yang gelap dan asing, juga melupakan perihnya perut lapar dan gemetaran untuk sementara, mengunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan ayahnya sejak dia masih kanak-kanak, dia meloncat ke bawah, ke jurang iblis.

Ke bawah jurang iblis? Tentu saja, bocah kecil itu tidak tahu dia telah menuju tempat yang salah, dia tidak mengenal jalan, hanya menerjang tempat itu bagaikan orang buta.

Sekali lagi kilat dan halilintar berselingan keluar, hujan lebat tercurah dari langit, sekejap saja bajunya sudah basah semua, detik ini mana mungkin dia menper soalkan bajunya yang basah? Tetapi terpaan hujan lebat tersebut, membangkitkan rasa dingin dan lapar yang telah dilupakan tadi, dia jadi lebih tersiksa lagi.

Bocah itu terpaksa melanjutkan loncatan yang bagaikan angin melewati batu-batu yang terjal, sebentar saja sudah melesat sejauh sepuluh tombak.

Hujan lebat, batu licin, di tambah lapar, dingin, dan kelelahan, baru saja bocah itu meloncati batu terjal di seberang yang jaraknya satu tombak, mendadak kaki-nya terpeleset, dalam hatinya berseru, ‘Celaka’ belum kata-katanya juga diucapkan, tenaga dalamnya seperti terkuras habis, tanpa daya dia jatuh terpelanting menuju bawah jurang yang puluhan tombak dalamnya.

Anak kecil itu putus asa! Dia memejamkan kedua matanya, terasa suara angin yang menderu di pinggir kupingnya, kecepatan turunnya cepat, dalam hatinya dia merasa sedih, dan berkata:

”Ayah, sebetulnya A Bin tidak boleh kabur dari rumah………”

Belum berhenti berpikir, tubuhnya mendadak menimpa benda yang basah, empuk dan sangat kenyal, dia tidak merasa sakit, malah tubuhnya terpental balik ke udara dan jatuh lagi, berulang-ulang hingga empat kali, baru bisa terlentang diatasnya.

Dia terkejut bercampur senang, dengan teliti di rabanya benda yang menahan tubuhnya, dalam hatinya berkata, ‘beruntung selamat,’ ternyata dia selamat oleh lumut hijau yang tebalnya beberapa kaki, yang tumbuh sejak jaman purba kala tidak terkena sinar matahari, lumut itu berobah jadi empuk dan elastis, biarpun ada orang jatuh dari tempat tinggi hingga seratus tombak pun, tidak akan terluka.

Hujan makin deras, dibawah jurang terasa lebih deras lagi, A Bin merangkak bangun di bawah dasar jurang yang gelap, dia meraba-raba dinding jurang yang licin dan basah, dengan lunglai menginjak lumut yang empuk dan basah hingga sepuluh tombak jauhnya.

Mendadak tangannya meraba celah yang kosong, A Bin tidak waspada, keseimbangan tubuhnya tidak terkontrol, dan lumut yang dibawah kaki tidak bisa menahan kakinya, sehingga dia jatuh kedalam lubang itu, terdengar satu suara “bruk”, ternyata dia jatuh ke atas tanah yang keras dan kering.

Hujan yang deras menjadi berhenti karena terhalang lumut, sekarang A Bin merasa lebih leluasa, dia bersandar di tembok lubang itu yang ternyata menyerupai sebuah goa, setelah beristirahat sejenak, dia melihat gelapnya dalam goa hingga tidak kelihatan apa-apa, pelan-pelan dia teringat kehidupan masa lalunya ………..



0-0-0



Ketika A Bin baru dilahirkan tiga hari, ibunya meninggal karena sakit, dia di rawat oleh ayahnya dengan penuh kasih sayang, sejak kecil ayahnya telah memupuknya dasar latihan silat, dan oleh kakek dari ibunya yang terpelajar, dia diajarkan membaca dan menulis, hingga umur sepuluh tahun, dia telah menguasai seratus dua belas jurus ilmu ayahnya yang bernama Ilmu golok halilintar, ‘Lui-teng-kie-hoat’ (jurus Halilintar gemuruh)

Karena ayah A Bin, Lui Kie sangat sayang pada anaknya, maka dalam kehidupan sehari-harinya dia jarang keluar rumah, sepanjang tahun dia menemani anak tersayangnya, kecuali tiap tiga tahun sekali pada bulan 5 di saat hari Pecun (bacang) dia pergi ke Kwie-lam, mengikuti pertemuan Empat pendekar wahid yang diadakan tiga tahun sekali di Liong-bun-hong (Puncak-pintu langit) di Ban-li-san.

Pertemuan ini sudah berlangsung sekitar dua puluh tahunan, tiap tiga tahun menjelang malam hari raya Pe-cun, empat pendekar wahid di jaman itu akan datang ke Liong-bun-hong untuk mengadu kepandaian, yang menang akan memegang tanda “ Su-ciat-leng” (Empat perintah tertinggi) selama tiga tahun.

“Su-ciat-leng” hanya berupa Papan perintah yang berwarna hitam, perebutan Papan perintah ini telah berlangsung sepanjang dua puluh tahun, Papan perintah mempunyai kekuasaan yang sangat besar, bagi golongan hitam atau putih di dunia persilatan, biarpun tidak terikat oleh Papan perintah itu, tetapi tetap mengakui keberadaannya, karena orang yang meme-gang “Su-ciat-leng”, adalah orang yang paling hebat ilmu silatnya, siapa yang berani melawan Papan perintah itu, berarti menantang pada Empat pendekar wahid, tidak bisa di sangsikan lagi. Di dunia persilatan siapa yang mau bermusuhan dengan gabungan Empat pendekar wahid ini?

Tahun ini timbul pikiran A Bin untuk ikut ayahnya ke Liong-bun-hong menyaksikan pertemuan empat pendekar wahid. Ayahnya Lui-to-cai-thian tahu perjalanan kali ini tidak aman, maka dia tidak mengijin-kan A Bin ikut, tapi meski A Bin orangnya kecil, nyali-nya sangat besar, setelah ayahnya pergi, dia seorang diri meninggalkan rumahnya, dia telah mengelabui kakek-nya. Dengan menempuh ribuan li dari In-lam datang ke Liong-bun-hong di pengunungan itu! Sehari sebelumnya A Bin telah menemukan sebuah tempat tersembunyi di puncak itu dan mengintai situasinya, pada malam hari raya Pecun, di waktu bulan sabit menerangi Liong-bun-hong, disana telah penuh oleh orang-orang dari segala partai perguruan silat.

A Bin mengetahui aturan Empat pendekar wahid, dan sebetulnya kepandaian Empat pendekar wahid ini hampir seimbang semuanya, mereka sudah beberapa kali bertanding, tapi tidak ada pemenangnya, maka mereka berjanji tiap tiga tahun sekali mereka bertemu, masing-masing akan menggunakan tiga jurus ilmu terbarunya, dan akan dinilai dengan adil oleh empat orang itu, siapa yang lebih maju pesat dalam ilmunya, dialah yang berhak atas “Su-ciat-leng” selama tiga tahun.

Sepuluh tahun yang sudah lewat, In-kiam (Pedang Awan), Giok-kiong (Busur Kumala), Kau-sat (Kail penbunuh) telah menang satu kali, sedang Lui-to-cai-thian telah menang dua kali, Empat pendekar wahid telah berjanji, siapa saja yang lebih dulu bisa menang tiga kali, maka dia berhak memegang “Su-ciat-leng” selamanya, maka dengan rasa percaya diri yang sangat besar, A Bin ingin menyaksikan ayahnya menjadi pemilik benda itu selamanya.

Di tengah Liong-bun-hong (Puncak pintu langit) terdapat empat buah tempat duduk dari batu merupa-kan tempat penampilan Empat pendekar wahid.

Tepat jam dua belas malam, di Liong-bun-hong sunyi, tidak ada yang berbicara, semua orang yang datang dari segala perguruan silat masing-masing diam menunggu. A Bin membuka matanya lebih lebar, dalam hatinya dia sangat tegang.

Di bawah cahaya malam, satu sosok bayangan, melesat turun dari ketinggian, lajunya sangat cepat bagaikan bintang jatuh dari angkasa langsung jatuh tepat di batu tempat duduk di bagian selatan.

A Bin melihat keindahan orang itu melesat, dengan pikiran dan dalam hati berdebar dia tahu hanya ayahnya saja yang menguasai ilmu meringankan tubuh itu, hampir saja mulutnya kelepasan memanggil “Ayah telah datang”.

Kata yang ingin di ucapkan dimulut, mendadak berhenti karena kecewa. Pandangan matanya dengan cepat telah melihat orang yang datang tersebut di bahu tangannya tergantung sebilah kail besar yang meng-kilap, ternyata adalah Kail penbunuh Kau Bun-kek, salah satu dari anggota Empat pendekar wahid.

Empat pendekar wahid hanya datang satu orang, menbuat orang-orang partai yang ingin menonton tercengang dan gaduh, hati A Bin lebih beggolak bagaikan terbakar.

Kau Bun-kek menunggu sejenak, dan dari sarung tangan bajunya dia memperlihatkan sebuah benda yang warna hitam, itulah, “Su-ciat-leng” yang direbutnya dulu, bukanlah hal aneh sekarang berada ditangannya, tetapi yang baru pertama kali melihat benda yang melambangkan kekuasaan di dunia persilatan, tidak bisa menahan diri dan membuat suara gaduh.

Dengan kedua mata yang jernih Kau Bun-kek memandang sekeliling lapangan satu kali, dan dengan tertawa nyaring berkata:

”Pertemuan untuk memperebutkan Su-ciat-leng telah berjalan delapan belas tahun, waktunya jam dua belas malam tepat lewat, jika tidak datang tidak akan ditunggu lagi, sekarang aku akan memanggil tiga nama pendekar wahid yang belum datang sebanyak tiga kali, bila tidak menampakkan diri, berarti “Kau Bun-kek” ada kesempatan, memegang lagi Su-ciat-leng.”

Orang-orang di sekeliling yang datang dari segala jurusan mengharapkan pemimpin iblis yang suka melihat darah ini kalah dalam pertarungan kali ini, agar Su-ciat-leng itu jatuh ke tangan tiga pendekar wahid lain, tetapi sampai detik ini, Lui-to (Golok Halilintar), In-kiam (Pedang Awan), Giok-kiong (Busur kumala) masih belum datang.

“Siapa yang mau mencampuri urusan ini, katakan setuju?”

Betul saja, Kau Bun-kek berteriak keras:

”Saudara Busur Kumala (Giok-kiong), Giok Kang-tong!” dia berteriak tiga kali, tapi tidak ada orang yang menyahut, tersenyumlah Kau Bun-kek yang bermuka buas.

Dan dia berteriak lagi:

Judul judul karya Wolong Sheng

Judul judul karya Wolong Sheng (卧龙生) yang pernah cayhe terjemahkan sbb:
> 金剑雕翎 (Cing Jian Tiauw Ling) = Rahasia Kunci wasiat.
> 镖旗 (Biauw Ji) = Panji Naga sakti.
> 天香飙 (Dien Xiang Biauw) = Badai dunia persilatan.
> 素手劫 (Su So Cie) = Pembunuh Misterius.
> 春秋笔 (Juen Jui Pi) = Pena Wasiat.
> 三聖门 (San Sen Men) = Lembah tiga malaikat.
> 逰俠風流 (Yu Xia Feng Liu) = Bakti Pendekar.
> Rahasia kunci wasiat dalam buku aslinya hanya terdiri dari satu judul,
> tapi berhubung cerita ini kelewat panjang maka oleh Sdr. Swie San dari
> Sastra Kumala dibagi menjadi 4 bagian. Belakangan muncul lagi judul
> baru 岳小钗 (Yue Xiau Cha) atau Gak Siau-cha yang ceritanya tentang Siau
> Ling, hanya tidak jelas apakah judul ini merupakan kelanjutan dari
> Rahasia kunci wasiat, ataukah 金剑雕翎 dibagi jadi dua bagian.
> saat ini cayhe sedang persiapkan sebuah judul baru karya dari Wolong
> Sheng yang berjudul 天龙甲 (Dien Long Cia) = Tameng Naga Langit, moga
> dalam tahun ini atau paling lambat tahun depan bisa diterbitkan.
> Cerita Bangau Sakti telah dilakukan revisi dan kini terbit dengan
> judul 新仙鹤神针 (Xin Xien Ge Shen Cen) bangau sakti baru
> 金魔指 = Cincin Maut

Kamis, 09 April 2009

Butong It Kiam

BU TONG IT KIAM yang berjumlah 6 jilid tamat sudah terbit, buku ini merupakan 1 dari 2 cerita terakhir karangan LIANG YU SHENG, yang selesai di sadur oleh TJAN I D Lo-cianpwee.
dengan demikian karya Liang Yu Sheng di Kang Ouw tinggal satu lagi yang belum di kerjakan, yaitu BU LIM THIAN KAU, moga-moga kalau nga tahun ini, tahun depan buku yang terakhir bisa si nikmati oleh Enghiong sekalian.
inti dari cerita BU TONG IT KIAM, adalah menceritakan tentang Thay Khek Kiam Hoat warisan Thio Sam Hong dan keturunan Bouw Tok It (di singgung dalam cerita Hoan Kiam Kie ceng= sebilah pedang mustika) yang bernama Bouw Ciong Long yang menjadi Ciangbunjin Bu Tong Pai.
di samping itu cerita ini penuh dengan misteri, yang menjadi lakon ada 3 orang, yaitu, Lan Giok Keng merupakan pewaris ilmu silat Ciangbunjin yang terdahulu (Bu siang Cinjin), Bouw It Yu anak dari Bouw Ciong Long, dan Tonghong Liang murid Malaikat pedang, musuh Bu Tong Pai.

Pendekar cacad

Pendekar Cacad inilah karya awal Gu Long yang cukup memukau, penuh intrik, tipu menipu, paling cuma kalah seurat dari Seri Bara Maharani, walaupun ending yang menuntaskannya sisa dari 10 tokoh persilatan tersebut, karena memang ini dendam diantara 10 tokoh persilatan, dan Bong Thiong Giok ini salah satu murid dari tokoh paling top dari 10 tokoh persilatan yang telah diusir dari perguruan, karena telah melihat subonya serong dengan salah satu saudara seperguruannya, dan dia difitnah pembunuh saudara seperguruan yang serong dengan subonya itu.

Bong Thiong Giok yang telah diusir dan tentu saja seperti biasanya cersil, mendapat ilmu baru yang mumpuni dari seorang guru yang sudah cacad. Dan pas Gurunya yang tokoh top 10 tokoh persilatan meninggal, dibunuh, dia kembali ke perguruaannya dengan kaki yang pincang, akibat disiksa subonya dan mulailah aksinya menyelidki kematian gurunya dengan melibatkan tokoh2 tersebut. Dan ... kemudian dia hampir mati karena menyelamatkan gadisnya yang hilang ingatan dan lalu tangannya terputus satu... nach inilah yang dibilang oleh Yan Mintaraga KELELAWAR BERSAYAP TUNGGAL.

Walau tangan tinggal satu, sebelumnya diselamatkan oleh seorang gadis gunung, yang ternyata nantinya baru ketahuan siapa dia..., di lingkungan alam inilah dia tanpa lelah meningkat kedigdayaannya, sampai tingkat paling top. Lalu terjun kembali menuntaskan hutan-hutangnya, tapi tentu tidak semudah cerita yang biasa-biasa ... masih banyak tantangan, intrik yang menghadangnya. .

Pendekar Cacad ini boleh dibilang karya Tjan cianpwee yang banyak adegan syur-nya, tapi tidak jorok, malah menambah keindahan dan kesegaran cerita ini.. Terus terang cahye sudah punya 2 set buku ini, tapi tetep beli juga yang baru. Sayang kalau tidak beli.

Ada 3 lagi yang perlu diperhitungkan karya Tjan Cianpwee yang dikategorikan karya Gu Long oleh Bapak Leo Suryadinata : 1 Pulau Neraka, inilah cerita pendekar yang benar2 jagoan, dingin, angkuh, digandrungi cewe, penuh pertempuran, disini ada cerita macam Dr. Jeckel dan Mr. Hyde. Bagi mereka yang suka baca Menuntut Balas atau Bujukan Gambar lukisan kayanya wajib baca buku ini. 2. Lencana Pembunuh Naga. 3 Dendam Sejagat, ini juga penuh pertempuran, cuma ceritanya sudah tahu siapa penjahatnya, ada juga adegan syurnya. The best dari ke-3 ini tentu saja PULAU NERAKA.

Rabu, 04 Februari 2009

Pendekar Pedang buruk rupa


Pendekar pedang buruk rupaJan 1, '09 2:00 AM
for everyone

Pendekar pedang buruk rupa

Cerita di mulai dengan di serangnya sebuah perumahan Ji-san-cung oleh segerombolan manusia yang telah memporak-porandakan dua keluarga pemimpin perkampungan tersebut, ketua pertama dan ketua kedua tewas, sedangkan istrinya yang sedang hamil tua berhasil melarikan diri, sesudah anak ketua pertama yang bernama Kiong-couw meningkat dewasa, suatu ketika ibunya tewas di serang musuh dengan keadaan yang sangat menyedihkan, membuat Kiong-couw tambah ingin membalas dendam pada musuh-musuhnya.

Untuk membalaskan dendamnya Kiong couw berusaha mencari guru hebat untuk belajar ilmu pedang, dan dia berhasil mengangkat seorang pendekar pedang nomor satu yang selalu memakai topeng buruk rupa, selain itu dia juga mendapat kitab pusaka Ih-hoan-poh-lu yang menjadi incaran orang-orang persilatan, Kiong-couw pun mempelajari ilmu silat dari kitab tersebut, sehingga dia menjadi seorang pemuda yang berilmu sangat tinggi.

Pada saat itu di dunia persilatan muncul sebuah perkumpulan pedang emas, yang ingin menguasai dunia persilatan, setelah di selidiki ternyata perkumpulan itu terlibat dalam peristiwa penyerangan perkampungan Ji-san-cung dan terkait dengan tewasnya ibunda Kiong Couw, satu persatu orang yang terlibat dalam peristiwa itu di hadapi oleh Kiong Couw sampai terakhir pada dalam suatu pertemuan besar yang diadakan dunia persilatan, Kiong Couw bertekat membereskan hutang-piutangnya dengan orang-orang yang telah membunuh kedua orang tuanya.

Si Pedang tumpul

Cersil karangan Tonghong Giok yang disadur oleh Liang YS setebal 1688 halaman ini mengambil tema yang jarang kita pikirkan bila membaca cersil, yaitu bagaimana para pendekar jaman dulu mendapat uang untuk hidupnya. Cerita berkisar tentang piauwkiok yang didirikan oleh Kie Thian Lim. Bagaimana lika liku dunia piauwkiok dan strategi dalam menjalankan piauwkiok, yang akhirnya secara tidak sengaja menyeret mereka ke dalam lingkaran badai persilatan. Su Hay adalah piauwkiok yang didirikan oleh Siau Pek, salah seorang jago pedang terkenal pada masa itu melalui murid ketiganya Kie Thian Lim. Tujuannya adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Siau Pek sendiri mempunyai 3 orang murid yaitu Ciok Giam Beng, Lok Siau Hun dan Kie Thian Lim. Kemudian dalam salah satu perjalanannya Kie thian lim telah membunuh lotoa dari lan tiang siang sat. Yang kemudian datang untuk membalas dendam.
Cerita mulai seru dengan kemunculan Lim Hud Kiam pemuda misterius yang bersenjata pedang tumpul, anti pembunuhan tetapi sangat cerdik dan mempunyai ilmu yang tinggi. Beberapa kali dia menolong Su Hay tetapi juga mengganggu Su Hay. Hal ini membuat panas anak Kie Than Lim, yaitu Kie Pi Shia, yang kemudian membawa Su Hay meluruk ke Ceng Seng untuk mencari asal usul Lim Hud Kiam. Kemudian Ciok Giam Beng juga mendirikan Kian Kun Kiam Pay an Kie Thian Lim mengundurkan diri dari Su Hay dan menyerahkan ke Kie Pi Shia dan Goan Hiong.
Cerita berlanjut terus dengan terseretnya su hay ke dalam intrik perebutan plakat dunia persilatan yang mengandung pit kip rahasia melalui 3 totiang dari Bu Tong Pay. Cerita mencapai klimaks dengan kemunculan orang orang Ngo Tok Kiam dan penyerbuan Lim Hud Kiam beserta tiga istri (Lie Hui Hui, Yu Leng Nio dan Yu Bwe Nio) beserta rekan rekannya ke lembah Raja Pedang. Dimana disana terjadi hal yang diluar dugaan, yaitu pemberontakan orang orang raja Pedang yang dipimpin Liu Ban Mong terhadap Wong Jong Ceng, yang akan menobatkan dirinya sebagai Raja Pedang.
Walaupun harganya mahal, tetapi menurut saya cerita dan sadurannya cukup bagus. Terdiri dari 5 jilid hard cover.